√Melepaskan Untuk Mendapatkan
Header catatantirta.com

Melepaskan Untuk Mendapatkan



Bismillah,
"Silaturahim itu memperluas rejeki."

Saya yakin dengan kalimat di atas. Rejeki bukan hanya beupanmateri tetapi juga rejeki bertemu orang-orang baik.

Sore itu, daun-daun masih basah oleh hujan. Jalananpun masih tergenang air di beberapa sisi. Matahari sedikit mengintip di ujung senja. Bersama selimut awan tipis berwarna jingga.

Bu Tita melaju motor bebeknya dengan hati-hati. Ia membawa serta balita kesayangnya. Usianya sudah menginjak tiga tahun. Dengan rambut dikuncir dua, gadis kecil tiga tahun itu terlihat bahagia. 
Bu Tita bersenandung riang menyanyikan lagu Burung Kutilang. Anak bungsunya tak mau kalah berseru menemani ibunya bernyanyi. Meski tak merdu, mereka tetap bersuka ria.

Sepuluh menit melintasi jalan komplek, bu Tita sampai di tempat tujuan. Motornya berhenti tepat di depan rumah kokoh berwarna biru muda.
Setelah mengucapkan salam, seorang ibu muda seusianya keluar dengan senyum mengembang. Ibu muda itu bernama Lia. Teman seperjuangan saat menjadi mahasiswa pendidikan.

Bu Lia mengajaknya masuk. Mereka pun saling bertanya kabar. Tujuan utama kedatangan bu Tita adalah menjenguk putra bu Lia yang baru saja dikhitan. Tidak ada acara resepsi khitan di kediaman bu Lia. Namun, bu Tita datang sebagai wujud bahwa ia turut bahagia.

Tak butuh waltu lama, bu Tita dan bu Lia sudah terlibat obrolan seru. Mereka memabhas indahnya masa-masa menjadi mahasiswa. Perjuangan menyelesaikan tugas-tugas dari dosen. Lalu mengenang kembali pengalama seru saat KKN di tempat terpencil. Semua kenangan itu masih sangat kuat meski sudah hampir sepuluh tahun berlalu. Tak ada habisnya mengulang lembar demi lembar perjuangan mendapatkan ijasah sarjana. Terlebih lagi upaya di ujung kuliah. Segala daya dikerahkan demi menyelesaikan skripsi dan mendapat nilai sempurna. Sungguh penggalan hidup yang sangat menyenangkan dan juga membahagiakan.

Tak lama berselang, Bu Tita ingin pamit pulang. Namun, bu Lia menghentikannya karena teringat sesuatu. Bu Lia menceritakan bahwa beberapa minggu lalu, pemilik bimbingan belajar (Bimbek) di tempat anaknya belajar sedang mencari tenaga pendididk. Pemilik bimbel tersebut berencana mendirikan taman kanak-kanak. Beliau membutuhksn banyak tenaga pendidik termasuk staf dan kepala sekolah. Bu Lia merekomendasikan bu Tita pada pemilik Bimbel tersebut. Bukan tanpa alasan bu Lia mengajukan namanya. Semua disebabkan karena bu Tita adalah sarjana pendidikan  lulusan terbaik kampusnya. Mendengar kabar tersebut, bu Tita sangat senang. Ia berterima kasih pada teman biknya karena telah merekomendasikan dirinya. Setelah mendapat kabar tersebut, bu Tita pun pamit undur diri.

Dalam perjalanan pulang, bu Tita tak terlalu memikirkan berita bahagia yang baru saja didapatkannya. Semua keinginan bekerja di ranah publik telah ia simpan sejak kelahiran anak keduanya. Bu Tita ingin mendampungi tumbuh kembang anak-anaknya  secara penuh.

Benar saja. Dua hari setelah pertemuannya denga Bu Lia, masuk sebuah pesan singkat dari pemilik bimbel. Sebut saja bu Endah. Bu Endah mengajak bu Tita agar bersedia menjadi bagian dari sekolah miliknya. Sungguh lagi-lagi ini kabar yang sangat menyenangkan. Bahlan bu Tita sempat menitikkan air mata sebab tawaran bagus tersebut.
Tak tanggung-tanggung ternyata  Bu Endah menawarkan posisi kepala sekolah pada bu Tita. Benar-benar diluar dugaan hingga membuat bu Tita sangat tersanjung.

Namun sayang, sebesar apapun peluang di ranah publik yang datang padanya, bu Tita tetap pada pendiriannya. Sejak kehadiran anak kedua dalam hidupnya, bu Tita sudah bertekad untuk mendedikasikan dirinya untuk keluarga di rumah. Ia ingin mendampingi secara penuh atas tumbuh kembang buah hatinya. Ia tak ingin kehilangan waktu menemani anak-anaknya beranjak besar. 

Jadi, dengan tulus bu Tita meminta maaf pada bu Endah. Bu Tita menolak tawaran yang mungkin sulit untuk datang dua kali. Bu Tita melepas kesempatan demi mendapat kesempatan lain. Kesempatan yang sudah ia tetapkan tanpa bisa tergoyahkan. Melepas peluang di ranah publik dan mengambil pengabdian sepenuhnya di ranah domestik.

Tak ada kecewa dalam dirinya.
Tak ada duka dalam hatinya.
Semua sebab ketulusan dan keikhlasannya sebagai ibu untuk anak-anaknya.

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta