√Pertemuan Kedelapan Adik Kontrol HSP (Henoch Schonlein Purpura) Bagian 2#
Header catatantirta.com

Pertemuan Kedelapan Adik Kontrol HSP (Henoch Schonlein Purpura) Bagian 2#


Bismillah

Serpihan perjalanan adik sembuh dari HSP (Henoch Shcenloid Purpura)

Kamis, 16 Maret 2023 (Bagian 2#)

Rumah sakit Hermina Bekasi tidak pernah sepi pengunjung / pasien. Siang itu saya bersama adik sampai di rumah sakit pukul 12.50 wib. Ketika akan daftar ulang, ternyata waktu pendaftaran ulang bisa dilakukan minimal 1 jam sebeljm jadwal praktek dokter. Sambil menunggu waktu, saya menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan urine adik karena bulan ini jadwal pemeriksaan urine lengkap. Sayangnya, dari bagian laboratorium membutuhkan barcode pasien, jadilah saya harjs daftar ulang terlebih dahulu. Saya pun kembali ke mesin ATP untuk melakukan pendaftaran ulang.

Nah, kebetulan di sana sudah ada barisan beberapa orang yang sedang mengantri di depan mesin ATP tanpa ada petugas rumah sakit atau security yang biasa membantu par55a pasien atau keluarga pasien untuk melakukan prosedur rumah sakit. Melihat jam tangan sudah tepat pukul 12 siang, saya pun berinisoatif melangkah maju dan menanyakan apakah saya bisa memakai mesin ATP lebih dulu.

Saya pun melakukan proses daftar ulang. Alhamdulillah saya mengamati saat petuga rimah sakit atau securit sedang melakukan proses pemdaftaran ulang di mesin ATP. Tahapan-tahapannya saya hapalkan agar bisa melakukannya sendiri tanpa bantuan petugas. Dan Alhamdulillah siang itu saya berhasil melakukan daftar ulang, mencetak lembar pasien dan juga barcode. 

Melihat saya berhasil, tiga orang ibu di belakang saya meminta tolong untuk dibantu daftar ulang juga. Kebetulan lagi ternyata dua diantara mereka menuju dokter yang sama dengan saya yaitu dokter Isman. Selepas tiga orang tersebut saya mundur karena petugas rumah sakit sudah kembali dan siap berjaga membantu mengoperasikan mesin ATP.

Selepas mendapat barcode dan cetak daftar ulang, saya menggandeng adik menuju ruang laboratorium. Dari seluruh bagian di rumah sakit, petugas laboratorium memberi pelayanan yang lebih baik daripada lainnya. Saya senang berinteraksi dengan petugas laboratorium yang seluruhnya ramah dan juga sabar.

Langkah saya bersama adik terus berlanjut ke lantai 3 tempat dokter praktek. Hari itu tidak terlalu banyak pasien yang menunggu jadwal praktek dokter. Bangku-bangku di depan ruangan dokter tidak penuh seperti hari-hari sebelumnya. Sepertinya ini efek dari pemberlakuan daftar ulang minimal dilakukan 1 jam sebelum jadwal praktek dokter. Saya rasa sistem rumah sakit terus diperbaiki sesuai situasi dan kondisi yang ada. Hal i ini saya rasa cukup baik sebab pihak rumah sakit terus berinovasi membuat aturan yang tepat demi kenyamanan seluruh pasien.

Seperti biasa, saya menyerahkan surat cetak pasien. Kemudian suster menunggu sampai nama adik dipanggil untuk ditimbang berat badan, ukur tinggi badan, dan cek suhu badan. Berat adik saat itu 16.2 kg dengan tinggi badan 92cm dan suhu 36⁰C. Semua masih dibatas normal dan wajar.

Sambil menunggu jam prakter dokter saya oun memutuskan untuk salat Zuhur terlebih dahulu sebab waktu sudah menunjukkan pukul 12. 15 wib. Musala kecil yang terletak di lantai 3 rumah sakit masih terlihat sepi. Hanya ada 3 orang perempuan dewasa dan 2 orang laki-laki dewasa.

Sebelum wudhu, saya memberi adik mainan dan membuat kesepakatan.
1. Selama saya wudhu, adik tetap pada tempatnya dan tidak berpindah.
2. Adik bebas main apa pun yang dibawa asalkan tetap berada di tempat kami akan salat.
3. Saat saya salat, adik sabar menunggu sambil bermain dan tidak boleh jauh dari saya.

Mengapa saya membuat keseakatan tersebut?
Ada beberapa faktor penyebabnya, yaitu :
1. Adik sangat aktif dan saya khawatir pergerakannya akan mengganggu orang lain yang sedang salat.
2. Adik adalah anak yang supel dan mudah bergaul. Ia mudah akrab dengan orang yang baru dikenal. Tak pandang usia. Adik akan bermain dan bergembira selama lawannya bersikap baik. Hal ini membawa kekhawatiran karena jika bertemu dengan orang yang berniat jahat, maka Astgahfirrlah jangan sampai terjadi.
3. Adik selalu senang dengan dunianya. Dia akan santai bermain sendiri dengan apapun. Berjalan dan berlari ke semua arah. Adik termasuk anak pemberani. Namun keberaniannya tersebut belum seimbang dengan pola pikirnya yang masih berusia 3 tahun. Belum ada pemikiran sebab akibat sehingga perlu pengawasan agar tidak melakukan hal yang tidak tepat.

Alhamdulillah, selama proses wudu hingga selesai salat Zuhur, adik sibuk bemain bongkar pasang yang sengaja saya bawa dari rumah. Ia juga mulai memahami perintah dan kesepakatan yang kami buat.

Selesai salat, adik mengatakan bahwa ia lapar. Kami pun menuju pedagang mi goreng di luar rumah sakit. Tak lama setelah kami makan dan kembali ke lantai 3 rumah sakit, dokter datang dan siap mulai praktek.

Dokter menanyakan komdisi adik. Saya pun menceritakan bahwa gejala awal ssbelum terdektwksi HSP sempat mumcul kembali bulan kemarin tepat setelah pemeriksaan rutin bulan Februari. Tapi Alhamdulillah hanya sekitar 1 minggu ruam di kaki menghilang tamoa gejala lanjutan. Sakit perut adik pun langsung sembuh setelah mimum obat. Hanya satu hal yang belum mengalami kemajuan yang bai yaitu benjolan di hidung dala sebelah kiri yang disebabkan oleh alergi. Benjolan tersebut masih ada dan sering membuat adik menyedot napas lebih keras seperti sedang flu. Bedanya adalah adik sepertj flu tapu tidak ada ingus.

Hasil pemeriksaan fisik adik semua bagus. Sedangman untuk alergi yang muncul tetap dimonitoring dan rutin memakai obat semprot hidung untuk memgurangi gejala alerginya.

Pada kesempatan konsultasi dengan dokter, saya menceritakan kejadian bulan lalu. Tentang lamanya antrian obat di farmasi, jumlah obat yang kurang, perbedaan bentuk obat yang seharusnya sirup tetapi masih racikan, obat mual yang sempat tidak diberikan, dan vitamin D1000 yang tak pernah ada.

Mendengar curhatan saya, pak dokter merasa sangat kecewa. Beliau pun bingun dengan kebijakan yang ada.
"Pasien mau sembuh, kenapa dipersulit." Begitu ucap beliau.
Pak dokter menjelaskan bahwa beliau memberikan resep obat sesuai dengan kondisi pasien. Buka dokter yang tidak mau memberikan obat, tetapi entahlan kebijakan mana yang kurng sesuai. Sungguh saya sangat memahami posisi beliau sebagai dokter. Beliau telah menunaikan tugasnya dengan benar sesuai dengan prosedur yang ada. Namun, ada hal lain yang berada di luar ranah beliau yaiu terkait obat dan kebijakan lainnya.

Dengan situasi tersebut, saya pun meminta dokter menuliskan rekomendasi obat yang bisa dibeli di apotek luar. Saya memang sudah berniat unuk membeli obat sendiri. Tak mau diri ini mengantri lagi di farmasi yang memakan waktu hampir 3 jam dengan hasil yang mengecewakan.
Alhamdulillah pak dokter dengan senang hati memberikan obat yang bisa dibeli di apotek luar.
Terima kasih ya pak. Semoga Allah senantiasa memberi kesehatan dan mendapat pahala berlimpah.
Aamiin

Setelah semua pemeriksaan dan konsultasi selesai, saya langsung pulang dengan hati bahagia.

Alhamdulillah, pemeriksaan kedelapan berjalan lancar dan kabar bahagianya dosis untuk cetirizen diturunkan lagi. Semula 5ml menjadi 3ml setiap minum.
Alhamdulillah

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta