√Perawatan Pasca Operasi Abses
Header catatantirta.com

Perawatan Pasca Operasi Abses

Bismillah

Serpihan cerita sulung.

Selasa, 4 Oktober 2022

Operasi sulung berlangsung sekitar 40 menit. Kami menunggunya di depan ruang operasi. Doà tak henti kami langitkan untuk kelancaran dan keberhasilan operasi sulung. Tiba ketika seorang dokter laki-laki keluar dari ruang operasi. Beliau langsung mengenali kami sebagai keluarga dari anak yang baru saja selesai ditangani. Kami menyapa doker Bn, dokter bedah yang menangani operasi sulung. Beliau menjelaskan operasinya lancar, nanah sudah dibersihkan, dan tinggal menunggu sulung sadar di ruang pemulihan. Dokter Bn menyampaikan bahwa sel darah putih sulung sangat tinggi. Jumlahnya naik sampai 26.000 dari kondisi normal yang semestinya 10.000. Keputusan kami mengambil tindakan operasi sudah tepat sebab jumlah sel darah putih yang tinggi bisa jadi berbahaya bagi sulung.

Ketika berbincang dengan dokter Bn, kami juga menyampaikan salam dari dokter B yang merekomendasikan kami untuk berkonsultasi dengan dokter Bn. Mereka saling mengenal dan dokter Bn menyampaikan terima kasih atas salam yang kami sampaikan. Kami pun juga mengucapkan terima kasih pada dokter Bn karena telah menangani putri kami dengan baik.

Berlanjut pasca operasi sulung.

Setelah berbincang sejenak dengan dokter Bn, saya langsung menghampiri sulung di ruang pemulihan pasca operasi. Ya Allah, tak kuat diri ini memandang sulung yang tertidur tak sadar. Sebuah alat bantu pernapasan masih melekat di mulut sulung. Selang oksigen juga masih terpasang di sana. Kondisi ini sangat mengiris hati. Otak seperti melayang memikirkan banyak kemungkinan buruk. Namun, semua negatif thinking itu segera saya buang jauh-jauh. Segera saya istighfar memohon ketenangan diri. Memohon kekuatan pada sang Maha Pemilik hati agar kuat menjalani ujian kesehatan ini.

Perlahan saya sentuh tangan kecil sulung. Dingin, tak merespon. Lalu saya berbisik di telinganya. Dekat, dekat sekali saya berbicara pelan di telinga sulung. Saya panggil namanya berulang kali. Saya sentuh pipinya yang juga dingin. Lagi dan lagi saya terus memanggil sulung agar ia segera sadar.

Seorang suster yang bertugas di ruang pemulihan menghampiri saya. Ia berkata agar ucapan saya lebih keras sehingga sulung bisa segera sadar. Saya pun mengikuti nasehatnya. Benar saja, tak lama sulung mulai membuka matanya. jari-jari tangannya pun mulai merespon sentuhan saya. Perlahan kesadaran sulung mulai terbentuk. Sesekali ia hampir terpejam kembali, namun saya terus mengajaknya berbincang agar ia tak kembali tidur.

Saat sulung mulai sadar, saya meminta suami untuk bergantian menemuinya. Kami bergiliran mengajak sulung berbincang agar ia segera pulih dari bius total saat operasi. Satu jam berlalu, akhirnya sulung mulai sadar sepenuhnya. Sebenarnya, setelah pasien pulih / sadar setelah operasi, maka akan dipindahkan ke ruang atau kamar inap. Namun sayangnya sulung yang sudah pulih belum bisa langsung pindah ke kamar rawat inap. Hal ini dikarenakan kamar rawat sedang penuh dan kami diminta menunggu pasien yang sedang proses pulang. Hampir dua jam kami menunggu, akhirnya petugas kamar menjemput dan membawa sulung ke kamar rawat untuk beristirahat.

Malam itu, suami pulang setelah sulung dipindahkan ke ruang rawat inap. sulung meminta saya untuk menemaninya. Berhubung peraturan rumah sakit hanya mengijinkan satu orang menemani pasien, maka suami memutuskan untuk pulang. Kami berbagi tugas. Saya menemani sulung di rumah sakit, sedangkan suami menjaga adik di rumah. Ruang rawat yang kami tempati cukup nyaman. Berisi dua pasien dengan fasilitas sofa masing-masing untuk tempat keluarga pasien menginap. Malam terasa merangkak perlahan. Mata ini sulit terpejam dan terus menantap sulung yang sudah terlelap. Masih ada rasa khawatir dan gelisah meski kondisi sulung terbilang baik dan stabil.

Rabu pagi, 5 Oktober 2022

Kumandang azan Subuh lantang terdengar, menyusup celah-celah di lantai tiga kamar inap. Selepas salat Subuh, terlihat sulung sudah bangun. Ia memang sudah terbiasa bangun untuk salat Subuh. Saya menghampirinya. Menanyakan perasaannya pagi itu. Sulung merasa jauh lebih baik. Rasa sakit di pipinya telah hilang. Bahkan luka pasca operasinya tak terasa sakit. Mendengar hal itu ada rasa lega yang menenangkan hati. 

Pagi yang cerah menemani aktifitas kami di kamar rawat inap. Sulung menghabiskan semangkuk bubur ayam. Ia kelaparan sebab malam pasca operasi belum diperbolehkan untuk makan. Hanya sedikit air putih yang boleh masuk ke tenggorokannya. Biasanya ia kurang suka bubur ayam, namun kali ini rasa laparnya mengalahkan rasa tak suka. Sayangnya, kebahagiaan sulung makan bubur ayam tak berlangsung lama. Seorang suster masuk untuk memeriksa kondisi sulung. Suster melihat mangkuk kosong di meja kami. Ternyata, sulung belum diperbolehkan makan makanan lunak. Sulung hanya boleh mengonsunsi bubur cair. Ada salah komunikasi antara suster dengan tim gizi rumah sakit.

Sedihnya, sulung yang mulai lapar tak boleh banyak menggerakkan mulutnya. Ditambah efek dari bius total saat operasi menyebabkan pencernaan kacau. Jadi, sulung hanya boleh mengonsumsi susu atau bubur saring yang cair. Bubur cair yang mirip sekali dengan makan bayi yang baru saja mengenal makanan di usia enam bulan. Ada rasa kasihan, ada juga kelucuan melihat sulung tak boleh makan makanan lain. Tapi, semua harus dijalankan demi menjaga kondisi badan sulung agar segera pulih dan sehat. 

Selama berada di rumah sakit, sulung mendapatkan antibiotik dan anti nyeri. Kedua obat tersebut disuntikkan melalui saluran infus. Setiap kali waktunya antibiotik dan anti nyeri, sulung merintih sakit bahkan sampai menangis. Suster yang bekerja sudah melakukan dengan perlahan, namun memang suntikan melalui saluran infus di tangan rasanya sakit sebab menekan pembuluh darah. Sabar dan sabar, saya selalu mengingatkan sulung untuk terus bersabar. Semua ini bagian dari proses penyembuhan sakitnya.

Dua hari di rumah sakit, sulung juga harus menahan lapar yang cepat sekali datang. Bagaimana tidak, ia hanya boleh mengonsumsi bubur cari dan susu. Ketika bubur cair yang diberikan tak dimakan karena membuatnya ingin muntah., sulung hanya bisa mengganjal perutnya dengan susu. Ujian kesabaran tak hanya untuk saya, tetapi sulung pun merasakannya jauh lebih tinggi. Saya terus mengingatkan agar sabar sebab orang yang sabar akan mendapat pertolongan dari Allah SWT. Aamiin.

Berdiam diri di atas ranjang membuat sulung cepat bosan. Ruang geraknya sangat terbatas. Hanya di kasur dan kamar mandi. Beruntung ada buku dan gadget yang menemani sulung. Kedua hiburan ini menemani sulung selama berada di rumah sakit. Meski sedang sakit dan ruang gerak terbatas, tetapi untuk bermain gadget tetap dibatasi waktunya. Ini bertujuan agar sulung tidak terlena oleh gadget yang bisa menyebabkan emsosinya menjadi tidak stabil.

Alhamdulillah, dua kali kunjungan dokter Bn, hasil operasi sulung terbilang bagus. Sulung diperbolehkan pulang di hari kamis malam.

Alhamdulillah semua urusan administrasi dimudahkan. Meski menggunakan fasilitas bpjs, semua proses administrasi berjalan lancar.


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta