√Kenangan Literasi Bersama MOP, Majalah Pelajar di Era Orde Baru
Header catatantirta.com

Kenangan Literasi Bersama MOP, Majalah Pelajar di Era Orde Baru

Gambar diambil dari google

Bismillah

Entah sejak kapan kecintaan saya pada dunia literasi muncul. Khususnya dalam hal membaca. Yang saya ingat ketika duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP), saya senang sekali ke perpustakaan. Setiap jam istirahat, selalu perpustakaan yang dituju. Jarang sekali menyambangi kantin sekolah untuk sekadar jajan gorengan atau es teh manis. Selain ingin segera ganti buku bacaan, perpustakaan menjadi pilihan yang  tepat untuk berhemat uang jajan, hahahaha.

Hampir semua buku di perpustakaan saya baca, terutama buku bergenre fiksi atau cerita-cerita seru. Saya masih ingat setiap kali berkunjung ke perpustakaan sekolah, ibu penjaga perpustakaan akan menyambut dengan bahagia. Beliau memberitahu buku-buku yang baru datang dan siap berbaris di rak perpustakaan. Saking rajinnya meminjam buku, kartu perpustakaan saya sampai penuh dan cepat sekali ganti kartu yang baru. Ibu pustakawan sudah paham betul dan bahkan menjadi teman yang menyenangkan di perpustakaan. Beliau pun tak segan meminta bantuan saya untuk merapikan buku-buku yang berantakan.

Selain buku-buku perpustakaan, saya pun selalu menanti kehadiran majalah. Tepatnya majalah MOP. Majalah ini sangat terkenal dikalangan pelajar. Majalah yang disediakan khusus untuk sekolah-sekolah tingkat pertama dan atas. MOP ini hadir pada tahun 90-an. Hampir setiap sekolah menyediakan majalah ini. Majalah yang memikat para pelajar untuk berkunjung ke perpustakaan.

MOP sendiri merupakan singkatan dari Media Opini Pelajar. Tapi, meski disebut opini seingat saya isinya tak banyak berkaitan dengan pendapat atau sejenisnya. Meski begitu tidak banyak yang mempermasalahkannya. Sejatinya MOP lebih dikenal dengan sebutan Media Pelajar. MOP sendiri terbit setiap satu bulan sekali. Banyak pelajar seperti saya yang menanti-nanti majalah tersebut terbit. Bahkan kami seringkali berebut untuk membacanya. Berebut dengan cara sportif loh, bukan main fisik. Caranya yaitu ketika bel istirahat berbunyi, kami berlarian menuju perpustakaan. Siapa cepat, dia dapat.

Lokasi peletakan MOP sangat strategis. Pustakawan sengaja meletakkannya di rak utama dekat pintu masuk. Otomatis ketika pintu perpustakaan terbuka, kami bisa langsung melihatnya. Jika terlambat mendapatkan MOP, biasanya kami akan berbagi. Ya, satu majalah kami baca bersama-sama dengan catatan si pemegang pertama yang ber hak menentukan halaman mana yang akan dibaca. Para pembaca susulan hanya bisa ikut sesuai pemegang utama. Disinilah keseruan kami pada masa itu. Tidak ada kecemburuan. Tidak ada rasa iri, sebab kami saling berbagi dan menghargai.

MOP memiliki daya tarik tersendiri yang berhasil memikat para pelajar. Berbagai rubrik atau tema disajikan dengan menarik. Khas nya, MOP dibuat sesuai dengan jiwa para pelajar. Isi dari MOP yaitu ada tentang ilmu pengetahuan, pantun, puisi, cerpen, cerbung, konsultasi pelajar, dan juga ada komik yang menarik. Ada juga cerita-cerita lucu yang menambah daya tarik MOP.

Uniknya, MOP ini tidak boleh dipinjam secara pribadi atau tidak boleh dibawa pulang. MOP hanya bisa dibaca di perpustakaan. Hanya boleh dinikmati di sekolah, bukan di rumah. Inilah keseruannya. Berebut jadi penguasa MOP dan mengatur halaman baca saat membaca bersama teman yang lain.

Saya menikmati masa-masa indah bersama MOP. Kenangan itu melekat hingga saat ini. Suasanan perpustakaan yang sibuk saling berdesih lirih. Mengingatkan untuk tidak berisik. Padahal desisan itulah yang menambah keributan di perpustakaan. Hingga pustakawan ikut memberi peringatan, barulah kami saling melirik dan menutup mulut. Indahnya masa itu. Masa-masa berebut membaca MOP.


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta