√Pandawa dan Melasti, Pantai Elok Tepi Tebing di Pulau Dewata Bali
Header catatantirta.com

Pandawa dan Melasti, Pantai Elok Tepi Tebing di Pulau Dewata Bali

 Bismillah

Serpihan cerita kami.

Perjalanan menikmati indahnya pulau Bali selalu tak luput dari pantai. Banyak pantai berbaris rapi mengelilingi setiap sisi pulau Dewata Bali . Seluruh bagian pulau Bali dibatasi oleh pantai-pantai yang menawan. Keindahan pantai menjadi daya tarik utama bagi wisatawan domestik dan juga mancanegara. Semua wisatawan berlibur ke Bali demi menikmati keindahan pantainya yang berlapis dengan pasir putihnya yang berkilau.

Kami menuju pantai Pandawa sekitar pukul sepuluh waktu Indonesia bagian tengah. Perjalanan ke pantai Pandawa sangat menyenangkan. Rute yang lewati berkelok menciptakan gairah dan semangat. Rasanya ingin segera mencium harumnya pantai ditemani gulungan ombak yang berkejaran. Sebelumnya kami telah berpetualang di Tanjung Benoa dan pulau Penyu. Waktu tempuh dari Tanjung Benoa ke pantai Pandawa sekitar 30 menit  dengan jarak kurang lebih 15 Km.

Cuaca hari itu sangat cerah. Matahari tegas bersinar tanpa aling-aling. Awan berarak mengikuti alunan angin. Bergerak lembut memberi corak indah di langit biru. Kami sampai di gerbang pantai Pandawa yang megah. Membayar retribusi yang telah ditentukan dan lanjut menyampai pantai. Sebelum turun ke pantai, kami berhenti sejenak di sisi atas pantai. Tepatnya di bawah tebing bertuliskan Pantai PANDAWA. Beberapa foto diambil untuk mengabadikan jejak lampah kami yang sudah mengambah ke pantai Pandawa. Beruntung ada orang yang dapat kami mintai tolong untuk mengambil foto kami bersama. Terciptalah foto kenangan dengan anggota keluarga lengkap dengan latar belakang tulisan pantai Pandawa.

Selesai menikmati pemandangan pantai Pandawa dari atas, kami lanjut ke sisi bawah yang langsung bersentuhan dengan air dan pasir putih. Cuaca cerah menimbulkan suhu yang cukup panas. Awalnya kami ingin bermain dengan pasir putih ditemani deburan ombak. Namun akhirnya kami urungkan karena terik matahari terasa menyengat kulit. Pandangan kami pun silau sehingga tak leluasa melihat dan menikmati suasana pantai.

Padahal, saat itu banyak wisatawan domestik dan mancanegara yang tengah asik bercengkrama dengan ombak. Mereka seolah berdamai dengan panasnya sinar matahari dan hembusan angin yang hangat. Bagi wisatawan mancanegara, mereka memang sengaja berjemur untuk menghitamkan badan. Kulit mereka yang putih sengaja dibiarkan terbakar matahari agar menjadi lebih gelap bahkan cenderung hitam. Kulit hitam eksotis inilah yang mereka cari selama di pulau Bali.

Tak bertahan lama di pantai Pandawa, kami melanjutkan deru kendaraan menuju pantai Melasti. Pantai Melasti juga terletak di dekat tebing yang gagah berdiri. Pasir putihnya berkilau terpantul sinar matahari. Kelebihan dari pantai Melasti adalah ombaknya yang tak terlalu tinggi. Sekitar pantai juga banyak pohon yang bisa dijadikan tempat berteduh dan menikmati tiupan angin yang lembut.

Ciri khas lain dari pantai Melasti adalah banyaknya hiasan berbentuk angsa. Hampir setiap sisi dan sudut pantai Melasti dihiasi patung dan ornamen berbentuk angsa. Ternyata pantai Melasti ini terletak di daerah yang bernama Ungasan yang berarti angsa.

Cukup lama kami menikmati pantai Melasti yang menawan. Meski cuacanya panas, kami sempat bereduh di bawah pohon dan menikmati suasana pantai. Membiarkan alunan angin menyentuh kami bersama riak ombak yang menepi. Jumlah wisatawan di pantai Melasti lebih banyak dari pada pantai Pandawa. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara tak segan bermain air dan pasir. Tak lupa yang berjemur juga banyak di tepian sambil bersantai dan berbincang.

Petualangan kami terjeda ketika waktu dzuhur tiba. Kami bergerak mencari masjid terdekat dan juga mencari tempat makan yang halal. Tak mudah mencari makanan halal di sini sebab mayoritas masyarakat Bali beragama Hindu. Ditambah dengan wisatawan mancanegara yang beragam, jadi kami harus cermat memilih dan memilah.

Alhamdulillah, rejeki kami sampai di masjid agung Palapa. Letaknya di komplek peribadatan dekat GWK ( Garuda Wisnu Kencana ). Kami shalat dan beristirahat sejenak. Suasana masjid agung Palapa sangat sejuk. Masjid ini dibuat tanpa tembok keliling. Masjid dibiarkan lebar dan luas terbuka sehingga udara dapat dengan bebas memenuhi masjid. Sekitar masjid juga dipenuhi pohon-pohon rindang. Sirkulasi udara terasa bersih memenuhi paru-paru kami. Tepat sekali rasanya bisa beristirahat di masjid Agung Palapa.

Petualangan kami selanjutnya adalah ke Pura Luhur Uluwatu.

Cerita serunya di halaman berikutnya.



Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta