√Pertemuan Kesepuluh Monitoring HSP (Henoch Schonlein Purpura)
Header catatantirta.com

Pertemuan Kesepuluh Monitoring HSP (Henoch Schonlein Purpura)

Bismillah,

Monitoring Henoch Shconlein Purpura
Menunggu ketemu dokter

Henoch Schonlein Purpura (HSP)

Pertemuan kesepuluh adik dengan dokter spesialis alergi dan imunologi anak dilakukan tanggal 6 Juli 2023. Jadwal praktek dokter Isman di rumah sakit Hermina Bekasi masih sama yaitu hari selasa dan kamis, pukul 13.00 wib. Ruangannya pun masih di nomor kamar yang sama yaitu kamar nomor 10. Oh ya sedikit bercerita tentang kamar yang menjadi ruangan praktek dokter di rumah sakit ini. Setiap ruangan yang dipakai oleh dokter praktek memiliki nomor dan terdapat nama ruangannya.

Misal, ruangan No 1 di bawahnya tertulis nama dokter dan keterangan spesialis paru. Maka ruangan tersebut digunakan untuk memeriksakan orang-orang yang menderita atau konsultasi masalah paru. Uniknya, nomor ruangan yang dipakai oleh dokter Isman Sp.A (K) ini tertulis angka 10 di tembok dekat pintu masuk. Sedangkan keterangan di bawah nomor bertuliskan nama dokter Isman dan kemudian spesialis jantung di bagian paling bawah.

Awal berkonsultasi di rumah sakit, saya sempat bingung sebab ruangan yang diinformasikan oleh suster bertuliskan spesialis jantung. Saya khawatir menunggu di depan ruangan yang salah. Saya sempat memastikan kembali pada suster yang berjaga. Mereka menjelaskan bahwa memang dokter Isman Jafar praktek di ruangan nomor 10 dan beliau spesialis alergi dan imunologi anak. Perbedaan ini sempat membuat bingung beberapa pasien lain. Saya pun sedikit menjelaskan ketika ada yang bertanya dan mengalami keraguan seperti saya.

Kembali lagi ke pertemuan kesepuluh adik untuk monitoring autoimun jenis Henoch Schonlein Purpura (HSP)


Satu minggu sebelumnya, saya sudah mendaftar via telepon untuk berkunjung ke rumah sakit. Proses pendaftaran berjalan lancar seperti biasa. Cuctomer service yang melayani di sebrang telepon memasukkan data yang dibutuhkan dengan respon yang baik dan sopan. Sampai pada hari kamis, 6 Juli 2023 saya dan adik berangkat ke rumah sakit dengan hati bahagia. Alhamdulillah, tidak ada kendala selama menuju ke stasiun. Kami juga naik kereta dengan nyaman karena situasi gerbong kereta tidak terlalu ramai. Meskipun saat itu masih dalam suasana liburan anak sekolah, tetapi jadwal kereta pukul 09.00 wib sudah masuk kategori sepi. Kami berangkat lebih awal dari biasanya karena kebetulan akan takziah terlebih dahulu ke rumah salah satu teman yang sedang berduka.

Tanpa diduga, hujan turun di stasiun Cibitung. Hujannya cukup deras sehingga membasahi jendela gerbong seperti air terjun. Kami turun di stasiun Bekasi Timur atau stasiun Juanda. Rumah teman yang kami tuju letaknya tidak jauh dari sana. Tepat ketika kami berjalan ke luar stasiun, hujan pun turun. Saya dan adik menunggu ojek online sambil berteduh di halte dekat stasiun. Cukup lama kami menunggu hingga akhirnya mendapat angkutan mobil online.

Hanya sekitar 15 menit saya bertakziah, saya segera pamit sebab mengejar jadwal rumah sakit adik. Kami kembali memesan taksi online karena jarak dari rumah teman tersebut ke rumah sakit sudah cukup dekat. Tidak perlu naik kereta lagi sebab jalur ke rumah sakit lebih cepat jika menggunakan transportasi online. Selain itu, cuaca juga masih gerimis sehingga khawatir adik kehujanan dan basah.

Monitoring Autoimun HSP (Henoch Schonlein Purpura)

Sampai di rumah sakit, saya langsung mengantri di APM untuk melakukan pendaftaran ulang. Pukul 11.00 wib saya sudah berada di depan mesin APM. Saya sengaja mengantri di mesin APM yang lebih renggang dan tanpa bantuan petugas rumah sakit. Saya sudah cukup paham pada tahapan yang dilakukan untuk daftar ulang. Sayangnya, proses daftar ulang yang saya lakukan gagal. Mesin APM mendeteksi bahwa atas nama adik tidak memiliki janjian konsultasi dengan dokter. Padahal, bulan sebelumnya atau di bulan Juni, saya sudah mendapat jadwal kontrol bulanan.

Kesulitan daftar ulang ini saya sampaikan pada petugas yang membantu di dekat mesin APM lain. Beliau menjawab dengan ramah dan meminta saya untuk mengantri dengan tertib. Antriannya tidak terlalu panjang. Ada sekitar tujuh orang di depan saya yang berbaris rapi. Sekitar 10 menit mengantri akhirnya sampai di depan dan dibantu oleh petugas rumah sakit. Ternyata, bulan lalu sedang ada masalah dengan sistem di rumah sakit yang menyebabkan jadwal kontrol tidak tersimpan di data rumah sakit. Petugas pun melakukan beberapa tahapan di mesin APM. Cukup panjang dan lama prosesnya. Berbagai menu dipilih dan ada salah satu menu yang menggunakan sandi petugas. Proses ini sudah di luar kemampuan saya dan memang harus dibantu oleh petugas rumah sakit.

Selesai dibantu untuk daftar ulang, saya dan adik langsung meunju lantai tiga rumah sakit. Semua dokter praktek di lantai tiga ini. Jadi, bisa dibayangkan seperti apa ramainya rumah sakit saat semua pasien menanti giliran bertemu dokter. Inilah yang membuat rumah sakit mengeluarkan aturan bahwa pasien yang akan berobat hanya bisa melakukan daftar ulang satu jam sebelum jadwal praktek dokter dimulai. Tujuannya adalah mengurangi kerumunan dan penumpukkan pasien yang akan bertemu dengan dokter, Jika pasien diberi kebebasan waktu, maka akan sangat penuh rumah sakit sebab pasien yang belum masuk jadwal konsultasi datang secara bersamaan.

Waktu menunjukkan pukul 12.20 wib ketika adik selesai timbang berat badan dan ukur suhu di bagian perawat. Adik mengatakan bahwa ia lapar dan ingin segera makan. Padahal 45 menit lagi jadwal dokter praktek. Saya khawatir tidak cukup waktu untuk turun dan makan. Tetapi, melihat rengekan adik, saya pun segera turun sambil menggendong adik agar lebih cepat. Saya berjalan ke luar rumah sakit ke sebrang jalan yang menjadi pangkalan aneka pedagang makanan. Sayangnya, pedagang mi goreng langganan kami tidak berjualan. Saya pun segera beralih ke pedagang soto dan bakso yang tidak jauh dari lapak mi goreng.

Segera saya memesan soto ayam dan semangkuk bakso. Kedua makanan tersebut tidak membutuhkan waktu lama untuk disajikan. Saya pun memberitahu adik agar lebih cepat makannya sebab dokter Isman segera datang. Alhamdulillah, adik mengerti dan mencoba untuk makan lebih cepat. Ya, walaupun ada rasa gemas menuggu ia mengunyah dan menelan makanan setidaknya adik sudah berusaha. Waktu yang kami habisnya untuk berjalan dan makan sekitar 35 menit. Benar-benar mencoba secepat mungkin karena kami khawatir terlewat dari nomor antrian yang sudah ada.

"Berkejaran dengan waktu, mempercepat langkah agar sampai tempat dituju"

Masih ada waktu lima menit lagi sebelum pukul jadwal praktek dokter di mulai. Kembali saya menggendong adik agar perjalan menuju rumah sakit lebih cepat. Tantangannya selain menggendong adik, ternyata antrian lift cukup banyak. Cukup lama kami menunggu hingga akhirnya bisa naik ke lantai 3. Jam di handphone menunjukkan pukul 13.10 wib. Beberapa pasien sudah menunggu di bangku-bangku yang disediakan. Saya sempat bertanya pada salah satu keluarga pasien dan benar saja dokter Isman sudah ada di dalam ruangan.

Beruntung adik mendapat nomor 6 sehingga belum dipanggil giliran bertemu dokter. Saya pun mengajak adik untuk duduk di salah satu bangku kosong agak jauh dari ruang dokter. Bangku di depan ruang dokter sudah terisi penuh. Meski agak jauh, suara suster saat memanggil pasien masih tetapi terdengar.

Sambil menunggu giliran, saya memberi adik gawai untuk menonton video anak yang ia sukai. Sengaja saya berikan gawai agar adik tidak berlarian karena saat itu sedang ramai. Adik yang duduk tenang menonton video lebih aman daripada bermain atau berjalan-jalan di dalam rumah sakit. Semua berkaitan dengan Henoch Schonlein Purpura yang diderita adik. Penyakit autoimun ini bisa saja kambuh kembali ketika ada virus yang mampir ke tubuh adik. Apapun jenis bakteri dan virusnya bisa saja memicu peningkatan imunitas adik yang akan mengarah pada autoimunnya.

Hasil konsultasi dengan dokter spesialis alergi dan imunologi anak akan saya bagikan di bagian dua.

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta