√Penanganan Anak HSP (Henoch Schonlein Purpura) Saat Demam (Bagian Dua)
Header catatantirta.com

Penanganan Anak HSP (Henoch Schonlein Purpura) Saat Demam (Bagian Dua)

 Bismillah

Langit pagi berseri ceria. Mata dan badan rasanya lelah setelah begadang semalaman. Demam adik belum juga turun menuju normal. Suhunya masih di atas 37⁰C. Bahkan selasa pagi hampir stay di angka 38⁰C. Paracetamol sirup dan jel kompres  masih menjadi pilihan untuk menurunkan suhu tubuh adik.

Selain badannya panas dan demam, ternyata adik  juga mual dan muntah. Perutnya terasa sakit setiap kali ada makanan yang masuk ke lambungnya. Gejala ini juga dialami ketika awal adik terkena HSP. Bedanya kali ini tidak ada ruam atau purpura di kakinya. 

Hari selasa pagi hingga malam, suhu badan adik masih terus tinggi tak kurang dari 38⁰C. Berulang kali saya periksa tubuh adik khawatir muncul ruam atau bintik. Alhamdulillah, tidak ada gejala tersebut. Keluhan terbesar adik adalah perutnya. Ia bersemangat untuk makan, tetapi sayang sekali hanya sedikit yang berhasil masuk ke mulutnya. Penyebabnya karena perutnya sakit dan mual.

Hal ini sudah jelas sekali kalau salah satu gejala HSP nya sedang kambuh. Ketika awal terkena autoimun jenis ini, adik pun diseramg lambungnya. Susah menerima makanan dan minuman. Saat awal adik terkena HSP, muntahnya parah. Jangankan makanan, masuk air putih saja adik langsung muntah. Sampai yang paling mengkhawatirkan yaitu saat muntah adik bukan lagi makanan ataupun cairkan melainkan lendir berdarah. Itu sudah membuat kami panik dan segera memeriksakan adik karena pasti ada sestuatu yang tidak baik di lambungnya. Ditambah lagi saat itu muncul ruam di kedua pangkal kaki adik yang terasa nyeri hingga adik sudah berdiri.

Pemeriksaan pada adik tak menunggu lama. Dokter umum merujuk ke spesialis anak. Kemudian dari dokter anak lanjut dirujuk ke dokter anak spesialis konsultan alergi dan imunologi anak. Alhamdulillah jenis penyakotnya segera terdeteksi sehingga kami dapat melakukan pengobatan sesuai dengan jenis penyakitnya.

Saat gejala-gejala yang sama muncul, kami sudah tidak panik lagi. Cukup menghadapinya dengan tenang dan terus memantau kondisi adik terutama ketika demam. Begitupula untuk demam kali ini. Dua hari kami terus memeriksa suhu tubuh adik dan memberika paracetamol sesuai usia dan berat badannya. Barulah di hari ketiga kami memeriksakan adik ke dokter karena demam dan mualnya tak kunjung membaik. Ditambah adik beberapa kali mimisan yang membuat kami harus melakukan langkah selanjutnya.

Pemeriksaan awal ke dokter umum lalu ke spesialis anak. Kami tidak langsung ke dokter anak atau spesialis imunologi dan alergi anak karena menggunakan kartu kesehatan bpjs. Prosedurnya memang harus sperti itu. Pemeriksaan dilakukan mulai dari faskes satu lalu rujuk ke tahap selanjutnya sesuai dengan jenis penyakit dan fasilitas yang tersedia di rumah sakit atau rujukan berikutnya.

Hari rabu pagi, saya bawa adik ke faskes 1 dekat rumah. Tujuannya utamanya adalah memeriksakan kondisi adik yang masih demam dan mual. Selain memeriksakan kesehatan adik, saya juga mau mengajukan perpanjangan rujukan ke rumah sakit Hermina tempat adik berobat HSP. Kebetulan masa aktif surat rujukan ke rumah sakit akan habis di hari kamis bersamaan dengan jadwal adik kontrol.

Pertama kami mendaftar untuk pemeriksaan demam adik. Saat bertemu dokter, ternyata belum dianjurkan untuk tes darah karena hitungan demam belum tiga hari. Dokter juga tidak memberi resep obat karena saat itu gejala yang muncul hanya demam. Sedangkan untuk mualnya tidak diberi obat. Saya memberitahukan pada dokter umum yang memeriksa adik bahwa ada riwayat HSP dan masih dalam pengobatan. Saya pun menginformasikan kalau surat rujukan adik akan habis masa aktifnya dan harus diperpanjang. Mengetahui hal tersebut, doktet pun memberi catatan untuk pengajuan perpanjang surat rujukan.

Selesai bertemu dokter, proses berlanjut ke bagian afministrasi untuk perpanjangan surat rujukan. Klinik atau faskes 1 yang kami gunakan memiliki pelayanan yang cukup baik. Semua prosesnya lancar selama sesuai dengan prosedur yang ada.

Bagian administrasi pun langsung membuat surat pengantar ke rumah sakit tipe C yaitu ke dokter spesialis anak di rumah sakit Permata Keluarga. Seperti yang saya jelaskan sebelumnya bahwa aturan di BPJS memang bertahap sesuai dengan kondisi pasien. Sebelumnya saya sudah pernah melakukan perpanjangan surat rujukan jadi tidak terlalu bingung. Satu hal yang baru saya ketahui adalah bahwa pemerikasaan yang dilakukan dengan BPJS hanya bisa untuk satu kasus atau satu kondisi saja. Prosedur ini baru saya ketahui ketika adik berobat karena demam dan bersamaan dengan habisnya masa aktif surat rujukan.

Jadi, ketika saya datang ke rumah sakit rujukan pertama, surat pengantar yang diberikan oleh faskes 1 adalah untuk perpanjang surat rujukan, bukan pemeriksaan kesehatan. Dokter spesialis anak yang kami temui adalah dokter yang baik. Beliau menanyakan keadaan adik. Saya pun menceritakan kondisi adik yang sedang demam. Saat dokter melihat dokumen adik, beliau memberitahukan kalau kasusnya adalah perpanjang surat rujukan, tetapi kenapa ada demam dan lain-lain. Saya pun menjelaskan situasinya bahwa pas kebetulan waktunya perpanjang surat rujukan, adik juga sedang sakit. Dokter menjelaskan bahwa aturannya hanya boleh satu kasus di hari yang sama. Namun, meski demikian beliau masih bersedia melayani konsultasi saya terkait kondisi adik yang demam, mual, muntah, dan mimisan. Dokter juga memberi resep obat anti mual yang bisa saya beli di apotek.

Selesai memperpanjang surat rujukan, tahap selanjutnya adalah menelpon customer service rumah sakit Hermina untuk appoinment atau janjian konsultasi dokter. Sayangnya, hari kamis yanh rencananya akan kontrol adik ternyata harus mundur. Pasalnya dokter yang kami tuju sedang tidak praktek karena cuti. Jadwal bertemu dokter lun kami undur hingga pekan depan.

Alhamdulillah di hari kamis pagi adik kondisi adik membaik. Tubuhnya tudak lagi demam. Mual yamh diradakan pun sudah berkurang setelah meminum obat anjuran dokter. Tubuh adik juga tidak ada ruam ataupun bintik. Saya sangat bersyukur telah melewati ujian demam ini.

Jadi, bagi para orangtua terutama bunda tidak perlu panik ketika menghadapi anak demam. Berikan penanganan pertama seperti longgarkan pakaian anak atau ganti dengan bahan yang menyerap keringat. Berikan paracetamol sesuai dengan usia dan berat badan anak. Lakukan pengecekkan suhi tubuh anak secara rutin agar demamnya terpantau. Apabila kondisi anak tak kunjung membaik, segera periksakan ke dokter agat mendapat pengobatan yang lebih baik.


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta