Memasuki liburan sekolah hari ke-3, belum ada rencana aktifitas yang mengharuskan kamu ke luar rumah.
Jika pun ada bahan yang tidak tersedia di rumah maka saya akan mengusahakannya. Sulung menyetujui rencana yang saya ajukan. Ia pun membuka buku ekperimennya dan mencari mana yang menarik.
Sayangnya, sulung tidak menemukan eksperimen yang menarik untuk dicoba. Ia mengembalikan bukunya dengan wajah terlipat. Beruntung terdengar suara riuh anak-anak di luar rumah. Sulung penasaran dengan suara tersebut dan melangkah ke luar rumah.
Nampak beberapa teman sedang bermain di jalanan depan rumah. Sulung pun ijin untuk bergabung. Tanpa penolakan dan syarat apapun saya memberikan lampu hijau padanya. Terlihat senyumam terukir di wajahnya.
Sulung berlari kecil mendekati kerumunan teman-temannya. Ternyata mereka sedang berbincang santai tentang sekolah masing-masing. Kebetulan mereka belajar di sekolah yang berbeda-beda.
Sulung menyapa teman-teman sebaya nya. Ia menawarkan beberapa permainan. Pilihan jatuh pada permaina congklak. Papan congklak berwarna putih dengan biji hitam diambil oleh sulung dari penyimpanannya. Mereka duduk melingkar dan melakukan hom pim pa untuk menentukan siapa yang main lebih dulu.
Keseruan bermain congklak terdengar penuh keceriaan. Sahut menyahut memberi semangat dan juga berkomentar trik agar menang main congklak. Teriakan terdengar di ujung permainan. Antara menang atau pun kalah, semua membuat mereka senang. Tidak ada yang sedih sebab bagi mereka kalah pun menyenangkan.
Matahari semakin meninggi. Sinarnya membuat suhu udara semakin naik dan terik. Anak-anak nampaknya mulai kepanasan dan memutuskan untuk pulang ke rumah masing-masing. Jalanan kembali lengang. Hiruk pikuk anak-anak lenyap diantara teriknya mentari.
Sulung pulang membawa congklak nya. Ia pun merasa kepanasan dan kehausan. Setelah mencuci tangan, ia langsung menenggak segeelas air putih. Nyesssss, rasanya segar sekali meski air putih itu tidak dingin. Tetapi sensasinya cukup meredakan rasa panas yang dibawa oleh tubuhnya dari luar tadi.
Tak lama berselang, kumandang azan Dzuhur menggema di langit. Sulung dan adik beristirahat sambil menonton televisi. Mereka nampak lelah dan meluruskan kaki. Suara di dalam rumah cukup hening. Hanya terdengar suara iklan dari layar televisi.
Namun ketenangan ini tak bertahan lama. Sejenak kemudian sulung dan adik sudah ribut berebut chanel televisi. Satu memegang remot, satu lagi berusaha meraihnya. Keriuhan di luar rumah sudah nyata pindah ke dalam rumah.
Saya tak banyak berkomentar atau pun melerai. Membiarkan sulung dan adik untuk memecahkan masalah perbedaan keinginan mereka. Chanel televisi mana yang akan dipilih. Sudah terserah mereka berdua.
Liburan sekolah hari ke-3 berjalan cukup baik. Meski hanya setengab hari terlihat damai, namun rasanya itu sudah lumayan.
Setelah makan siang dan salat Dzuhur, saya mengajak sulung dan adik untuk tidur siang. Menegaskan mereka untuk mematikan telebisi dan beristirahat agar tidak rusuh lagi di sisa hari itu.
Suasanya senyap terjadi hampir 2 jam lamanya. Dua anak salihah terlelap dalam selimut masing-masing.
Posting Komentar