√Pertemuan Kedelapan Adik Kontrol HSP (Henoch-Shconlein Purpura)
Header catatantirta.com

Pertemuan Kedelapan Adik Kontrol HSP (Henoch-Shconlein Purpura)



Bismillah

Serpihan perjalanan adik sembuh dari HSP (Henoch Shcenloid Purpura)

Kamis, 16 Maret 2023

Bulan maret menjadi pertemuan kedelapan adik dengan dokter Isman Jafar Sp.A (K). Beliau adalah dokter spesialis anak, spesialis konsultan allergi dan imunologi anak. Sepenggal cerita, kami bertemu dokter Isman Jafar pertama kali saat adik terdeteksi purpura di bulan November 2023. Saat itu adik menunjukkan gejala pembuluh darah di bagian kaki pecah dan ia kesulitan berjalan. Tak banyak berpikir, saya langsung memeriksakan ke dokter umum. Melihat ruam yang ada di kaki adik, dokter umum memberi rujukan ke dokter spesialis anak. Saya pun lansung membawa adik ke dokter spesialis anak. Dokter Gracia yang menangani adik. Beliau praktek di Rumah Sakit Permata Keluarga, Jababeka, Cikarang. Hasil pemeriksaan dari dokter Gracia, adik mengalami gejala auto imun jenis HSP (Henoch-Shcenlloid Purpura). Dokter Grace merujuk kami ke dokter anak yang lebih spesialis lagi. Dokter yang khusus menangani alergi dan imunologi anak. Dokter tersebut adalah dokter Isman Jafar. Sampai saat ini kami masih terus berobat jalan dengan beliau.

Hari kamis, sulung pulang sekolah lebih awal karena baru saja selesai PTS (Penilaian Tengah Semester) kelas tiga semester dua. Jadwal pulangnya adalah pukul 10.00 wib. Kebetulan sulung juga piket setiap hari kamis. Jadi ia dan beberapa temannya yang bertugas membersihkan kelas akan pulang lebih lama dari temannya yang lain. Jam pulang sekolah sulung ini berbarengan dengan jadwal saya dan adik ke rumah sakit untuk kontrol. Saya pun mengajak sulung berdiskusi untuk mencari solusi dari masalah waktu ini. Biasanya ketika sulung pulang sekolah normal, pukul 14.30 wib, ia akan pulang bersama tetangga yang kebetulan berprofesi antar jemput anak sekolah. Namun, kali ini sulung tidak mau ikut beliau dan ingin saya yang menjemput.

Ada dua tawaran yang saya ajukan pada sulung, yaitu :
1. Pulang sekolah naik ojek tetangga setelah selesai piket kelas
2. Saya jemput dengan catatan bisa pulang lebih awal walaupun piket.

Awalnya sulung agak berat dengan pilihan nomor 2 sebab ia sadar punya kewajiban piket kelas. Kebetulan di semester 2 ini sulung juga mendapat tanggung jawab sebagai wakil ketua kelas. Jadilah, sulung merasa berat karena ada 2 tanggung jawab yang ia emban.
Di satu sisi saya bangga sebab sulung memiliki jiwa tanggung jawab yang besar. Tapi kondisinya saat ini yang lebih prioritas adalah jadwal berangkatnya adiknya ke rumah sakit.

Saya memberi saran supaya sulung berbicara baik-baik dengan teman piketnya bahwa ia harus pulang lebih dulu karena ibunya akan pergi ke dokter untuk pengobatan lanjutan adiknya. Sebenarnya ini kesempatan yang bagus untuk sulung agar bisa mebcari solusi atas sebuah masalah. Saya memberi kesempatan pada sulung untuk memikirkan solusi yang telah saya tawarkan.

Kamis pagi, saya dan sulung sepakat bahwa ia akan ijin ke teman-teman piketnya untuk pulang lebih dulu. Tepat pukul 10.15 wib sulung keluar dari sekolah. Ini sesuai dengan kesepakatan yang kami bicarakan. Dengan kecepatan motor yang tidak biasa, saya langsung pulang dan berangkat lagi ke stasiun. Dengan menaikkan kecepatan juga saya kembali menuju stasiun. Sampai di stasiun sekiara pukul 10. 45 wib. Kami menunggu kereta (KRL). Entah kenapa hari kamis siang justru sangat ramai. Saya tak tahu pasti penyebabnya karena calon penumpang KRL sangat bervariasi. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa sedang sabar menunggu KRL datang.

Sekitar 10 menit menunggu, Kereta pun datang. Seluruh penumpang berhamburan masuk dan mencari kursi. Ssaya dan adik berjalan biasa saja, tidak ikut berlari ataupun buru-buru mencari bangku. Ibu dengan anak kecil masuk dalam kategori penumpang prioritas, jadi saya tidak terlalu khawatir akan berdiri sepanjang kerete melintas di rel. Dlam artian, sudah pasti akan ada penumpang yang dengan sadar memberikan tempat duduknya saat melihat ibu membawa anak kecil. Benar saja, tak lama mencari kursi sudh ada penumpang yang menawarkan kursinya.
Terima kasih orang baik

Perjalanan kereta dari stasiun Cikarang menuju stasiun Bekasi membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Selama di dalam kereta, adik tidur pulas dalam pangkuan. Tas punggung sengaja saya letakkan di atas bangku agar dapat memangku adik dengan leluasa.  Penuhnya penumpang KRL tak mengganggu lelapnya adik. Hingga mendekati stasiun Bekasi, saya pun bersiap turun. Membangunkan adik yang masih terlelap untuk berdiri dan mengambil tas di atas. 
Alhamdulillah, adik bangun dengan baik tanpa drama atau menangis. Lepas mengambil tas, saya pun menggendong adik. Kami mendekat ke pintu supaya lebih mudah saat kereta berhenti. Tak menunggu lama, kereta sampai di stasiun Bekasi dan kami pun turun.

Kami tiba pukul 11.45 wib. Adik masih dalam posisi gendong sehingga saya menaiki tangga dengan beban sekitar 17 kg. Tak mengapa, sebab adik baru saja terjaga dan masih lesu. 
Selesai keluar dari stasiun, saya langsung memesan ojek online. Tak sulit mendapatkan ojek online sebab banyak yang patkir di sekitar stasiun.

Sampai di rumah sakit sekitar pukul 11.55. Saya langsung menuju loket daftar ulang. Ternyata, kami belum bisa melakukan daftar ulang sebab pelayanan daftar ulang bisa dilakukan satu jam sebelum dokter praktek. Padahal aturan sebelumnya, daftar ulang bisa dilakukan dua jam sebelum prakter dokter. Sepertinya kebijakan baru di berlakukan.

Tak lama berselang, saya melakukan daftar ulang tanpa bantuan petuas. Kebtulan saya sudah sering memperhatikan tahap demi tahap untuk daftar ulang. Setelah berhasil, saya sempat membantu beberspa orangtua laim yang sama-sam akan bertemu dengan dokter Isman. Lepas daftar ulang dan mendapat barcode, saya menuju ruang laboratorium untuk menyerahkan urine adik yang akan diperiksa. Hasil pemeriksaan urine akan dikirim melalui pesan whatsapp. Selesai menyerahkan urine, kami menuju lantai tiga tempat dokter praktek.

Lanjut part 2

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta