√Isu Kenakalan Remaja Semakin Meningkat, Salah Siapa?
Header catatantirta.com

Isu Kenakalan Remaja Semakin Meningkat, Salah Siapa?



Bismillah,

Isu kenakalan remaja bukan lagi sekedar wacana. Saat ini makin banyak kejadian nyata yang terlihat jelas terjadi di sekitar kita. Berita tentang kenakalan remaja pun sudah bertebaran di media sosial. Ada yang kasusnya berakhir damai. Namun tak sedikit yang masuk ke meja hijau.

Anak-anak yang semestinya sedang menimba ilmu, malah sibuk membully temannya di sekolah. Mereka yang seharusnya bermain bersama sebayanya, justru saling pukul dan baku hantam. Tak jarang senjata tajam ikut berperan dalam aksi tawuran yang mereka bilang itu sebagai bukti kedewasaan. Mereka anak-anak yang dunianya masih begitu panjang dengan menggali berbagai potensi yang ada pada dirinya justru terpuruk dalam kesesatan. Arah mereka melangkah seperti jalanan hitam yang gelap tak terlihat. Mereka tersandung dalam pergaulan bebas hingga membawa kegagalan dan keterpurukan.

Kasus pembullyan di sekolah seringkali terjadi. Mulai dari bullu secara verbal atau kata-kata sampai pada tindakan kekerasan. Bully secara verbal seringkali dianggap sebagai bahan lelucon atau iseng saja di kalangan remaja. Mereka saling menyindir dengan kalimat-kalimat yang sebenarnya membuat lawannya sakit hati. Bully verbal masih menjadi hal yang lumrah. Banyak orang menganggapnya hanya sebatas candaan tanpa ada maksud menyakiti lawan bicaranya. Dalihnya cuma bercanda. Padahal dampaknya bisa sangat besar.

Para pelaku bully verbal merasa bahwa yang mereka lakukan adalah hal sepele. Bahkan ada yang merasa bahwa itu adalah hal yang lucu dan menyenangkan Padahal bagi para korban yang mendapat perkataan tidak menyenangkan hal itu bisa membuat mereka tertekan, malu, dan sedih. Pada beberapa kasus bully verbal justru bisa mengakibatkan depresi hingga menjurus pada kematian alias bunuh diri. Begitu pula dengan pembullyan secara fisik. Ini berdampak sangat buruk dan lebih banyak korban yang mengalami kekerasan hingga kematian.

Sedihnya, masih banyak orang tua yang kurang peduli terhadap anak-anak mereka yang menjadi pelaku maupun korban pembullyan. Orang tua menganggap bahwa hal tersebut hanyalah bagian dari masa remaja yang masih diselimuti kelabilan pada diri anak-anak. Padahal kenakalan yang dilakukan oleh para remaja sangat erat kaitannya dengan kebiasaan yang terjadi di lingkungan mereka.
Kalau sudah seperti ini, siapa yang akan bertanggung jawab?
Siapa yang patut disalahkan?

Sumber terbesar dari munculnya kenakalan remaja biasanya bersalah dari dalam rumah mereka sendiri. Anak yang nakal seringkali memiliki trauma masa kecil yang membuat mereka tumbuh dalam ketidakpuasan. Rasa kurang tersebut mereka lampiaskan dalam bentuk kenakalan terhadap orang lain.

Banyak terbukti bahwa seorang anak yang nakal memiliki keluarga yang kurang harmonis. Anak-anak tersebut tumbuh tanpa kasih sayang. Rasa kurang kasih sayang dan perhatian dari keluarga membuat anak mencari di luar rumah. Sayangnya, jalan yang diambil adalah jalan yang salah, Mereka melakukan tindakan kekerasan untuk mencari perhatian. Mereka juga berperilaku tidak menyenangkan demi mendapat pengakuan diri. Kurangnya kepedulian di lingkungan keluarga membuat anak tidak memiliki arah dan tujuan mas depan. Mereka melangkah ke jalan yang salah tanpa pengawasan. Dan fatalnya, ketika sudah masuk dalam lingkaran kekerasan, mereka justru mendapat cacian dan kebencian. Bertambahlah emosi negatif yang tumbuh pada diri anak dan berujung pada pemberontakan dan pelampiasan pada orang lain.

Selain faktor keluarga, munculkan kekerasan dalam kehidupan para remaja adalah dari faktor pergaulan. Seorang anak yang bias dibilang baik bisa saja menjadi pelaku kekerasan jika mereka bergaul dengan teman-teman di lingkungan yang didominasi oleh mereka yang sudah terbiasa dengan kekerasan. Maka dari itu, pergaulan remaja hendaknya mendapat pengawasan dari para orangtua agar anak-anak mereka mendapat lingkaran pergaulan yang baik dan berkualitas.

Apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi tindak kekerasan remaja?

Bisa kita mulai dari lingkup terkecil yaitu keluarga. Hubungan keluarga yang hangat dan harmonis bisa menjadi pondasi yang kuat bagi remaja ketika berada di luar rumah. Pemberian bekal ilmu dan kebaikan-kebaikan juga akan menumbuhkan sikap dan perilaku yang baik ketika anak berada di luar rumah. Orangtua berperan memberikan contoh berupa sikap dan adab yang sesuai dengan kehidupan bermasyarakat. Ketika anak sudah memiliki bekal pertahanan diri yang kucukp, maka bisa meminimalisir terjadinya tindak kekerasan saat mereka berada di lingkungan masyarakat terutama di sekolah dan lingkaran pertemanan.

Orang tua dan keluarga merupakan lingkungan terdekat yang bisa menjadi tempat berkeluh kesah dan berbagi cerita. Dalam pertumbuhannya, anak tidak akan jauh dari masalah. Dengan adanya keterbukaan dalam keluarga, maka anak akan menyampaikan apa yang mereka rasakan. Diskusi dan solusi dari para anggota keluarga dapat menguatkan anak ketika mendapat sebuah masalah di luar sana. Anak yang terbiasa menyalurkan emosinya dengan hal--hal positif, kemungkinan besar akan terhindar dari sikap-sikap kekerasan. Energi yang mereka miliki punya tempat yang tepat untuk disalurkan sehingga tidak ada lagi tindak kenakalan di luaran.

Selain orang tua, lingkungan sekolah juga menjadi faktor penting yang dapat mempengaruhi kekerasan remaja. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki aturan dan hukuman atau konsekuensi. Kenakalan remaja di sekolah dapat dicegah dengan membuat aturan dan hukuman bagi para pelaku kekerasan. Selai itu, sekolah juga menyediakan pembinaan bagi para siswanya yang terlibat tindak kekerasan. Lembaga bimbingan konseling sekolah bisa menjadi salah satu solusi mengurangi tingginya tingkat kekerasan remaja.

Jadi, siapakah yang salah ketika terjadi kekerasan remaja?
Siapa yang bertanggung jawab atas tindakan kekerasan para remaja?
Apakah orangtua?
Apakah lembaga pendidikan?
Atau lingkungan dan pertemanan?

Jawaban pastinya bukanlah siapa yang salah. Tetapi mengumpulkan berbagai elemen yang bertanggung jawab mencegah terjadinya tindak kekerasan lebih prioritas daripada saling menyalahkan.
sebab, kehidupan ini saling terkait. Semua berjalan beriringan dan saling mempengaruhi. Semua memiliki peran masing-masing.

Solusi utama ketika terjadi tindakan kekerasan remaja yaitu pertama rangkul mereka. Berikan nasihat dan pembinaan bahwa tindak kekerasan yang mereka lakukan adalah perbuatan yang tidak baik. Beritahu bahwa perilaku kekerasan memberi kerugian bagi diri sendiri dan orang lain. Terlebih lagi jika tindak kekerasan tersebut sampai menyebabkan kematian. Maka hukuman di meja hijau sudah pasti akan dirasakan. Dampingi mereka selama berproses menjadi lebih baik. Beri dukungan penuh agar tidak lagi melakukan tindak kekerasan. Sediakan tempat untuk mennyalurkan tenaga, minat, dan bakat yang mereka miliki. Ini semua menjadi solusi yang cocok dan baik bagi semua.


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta