Catatan pejuang Autoimun Henoch Schonlein Purpura (HSP)
Hai Sahabat,
Kembali lagi dengan catatan Tirta. Kali ini masih tentang perjuangan adik untuk sembuh dari Autoimun jenis Henoch Schonlein Purpura (HSP).
Melanjutkan cerita sebelumnya tentang 2 Alasan Monitoring Lebih Awal, Autoimun Henoch Schonlein Purpura.
Appoinment Melalui Call Center
Janjian dengan dokter lewat appoinment melalui call center sangat membantu sebab dari sana akan ketahuan jumlah pasien yang akan berobat. Jika jumlah appoinment berlebih maka akan diganti dengan hari lainnya.
Melalui appoinment online juga bisa memberikan kita nomor urut pasien yang lebih awal untuk bertemu dengan dokter. Jadi akan lebih cepat ketika menunggu giliran. Bisa dapat nomor pertama juga tergantung waktu daftar ulang di rumah sakit.
Selesai melakukan appoinment melalui call center Hermina, kami menjadi lebih tenang dan tinggal menunggu kabar apabila ada perubahan jadwal praktek dokter atau hal lainnya
Monitoring Terakhir Autoimun Henoch Schonlein Purpura (HSP)
A. Pemeriksaan Kakung
Tak menunda waktu, kami langsung meluncur ke pusat informasi untuk melakukan pendaftaran pasien baru atas nama Kakung. Pendaftaran ini dilakukan karena memang Kakung belum pernah berobat di rumah sakit tersebut sehingga harus melakukan registrasi data pribadi terlebih dahulu.
Selesai mengisi data pada formulir yang disediakan dan petugas memasukannya ke sistem, petugas menanyakan dokter yang dituju. Kami pun meminta jadwal dokter terdekat agar Kakung mendapat penanganan lebih cepat.
Alhamdulillah ada praktek dokter spesialis paru-paru di pukul 12.00 wib. Kakung pun di daftarkan dan bisa langsung menuju ruang praktek dokter di lantai 4. Sesampainya di lantai 4, langsung menuju bilik penyerahan surat pengantar. Kemundian di timbang berat badan, tensi darah, suhu tubuh, dan juga keluhan yang dirasakan. Kakung dan suami menunggu tepat di depan ruang dokter aga lebih mudah ketika namanya di panggil.
B. Daftar Ulang Adik
Sekitar pukul 11.45 wib, saya membawa adik ke gedung sebelah yang merupakan tempat pelayanan untuk pasien BPJS. Waktu daftar ulang adik dimulai pukul 12.00 wib. Ketika menuju gedung sebelah, kami sempat lama menunggu lift untuk turun ke lantai 2. Kebetulan jam makan siang sedang berlangsung jadi 2 lift rumah sakit digunakan untuk pengantaran makanan bagi para pasien rawat inap.
Sampai di gedung sebelah, saya langsung mengantri di mesin APM untuk mencetak surat pemeriksaan. Tepat jarum panjang dan jarum pendek berada di angka 12, pergerakan antrian di mesin APM mulai terjadi. Giliran saya di depan mesin APM langsung saja mengetik nomor BPJS dan mencetaknya. Setelah tercetak saya pun langsung menuju lantai 3 untuk menyerahkannya pada suster yang bertugas menimbang berat badan dan juga suhu badan.
Sayangnya, ternyata surat yang saya cetak salah. Surat tersebut merupakan surat untuk pengantar janjian bukan untuk daftar ulang. Jadilah kami kembali turun ke lantai satu. Kali ini saya mengantri di mesin APM yang ada petugas rumah sakitnya. Antriannya cukup panjang. Saya iseng menghitung dan berada di urutan ke sebelas.
Lama menunggu laju antrian, sekitar 15 menit hingga akhirnya saya berada di deapn mesin APM. Dengan bantuan petugas, ternyata proses daftar ulang adik tetap tidak bisa dilakukan melalui mesin APM. Saya pun langsung mengambil antrian layanan BPJS yang ditujukan ke petugas lain di service center rumah sakit. Malangnya, nomor antrian yang saya dapat sangat besar, nomor 254. Monitor di atas menunjukan angka 170. Huuuft, bisa panjang sekali waktu yang dibutuhkan. Saya mulai khawatir tidak terkejar hingga praktek dokter dimulai.
Kursi-kursi tunggu penuh terisi. Saya kesulitas mencari kursi kosong untuk adik. Cukup jauh kami duduk untuk menunggu panggilan. Sambil terus berdoa semoga antrian bergerak lebih cepat. Al-Fatihah, atas ijin Allah SWT ternyata nomor antrian di monitor tidak sinkron dengan antrian yang sesungguhnya. Dengan kata lain petugas melakukan pemanggilan antrian secara manual. Pemanggilannya dengan cara mengumpulkan 20 nomor antrian sekaligus di meja kerja mereka.
Pukul 12.50 wib, akhirnya nomor kami dipanggil. Penyerahan berkas surat rujukan adik menjadi syarat untuk proses pendaftaran. Sempat kepanikan melanda saya karena ssalah menyerahkan surat rujukan. Hingga saya mundur teratur dan mencoba untuk menenangkan diri sebelum kembali mencari surat rujukan di dalam tas. Akhirnya, surat rujukan ketemu dan langsung saja saya kembali ke meja petugas untuk di proses. Hanya butuh waktu 5 menit semua beres. Masya Allah, Alhamdulillah.
Tak membuang waktu, saya mengajak adik menuju lantai 3. Langsung melakukan timbang berat badan dan pengukuran suhu badan. Beruntungnya dokter datang tepat waktu di pukul 13.00 wib. Sudah ada satu pasien di dalam kamar praktek dokter. Saya mengajak adik untuk duduk di salah satu bangku di depan ruang dokter.
Seperti keberuntungan yang datang setelah kemalangan
Konsultasi Dokter
- Bagaimana kabarnya adik?
- Apakah muncul gejala autoimun seperti sebelumnya?
- Apakah adik pernah demam?
- Bagaimana pola makannya?
- Adakah keluhan lainnya?
a. Konsultasi Pertama
Saya menjelaskan lebih detail tentang amandel bagian kanan adik yang menempel pada uvula. Saya pun menjelaskan bahwa sebelumnya sudah diperiksakan. Pernah lepas atau terpisah secara normal, namun kali ini menempel kembali.
Dokter pun langsumg memeriksa adik. Beliau menjelaskan bahwa itu adalah bagian dari reaksi alergi yang ada di dalam diri adik. Kondisi ini tidak berbahaya selama dijaga pola makan dan kesehatannya. Bisa dibantu juga dengan mengonsumsi Cetirizen dan vitamin D3 1000 IU yang sebelumnya sudah dikonsumsi adik. Ditambah lagi dengan menyemprotkan cairan Sterimar untuk hidungnya.
b. Konsultasi Kedua
Selesai memeriksa kondisi amandel adik, dokter lanjut menanyakan apakah adik pernah muncul gejala autoimun seperti semelumnya. Konsultasi kedua meliputi gejala ruam pada tungkai kaki dan sakit lambung yang pernah didertia adik. Saya pun kembali menjelaskan bahwa semua gejala tersebut baik ruam kaku maupun sakit perut adik sudah tidak pernah terjadi lagi selama enam bulan terakhir.
Adik sudah berhenti mengonsumsi obat selama 6 bulan dan kondisinya baik tanpa ada gejalan autoimun Henoch Schonlein Purpura (HSP) yang muncul.
Dokter pun bersyukur bahwa kondisi ini menandakan bahwa adik sehat dan bagus keadaan badannya.
c. Konsultasi Ketiga
Lanjut konsultasi ketiga bersama dokter yaitu tentang keluhan lainnya seperti demam, batuk, pilek, dan lainnya. Selama tiga bulan terakhir, adik pernah demam, batuk, dan juga pilek. Namun semua kondisi tersebut masih dibatas kewajaran atau tidak parah.
Dokter menyarankan apabila adik flu atau batuk, bisa mengonsumsi Cetirizine sebanyak 3 ml saja sesuai dengan berat badan dan usianya.
d. Konsultasi Terakhir
Keputusan Dokter
Tidak Perlu Bertemu Dokter Lagi Ya, Nak
Dokter tersenyum sambil berkata, "Tidak perlu melakukan tes darah atau tes urine. Adik sudah sehat dan tidak perlu bertemu dokter lagi".
Perkataan yang diulang lagi oleh dokter tentang adik tidak perlu bertemu dokter lagi membuat saya semakin yakin. Keputusan dokter bahwa adik dinyatakan tuntas pengobatan selama 15 bulan menjadi titik akhir perjuangan kami.
Terima kasih, Nak sudah berjuang sampai di monitoring terakhir autoimun Henoch Schonlein Purpura (HSP) ini.
Terima kasih untuk dokter Isman yang selalu sabar mendengar memberi pengobatan selama konsultasi.
Terima kasih untuk semua keluarga, saudara, sahabat, dan tema-teman yang selalu meberikan dukungan dan doa untuk kesembuhan dan kesehatan adik.
Alhamdulillah, Tuntas.
Posting Komentar