√Pertemuan Kesebelas Monitoring Autoimun HSP (Henoch Schonlein Purpura)_2
Header catatantirta.com

Pertemuan Kesebelas Monitoring Autoimun HSP (Henoch Schonlein Purpura)_2


Bismillah,

Matahari semakin tinggi memimpin siang yang terik. Jam biru bergambar Doraemon masih tetap tersenyum meski udara luar semakin panas. Semua proses perpanjangan surat rujukan ke rumah sakit tipe B sudah selesai. Saya dan adik pulang bersama suami yang menjemput kami. Bersama menaiki sepeda motor merah menembus panasnya dunia.

Sampai di rumah, saya langsung menghubungi call center rumah sakit tipe yang akan kami kunjungi. Berbincang sejenak dengan operator yang membantu pendaftaran ke dokter anak spesialis konsultan alergi dan imunologi anak yang menangani autiomun adik. Hanya 3 menit berada di saluran udara, proses pendaftaran pun selesai.

Perjalanan perpanjang surat rujukan dari faskes 1 ke rumah sakit tipe C

Rabu, 15 November 2023

Sedari pagi saya sudah menyiapkan surat dan perlengkapan yang akan dibawa untuk monitoring autoimun adik di rumah sakit tipe B. Pergi berdua bersama adik membutuhkan persiapan yang sederhana. Usianya kini sudah 4 tahun 7 bulan sehingga sudah banyak kemandirian yang ia kuasai. Berbeda dengan satu tahun lalu dimana adik masih berusia 3 tahun. Ada banyak keperluan yang dipersiapkan untuk mengantisipasi kebosanan dan lain sebagainya.

Namun, ketika malam datang ada pesan masuk ke gawai saya. Sekitar pukul 19.30 wib pesan itu masuk. Pesan dari rumah sakit tipe B yang mengabarkan bahwa dokter yang kami tuju tidak praktek. Hari kamis yang seharusnya menjadi jadwal pertemuan kesebalas kami dengan dokter terpaksa ditunda. Saya tidak terlalu kecewa dengan pemberitahuan tersebut. Alhamdulillah adik dalam kondisi yang baik, sehat, dan ceria sehingga tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

Keesokan harinya, saya kembali menghubungi call center rumah sakit untuk melakukan reschedule. Saya mengganti jadwal pemeriksaan ke hari selasa, 21 November 2023.

Selasa, 21 November 2023

Hari yang ditunggu pun tiba. Jadwal pertemuan kesebelas monitoring autoimun HSP (Henoch Schonlein Purpura) adik tidak mengalami kemunduran lagi. Pukul 10.00 wib saya dan adik sudah berangkat dari rumah menuju stasiun. Kami selalu menggunakan kereta listrik atau KRL sebagai alat transportasi ke rumah sakit. Moda transportasi krl lebih praktis dan nyaman ketika hanya berdua dengan adik. Ditambah lagi stasiun pemberhentian kami sangat dekat dengan rumah sakit. Hanya butuh waktu 5 menit dengan ojek online untuk sampai di rumah sakit.

Cuaca siang itu cerah berawan. Adik selalu senang melihat pemandangan di luar jendela kereta. Penumpang kereta juga tidak terlalu ramai. Hanya beberapa orang berdiri di lorong kereta. Seperti biasa saya dan adik duduk di kursi prioritas. Kursi yang terletak di sudut gerbong perbatasan antar gerbong yang lain. Kursi ini menjadi tempat favorit kami setiap kali naik kereta listrik.

Sampai di stasiun Bekasi, kami saya langsung pesan ojek online menuju rumah sakit. Tak lama menunggu kami sudah meluncur ke rumah sakit dan tiba sekitar pukul 11.00 wib. Berhubung daftar ulang hanya bisa dilakukan 1 jam sebelum jadwal praktek dokter, maka kami baru bisa mencetak pendaftaran di jam 12. Ya, jadwal praktek dokter setiap hari selasa pukul 13.00 wib.

Sebelum masuk ke rumah sakit, saya memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu. Banyak kedai kaki lima di seberang rumah sakit. Sepanjang sungai yang membelah jalur kiri dan kanan jalan dipenuhi oleh penjual kaki lima dengan aneka jenis makanan dan minuman. Selain pedagang, ada juga wilayah bantaran sungai yang dijadikan tempat parkir. Jalanan di depan rumah sakit selalu ramai hingga harus berhati-hati ketika menyeberang.

Seperti biasa, saya menuju kedai dengan gerobak cokelat yang menjual aneka masakan. Ada nasi goreng, mi goreng, kwetiau goreng, mi rebus, dan lainnya. Saya memesan seporsi mi goreng tanpa cabai alias tidak pedas. Adik suka dengan mi goreng di sini. Rasanya cocok dengan lidah kami. harganya juga terjangkau dan wajar. Ditambah satu gelas es teh manis dan sebotol air mineral, lengkap sudah pesanan kami.

Adik makan dengan lahap. Kami selesai makan dan membayar sebelum pukul 12 siang. Tanpa menunggu lama, saya menggendong adik masuk ke rumah sakit. Tepatnya ke gedung pendaftaran ulang. 

Antrian pasien sudah mengular. Hanya perlu menunggu 7 menit lagi untuk bisa melakukan proses daftar ulang di mesin APM yang disediakan. Ada juga petugas rumah sakit yang siap membantu pasien atau keluarga pasien untuk mendaftar ulang. Ketika proses daftar ulang sudah dimulai, saya maju perlahan dan selesai dengan nomor 3 untuk pemeriksaan.

Selanjutnya, saya dan adik menuju ke lantai 3 tempat praktek dokter. Kertas pengantar saya serahkan ke suster yang bertugas untuk dilakukan pengukuran suhu dan timbang berat badan adik. Alhamdulillah berat badan adik 15.9 kg dengan suhu normal 36.5C. Semua kondisi adik masuk kategori normal dan aman. Selama tiga bulan terakhir adik sudah tidak mengonsumsi obat apapun. Baik itu cetirizin ataupun vitamin D3 1.000IU sudah dihentikan di bulan Agustus 2023.

Azan Zuhur sudah berkumandang sebelum pukul 12 siang tadi. Saya pun mengajak adik ke musala lantai 3 yang tak jauh dari ruang dokter. Sudah banyak orang di dalam musala. Kami bergantian dengan tertib dan saling menghormati. Selama menjalani monitoring autoimun adik di rumah sakit ini, hampir semua yang datang ramah dan saling menghormati. Mungkin karena kami memiliki ujian kesehatan dan dalam ikhtiar kesembuhan. Meski kondisi penyakitnya berbeda, tetapi perasaan kami sepertinya sama.

Waktu praktik dokter masih 30 menit lagi. Saya dan adik duduk di bangku tunggu bersama pasien lain. Untuk mencegah kebosanan dan meminimalisir interaksi dengan pasien lain, saya memberikan adik gawai untuk hiburan. Adik menonton tayangan kesukaannya dengan tenang.   

Dokter tiba 30 menit lebih lambat dari jadwal seharusnya. Beliau langsung menuju ruang praktik dan suster pun mulai memanggil pasien sesuai nomor urut. Tiba giliran adik dipanggil. Kami masuk ruang dokter dan adik langsung berbaring di kasur pemeriksaan. Sudah tidak ada rasa canggung setiap kali bertemu dokter. Adik tersenyum bahagia ketika dokter melakukan pemeriksaan.

Selesai pemeriksaan, dilanjut dengan konsultasi bersama dokter. Saya menjelaskan kondisi adik selama 3 bulan belakang. Kondisi yang baik, sehat, dan tidak ada kambuh autoimun yang menggembirakan. Dokter menyarankan untuk tetap melakukan monitoring lanjutan. Meski kondisinya baik, tetapi masih ada kemungkinan kambuh. Oleh sebab itu dokter meminta saya untuk kembali lagi 3 bulan kemudian. Semua dilakukan sesuai standar pengobatan dan demi kebaikan adik.

Berhubung masih harus kontrol 3 bulan lagi, saya menceritakan tentang syarat perpanjangan rujukan dari faskes 1. Saya meminta dokter untuk membuatkan surat keterangan bahwa adik masih harus melakukan pemeriksaan lanjutan. Suster yang membantu dokter membuatkan selemabar kerta. Saya menanyakan apakah surat ini bisa digunakan untuk perpanjang rujukan. Namun, suster tidak begitu paham sehingga meminta saya untuk menghubungi layanan di lantai 1.

Meski kondisi adik baik, dokter tetap memberikan obat untuk berjaga-jaga. Saya sempat meminta pada dokter untuk membuatkan resep obat sirup, jangan racikan. Obat racikan selalu lama selesai sehingga saya merasa buang-buang waktu saja di rumah sakit. Hanya menunggu dan menunggu.

Sambil menunggu obat, saya mengambil antrian untuk layanan bpjs. Sekitar 15 menit menunggu akhirnya nomor disebut. Sayangnya, bagian pelayanan menjelaskan bahwa mereka tidak menhheluarka surat untuk keterangan pengobatan lanjutan. Surat tersebut bisa dibuat oleh dokter. Saat surat dari suster saya tunjukkan, pihak pelayanan tidak mengetahui apakah surat itu berfungsi atau tidak.

Saya bingung dan kecewa dengan kejadian ini. Pihak pelayanan rumah sakit hanya menjelaskan bahwa jika ingin melakukan perpanjangan surat rujukan, maka yang dipakai adalah surat dari rumah sakit tipe C. Hmmm, daripada saya emosi akhirnya saya pergi dari meja pelayanan dan menuju tempat farmasi.

Pukul 15.00 wib adik yang sudah letih mulai mengantuk. Ia tertidur dipangkuan ketika kami masih menunggu obat. Bahkan ketika obat keluar adik masih tertidur. Saya menggendongnya keluar gedung rumah sakit sambil memesan ojek online. Masih dengan posisi tidur, saya memangku adik sampai stasiun. Hingga ia terbangun ketika turun dari ojek online dan bersedia untuk berjalan saat memasuki pintu tiket KRL.

Kondisi adik yang masih lesu dan mengantuk membuat ia rewel. Ditambah lagi kereta yang akan kami naikin masih dalam perjalanan. Sekitar 10 menit lagi baru akan sampai di stasiun Bekasi. Selama menunggu, adik mulai stabil dan berhenti menangis. Saya menghiburnya dengan berbincang ringan dan mengajaknya melihat kereta yang berada diseberang rel.

Kereta yang kami tunggu tiba tepat waktu. Adik sudah mulai bersemangat dan naik kereta dengan hati senang. Seperti sebelumnya, kami kembali duduk di kursi prioritas. Saat itu penumpangnya cukup ramai. Baru saja tiba berangkat, gerbong-gerbong sudah terisi penuh. Beberapa orang terlihat berdiri di lorong-lorong mencari posisi ternyaman.

Jumlah penumpang semakin padat ketika kereta tiba di stasiun Tambun. Semua gerbong kereta penuh oleh penumpang. Hingga kami sampai di stasiun akhir pun masih ada penumpang yang berdiri. Semua penumpang turun dan berpencar ke jalannya masing-masing.

Saya menggandeng adik menaiki dan tangga. Kemudian mampir ke kedai kopi dan membeli roti. Kopi untuk saya pribadi dan roti akan saya berikan pada sulung yang sudah pulang sekolah dengan mandiri. Ya, saya meminta tetangga untuk menjemput sulung dari sekolahnya. Tak cukup waktu jika harus menjemputnya di sekolah sebab saya pasti belum pulang.

Pertemuan kesebelas monitoring autoimun HSP (Henoch Schonlein Purpura) ditutup dengan rasa syukur. Alhamdulillah atas semua kemudahan dan kebaikan yang Engkau berikan.


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta