Bismillah
Pengalaman ini bermula di hari senin pagi sekitar pukul 07.00 wib. Diantara kesibukan mempersiapkan suami yang akan dinas luar kota, kami dihadapkan pada situasi yang cukup menghawatirkan. Sulung demam dengan suhu mencapai 37.7⁰C. Selain deman, sulung juga mengeluh sakit tenggorokan dan pusing. Dilihat dari gejalanya, sulung kami sepertinya terkena radang tenggorokan. Langsung kami telusuri penyebabnya dan hasilnya adalah sulung terkena radang tenggorokam karena terlalu sering minum dingin dan makan cemilan pedas. Sulung kami memang punya riwayat radang tenggorokan, jadi kami selalu mengontrol asupan minuman dingin, cemilan berpengawet dan makanan pedas.
Perihal sulung yang terkena radang tenggorokan ini tak terlalu bahaya sebab sekali minum paracetamol demam sulung sudah reda. Ditambah lagi dengan minum air hangat, maka radangnya pun lekas membaik. Saat makan dan minumpun sudah tidak merasakan sakit lagi.
Masalah selanjutnya justru datang dari adik. Setelah sarapan dan minum obat (Cetirizen dan D3 1000iu), adik mengeluh sakit perut. Suhu badannya pun meningkat lebih tinggi dari sulung. Adik mengalami demam hingga 38.1⁰C. Sulung turun, adiknya naik. Seperti sebuah tugas yang satu selesai kemudian tugas lain menanti. Adik pun segera kami berikan paracetamol sesuai dosis.
Dosis paracetamol adik berbeda dengan sulung. Takaran konsumsi paracetamol disesuaikan dengan usia dan berat badan anak. Aturannya bisa dilihat pada botol, kemasan, atau kertas petunjuk yang biasanya terlipat di dalam kemasan obat.
Tak lama berselang, sekitar pukul 9 pagi, sulung dan adik tertidur. Dua malaikat kecil kami tidak enak badan dan tidur menjadi salah satu jalan pemulihan. Sayangnya, ketika bangun adik masih demam. Alhamdulillah sulung yang sudah baikkan bersedia membantu. Dengan berani ia pergi ke warunh terdekat untuk membelikan jel kompres yang bisa dipakai di kening.
Kembali saya ukur suhu badan adik menggunakan termometer. Angka berhenti di 37.9⁰C. Suhu ini terbilang masih tinggi. Hanya beberapa derajat saja berhasil turun setelah minum paracetamol. Adik nampak lesu dan lemas. Alhamdulillah masih mau minum air putih meski tidak mau makan cemilan.
Saya terus memantau suhu tubuh adik. Ia mengeluh perutnya sakit. Saya pun mengusap-usap perutnya hingga ia kembali tidur. Tantangan selanjutnya pun dimulai. Adik tidak ingin berhenti di elus. Ketika tangan saya berhenti karena lelah, tubih adik akan bergerak-gerak memberi tanda agar terus dielus.
Menjelang sore hingga malam, suhu badan adik masih naik turun kisaran 38-39⁰C. Ini sungguh sangat mengkhawatirkan. Saya terus menjaganya sepanjang malam. Memastikan adik tetap stabil meski kondisinya sedang demam tinggi. Melihat adiknya panas, sulung pun ikut berempati. Di tengah malam yang sunyi, sulung meletakkan telapak tangannya di kening adik. Terlihat sekali sulung ikut khawatir atas keadaan adiknya. Bahkan sekitar selasa dini hari, pukul 00.30 wib, sulung membangunkan saya dan memberitahu bahwa adik sangat panas. Ia meminta saya untuk mengecek suhu badan adik. Hasilnya masih sangat serius, 38.8⁰C terlihat di termometer. Saya pun melonggarkan pakaian adik, Menurunkan suhu ruangan supaya membuatnya lebih nyaman.
Malam selasa begadang pun dimulai. Hampir satu malam penuh kedua tangan ini bergantian mengusap perut dan punggung adik. Malam itu adik dibantu juga dengan kompres jel di dahinya. Malam yang sangat tidak nyenyak dan dipenuhi rasa cemas.
Menjelang pagi hari sekitar pukul 03.30 wib, suhu tubuh adik kembali tinggi. Segera saya ambil termometer dan benar saja suhu tubuh adik kembali ke angka 39.4⁰C. Saya pun membangunkan adik untuk minum paracetsmol lalu lelap kembali.
Lanjut bagian dua....
Posting Komentar