√Si Putih, Buku Kesebelas Serial Bumi (Ulasan Buku)
Header catatantirta.com

Si Putih, Buku Kesebelas Serial Bumi (Ulasan Buku)

 Bismillah







Ulasan buku kesepuluh dari novel fiksi Serial Bumi karya Tere Liye

Judul                     : Si Putih

Penulis                 : Tere Liye

Penerbit               : PT. Gramedia Pustaka Utama

Tahun terbit        : 2021

No ISBN                : 9786020652252

Jumlah halaman : 376 halaman

Harga                    : Rp. 85.000

Kategori                : Fiksi remaja


Kisah petualangan Raib, Seli, dan Ali di dunia paralel masih terus berlanjut. Namun, kali ini di buku kesepuluh tidak menceritakan petualangan tiga sekawan tersebut. Buku berjudul Si Putih ini memaparkan kisah seekor kucing purba dari Klan Polaris. Kucing inilah yang kelak dikemudian hari menjadi hewan kesayangan Raib. Kucing putih yang menjadi hadiah di ulang tahun Raib.

Kisah Si Putih bermula ketika virus mematikan muncul di Klan Polaris. Pusat peradaban Klan Polaris adalah kota E-Um diserang mendadak. Kota ini merupakan ibu kota klan Polaris yang juga pusat peradaban modern. Kota E-Um menjadi kota di dunia paralel dengan tingkat kemajuan yang sangat tinggi. Bahkan tingkat teknologinya jauh di atas klan Matahari, Bulan, maupun Bintang. Virus mematikan itu sejatinya merupakan siklus alami di Klan Polaris. Para ilmuwan, penduduk dan pemerintah Klan Polaris mengetahui siklus pandemi tersebut. Hanya saja tak terduga kapan waktunya virus itu bermutasi dahulu sebelum datang. Susahnya yaitu belum atau tidak  diketahui secara pasti kapan virus mematikan itu menampakkan diri.

Para ilmuwan dan pemerintahan Klan Polaris sudah berjaga atas segala kemungkinan akibat yang disebabkan oleh virus berbahaya tersebut. Puluhan hingga ratusan tahun seluruh penghuni Klan Polaris telah siaga atas segala kemungkinan. Pandemi virus tersebut dibedakan dari level satu sampai sepuluh. Level sepuluh menjadi tingkat paling tinggi dan sangat darurat. Tingkat bahaya di level sepuluh bahkan membuat pemerintah Klan Polaris mengeluarkan Dekrit darurat untuk seluruh kota E-Um. Dekrit tersebut berisi tentang evakuasi cepat bagi penduduk Klan Polaris yang masih sehat dan tidak terjangkit virus. Para penduduk di evakuasi ke sisi lain Klan Polaris. Sisi tersebut dibatasi oleh dinding menyerupai kaca setebal 100 meter. Tidak ada batasan di seluruh bagian dinding pembatas. Ujung atasnya tak terlihat. Pesawat paling canggih tidak mampu menggapainya. Begitu pula bagian bawah dinding, tak terkeduk sedalam apapun menggalinya. Dinding pembatas itu dibuat dengan teknologi suara superior yang tak bisa ditembus dengan benda apapun. Dinding pembatas yang dirancang khusus untuk memutus pandemi level tinggi agar dapat menyelamatkan penduduk Klan Polaris yang sehat.

Diantara penduduk kota E-Um ada seorang anak bernama N-Ou. Ia tinggal bersama ayah dan ibunya. Saat itu N-Ou berusia 12 tahun. Ia seorang anak laki-laki yang cerdas dan menyukai dunia teknologi. N-Ou senang bermain dengan binatang. Ia seakan bisa berkomunikasi dengan para binatang. Hampir setiap sore N-Ou berkunjung ke taman dekat tempat tinggalnya dan bercengkrama dengan para fauna di sana. Malangnya, N-Ou yang ceria harus berpisah dengan orangtuanya saat pandemi virus mematikan hadir. Virus itu menyebar dengan cepat. Virus yang telah bermutasi itu menyebabkan kematian kurang dari 24 jam pada setiap yang terjangkit. Pemerintah kota segera mengeluarkan Dekrit level 10 dengan mengevakuasi penduduk yang masih sehat. N-Ou sangat tidak beruntung, sebab tepat ketika akan memasuki lorong evakuasi bersama kedua orangtuanya, N-Ou dinyatakan terjangkit virus. N-Ou tida bisa ikut pindah ke Klan Polaris di sisi lain dinding pembatas. 

Mengenaskan. N-Ou yang baru berusia 12 tahun harus berpisah dengan ayah ibunya karena terdeteksi virus mematikan pada dirinya. N-Ou dikembalikan ke kota E-Um yang sudah porak poranda akibat kerusuhan antar penduduk. Banyak penduduk yang ingin ikut pindah ke Klan Polaris baru meski telah terkena virus. Akibatnya terjadi perkelahian antar warga dan juga dengan robot-robot yang mengawasi proses evakuasi. Seluruh kota E-Um hancur. Gedung-gedung roboh dan terbakar. Tangisan juga jeritan terdengar di setiap sudut kota. Kepulan asap dan debu memenuhi langit kota E-Um.

N-Ou diletakkan sembarang saja oleh robot evakuasi. Dalam kondisi demam dan hampir hilang kesadaran, N-Ou melihat seekor kucing yang tengah terhimpit bongkahan bangunan yang roboh. N-Ou berusaha menolong kucing tersebut meski dirinya sendiri dalam kondisi sakit. Usahanya berhasil dan kucing itu selamat, namun N-Ou hilang kesadaran. Dalam kondisi kritis, ternyata kucing itu menjaga dan merawat N-Ou. Kucing berbulu putih itj seperti berterima kasih pada N-Ou yang telah menyelamatkannya. Keajaiban terjadi pada N-Ou. Setelah mengalami serangan dasyat virus berbahaya itu  N-Ou berhasil selamat. Ditemani kucing putih, N-Ou terus melawan virus dan akhirnya terlepas dan sembuh. N-Ou memberi nama kucing itu si Putih. Nama ini diambil sebab melihat bulu kucing yang putih di seluruh tubuhnya. Pertemuan N-Ou dengan si Putih menjadi awal perjalanan mereka berpetualang ke tempat lain di Klan Polaris.

Selama lima tahun pertama setelan pandemi usai, N-Ou terus mencari cara membuka lorong evakuasi untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Lima tahun penuh ratapan kesedihan, kesal, dan juga kehilangan. Lima tahun yang rasanya berjalan sangat cepat hingga saat itu N-Ou memutuskan untuk berhenti. N-Ou sudah menata hatinya untuk perkelana dan mencari kehidupan baru. N-Ou berharap ada orang lain yang hidup di luar sana. Usianya saat itu telah masuk 17 tahun. Usia pemuda tampan yang tumbuh sendiri tanpa ada orang lain yang menjadi tempatnya berkeluh kesah. Hanya si Putih yang setia menemaninya dan menjadi teman baiknya.

N-Ou dan Si Putih mengawali perjalanan mereka menuju ke arah timur. Mereka menaiki kendaraan paruh perak yang didapat dari sisa pandemi. Paruh perak itu adalah benda terbang terbaru dengan teknologi tinggi di Klan Polaris. N-Ou bersama si Putih meninggalkan kota E-Um yang tak berpenghuni. Tak jauh dari kota E-Um di sisi timur, N-Ou bertemu dengan pak Tua. Orangtua dengan kursi roda dan alat bantu pernapasan di hidungnya. N-Ou menyelamatkan pak Tua dari serangan ratusan banteng yang melintas di rumah pak Tua. N-Ou mengajak pak Tua ikut bersamanya karena khawatir pak Tua akan mengalami bahaya yang lain.

Selama perjalanan N-Ou, si Putih dan Pak Tua mengalami banyak kejadian tak terduga. Mereka bertemu dengan berbagai jenis binatang Klan Polaris yang menakjubkan. Satu dua jinak, tiga empat dan seterusnya ada yang buas. N-Ou menyadari bahwa masih banyak penduduk lain yang menghuni di luasnya Klan Polaris. Pertama kali, N-Ou beserta Si Putih dan Pak Tua bertemu dengan suku petani yang ramah dan baik hati. Mereka menjamu N-Ou beserta rombongannya dengan banyak hidangan lezat. Bahkan saat berpamitan, mereka juga mendapat bekal makanan yang cukup untuk satu minggu ke depan. N-Ou bersemangat untuk petualangan selanjutnya bersama Si Putih dan Pak Tua. Dalam perjalanan, rombongan N-ou melintasi kawasan gunung salju yang dipenuhi kabut. Tak sengaja, mereka melihat pertarungan sengit antara seekor naga dengan empar burung phoenix. Pertempuran itu sangat sengit dan berbahaya. Ternyata di atas hewan-hewan yang bertarung itu ada sosok yang menungganginya. N-ou memutuskan untuk pergi menjauh dan tidak ikut campur. Kejadian tersebut memberi pelajaran pada N-ou bahwa banyak hal mengagumkan di Klan Polaris. Banyak hal yang ia tidak ketahui dan ingin berpetualang untik mencarinya.

Suatu hari N-Ou beserta Si Putih dan Pak Tua sampai  di kota Mah-rib. Kita terbesar kedua setelah kota E-sok. Kegemaran makan si Putih selalu menjadi alasan utama mereka untuk beristirahat. N-Ou mengunjungi salah satu rumah makan untuk mengisi tenaga. Ternyata, ada aturan yang membedakan antara penduduk biasa dengan para pengendali hewan. Sebutan pengendali hewan adalah mereka yang  memiliki dan bisa mengendalikan binatang tertentu serta menjadikannya sebagai hewan tunggangan. Ada perlakuan istimewa bagi para pengendali hewan. Mereka menjadi pejabat di pemerintahan Klan Polaris Timur dan buruknya seringkali bersikap sewenang-wenang. 

N-Ou mendapat pelayanan istimewa sebagai pengendali hewan setelah menunjukkan kemampuan Si Putih. Saat menunggu makanan, N-Ou berjumpa dengan teman lamanya yang bernama S-Ket. Ternyata S-Ket adalah salah seorang pelayan di rumah makan tersebut. N-Ou dan S-Ket sangat gembira. Mereka saling berbincang tanpa peduli pada aturan yang membedakan antara pengendali hewan dan penduduk biasa. Selesai makan, N-Ou dan S-Ket saling berpamitan. Tanpa sengaja S-Ket menghalangi jalan 12 penunggang Flamingo yang kebetulan juga makan di rumah makan tersebut. S-Ket dipukul dan ditendangi oleh para penunggang Flamingo. Mereka merupakan pasukan elit dari kita E-sok. Melihat S-Ket dianiaya, N-Ou marah dan menolong S-Ket.

Pertempuran pun pecah antara N-Ou dengan para penunggang 12 Flamingo. N-Ou dan Si Putih berjuang melawan 12 Penunggang Flamingo dan hewan tunggangannya. Saat terdesak terjadi keajaiban antara N-Ou dan Si Putih. Mereka berhasil melakukan bonding atau ikatan yang membuat kekuatan bertarung mereka bertambah. Bonding yang terjadi langsung berada di level 2. N-Ou dan Si Putih berhasil pun mengalahkan para penunggang Flamingo. 

Kabar pertarungan N-Ou dengan 12 pengendali Flamingo cepat menyebar ke seluruh bagian Klan Polaris Timur. Bahkan di kota Esok, yang tak lain adalah ibu kota Klan Polaris Timur, kehadiran N-Ou sudah ditunggu-tunggu. Banyak kejadian yang membuat N-Ou sadar bahwa ia tidak lagi sendiri seperti lima tabun yang lalu. Kini N-Ou memiliki keluarga yaitu Si Putih dan pak Tua.

Perjalanan menuju kota Esok tidak seindah yang dibayangkan. N-Ou bersama rombongan melintasi hutan yang sangat sepi. Seluruh hutan terdiri dari pohon-pohon menjalar yang saling berpilin. Hutan itu lengang tanpa suara apapun, bahkan binatang kecilpun tak nampak di sekitarnya. N-Ou merasa ada yang aneh dengan hutan tersebut. Namun, N-Ou coba mengabaikannya dan terus berjalan menuju arah kota E-sok. Lama sekali terbang menggunakan paruh mereka merasa lelah dan Si Putih meminta untuk istirahat dan makan. Tanpa bisa menolak, N-Ou pun mendaratkan paruh perak di salah satu bidang hutan yang cukup untuk berisitirahat. Hanya sementar mereka berisitirahat. Kesunyian hutan menjadi menyeramkan dan membuat siapapun tak nyaman. N-Ou segera terbang kembali selepas membereskan makanan dan membersohkan sampahnya. Perjalanan berlanjut hingga beberapa jam kemudian mereka masih berada di atas hutan yang lengang. N-Ou merasakan lagi keanehan yang terjadi. Benar saja, ternyata selama terbang mereka hanya berputar-putar di sekitar hutan.

N-Ou pun memutuskan untuk kembali mendarat di sisi hutan yang tak lain adalah tempat pertama kali mereka beristirahat. Tak lama berselang, N-Ou bersama si Putih dan Pak Tua diserang oleh tumbuhan menjalar. Mereka dililit hampir keseluruh tubuh. Hanya menyisakan bagian hidung dan sedikit celah di mata. Lilitan itu akan semakin kencang ketika mereka berudaha melepaskan diri. Lama sekali N-Ou mencari cara untuk lepas dari lilitan para pohon sulur tersebut. Tanpa terduga, N-Ou mendengar para sulur itu berbicara. Ya, N-Ou bisa mengerti bahasa tumbuhan itu. N-Ou pun menemukan kelemahan dari para sulur yaitu mereka tidak kuat dengan suara berisik. Dengan nyanyian dari pak Tua dan meongan Si Putih juga suara N-Ou, mereka akhirnya terbebas dari lilitan para sulur dan bergegas pergi meninggalkan hutan misteri tersebut. N-Oue menyadari bahwa para sulur menipu detektor paruh perak dengan medan manipulasi cermin. Jadi, N-Ou memutuskan untuk melawan arah dari setiap petunjuk yang diberikan oleh paruh perak. Cara ini berhasil dan melepaskan mereka dari tipu daya para sulur.

Perjalanan N-Ou bersama Si Putih dan pak Tua berlanjut hingga mereka sampai di sebuah tempat istirahat para pengelana. Tempat itu semacam rest area untuk para pengelana. Namun, tetap saja berlaku aturan pembeda antara penduduk biasa dengan para pengendali hewan. Tanpa terduga, saat sedang menikmati makanan di salah satu rumah makan, N-Ou didatangi sekelompok pengendali hewan. Anjing liar menjadi hewan tunggangan mereka. Jumlahnya ada enam pasang, pengendali hewan dan tunggangannya. Mereka hendak menyerang N-Ou yang sedang makan bersama Si Putih dan Pak Tua. Namun, tepat ketika mereka hendak menyerang N-Ou, seorang wanita memberi peringatan. Wanita tersebut berkata pada para pengendali anjing untuk tidak menyerang  N-Ou. Para pengendali anjing tidak terima dan terus bergerak. Tanpa terduga wanita tersebut mengeluarkan kekuatannya. Dengan satu tangan, wanita tersebut berhasil menghentikan gerak para pengendali anjing. Mereka membeku dan sulit bernapas. Detik sebelum mereka tewas, si wanita melepaskan teknik hebatnya. Para pengendali anjing liar segera lari tunggang langgang meninggalkan rumah makan tersebut.

N-Ou sangat takjub melihat kejadian hebat di depan matanya. Sebuah teknik beku yang sangat dasyat hanya dengan menggerakkan satu tangan. N-Ou bersama Pak Tua berkenalan dengan wanita berbaju gelap yang telah menolong mereka. Nama wanita tersebut adalah Gill. N-Ou bersama Pak Tua segera mengucapkan terima kasih atas pertolongan yang diberikan oleh Gill. Setelah berbincang sejenak, N-Ou bersama Pak Tua dan Si Putih berpamitan untuk melanjutkan perjalanan ke kota E-sok.

Tak butuh waktu lama untuk sampai di kota yang sangat mengagumkan. Kota E-sok yang elok berada di perut gunung dengan danau indah yang mengeilinginya. Tak disangka N-Ou beserta rombongan mendapat sambutan mewah darii petugas di pintu kota E-sok. Mereka membawa rombongan N-Ou langsung menuju pusat kota dan bertemu dengan panglima Ul-Har. Panglima Ul-har adalah orang nomor dua di kota E-sok yang juga kepercayaan raja Timur. Namun sayang, sambutan mewah itu ternyata hanya pemanis. Panglima Ul-Har meminta N-Ou menjadi pengawal raja. Ia memerintahkan N-Ou untuk tunduk dan patuh pada kekuasaan raja Timur. Tanpa basa-basi, N-Ou menolak tawaran tersebut. Hal ini membuat panglima Ul-Har marah dan mengancam N-Ou. Panglima Ul-Har memperlihatkan S-Ket dalam sebuah kurungan. S-Ket digunakan sebagai umpan dan tawanan untuk memaksa N-Ou. Kemarahan N--Ou pun meningkat.

Perlawanan pada panglima Ul-har meletus. Selama pertarungan, N-Ou dan Si Putih berhasil menaikkan kemampuan bonding hingga level 5. Panglima Ul-har yang juga memiliki kekuatan bonding level 5 dengan ularnya berhasil mengalahkan N-ou. Si Putih terluka parah di kedua kakinya dan terkena racun ular. Beruntungnya, N-ou yang terluka mendapat ampunan dari panglima Ul-har dan dibiarkan pergi. Dalam kondisi kritis, Si Putih berhasil ditolong oleh dua penunggang phoenix. Mereka adalah para pengendali phoenix yang sebelumnya pernah dilihat oleh N-ou. 

Dua pengendali phoenix tersebut membawa N-ou dan Si Putih juga Pak Tua menunu hutan lengang. Hutan yang dipenuhi pohon sulur yang pernah menyandera mereka. Di hutan itu ada seekor merak yang juga tabib dari berbagai macam racun dan penyakit. Sayangnya tidak mudah menemuinya di hutan lengang. Rombongan N-ou dan pengunggang phoenix harus masuk ke tengah hutan agar bisa bertemu dengan tabjb hebat tersebut. Selama perjalanan menembus hutan, pengendali phoenix membuat suara gemerincing dari kakinya. Suara berisik itu berhasil membuat para sulur sakit dan menjauhi mereka. Diantara hiruk pikuk para sulur, N-ou mendengar ada bayi sulur yang sekarat karena mendengar bunyi gemerincing dari kaki pengendali phoenix. N-ou kaaihan mengetahui hal tersebut. Perasaanya campur aduk antara takut kehilangan Si Putih dan belas kasihnya pada makhluk lain. N-ou tidak ingin menyusahkan siapapun. Terlebih lagi membuat makhluk lain terluka. Meski dirinya sangat takut kehilangan Si Putih, namun nuraninya tak tega melukai bayo sulur.

Tepat di detik ketika N-ou pasrah dengan kepergian Si Putih, seekor burung merak datang menghampirinya. Ia adalah tabib yang sedang mereka cari. Tabib tersebut sudah menyaksikan kemuliaan sifat N-ou. Sang tabib pun memutuskan untuk menolong Si Putih. Betapa bahagianya N-ou saat melihat Si Putih sembuh kembali. Mereka saling berpelukan. Dalam perjalanan menyelamatkan N-ou dan Si Putih, para penunggang phoenix menceritakan banyak hal tentang Klan Polaris. Tentang raja timur yang telah melakukan kejahatan saat pandemi terjadi. Diduga bahwa virus tersebut sengaja dilepaskan oleh raja timur untuk membalas dendam. Demi menegakkan keadilan, N-ou bersedia melawan raja timur.

Pertarungan N-ou dengan raja timur segera pecah. Dengan kemampuan baru yang dimiliki N-ou, ia berhasil mengalahkan raja timur. Pertempuran sengit itu berhasil membuay N-ou dan Si Putih mencapai bonding level 8. Sangat fantastis. Si Putih memiliki teknik suara yang bisa menghancurkan apapun. Kekuatan inilah yang membuat raja timur kalah.

Setelah kepergian raja timur, kerajaan mengalami reformasi besar. Para penunggang phoenix akan kembali mengatur dan menata keseimbangan di Klan Polaris Timur. N-Ou tak mau tinggal di sana. Ia ingin kembali ke dinding pembatas untuk bertemu dengan kedua orangtuanya. Dengan teknik suara yang dimiliki Si Putih, N-Ou berharap kekuatan itu bisa menembus dinding dan membuka jalan menuju Klan Polaris baru. Bonding level 8 pun diaktifkan N-ou bersama Si Putih. Teknik suara berhasil membuat lubang panjang menembus dinding. N-ou sangat gembira dan segera masuk melintasi lubang tersebut. Sialnya, saat N-ou sudah setengah jalan tiba-tiba raja timur beserta naganya memyerang Si Putih. Teknik suara itu seketika terhenti dan lubang mulai menutup. Si Putih dan Pak Tua belum sempat masuk ke lubang dinding. Sedangkan N-ou yang memyaksikan lubang bergerak menutup segera berlari ke sisi lawan. Secepat kilat, lubang telah tertutup dan memisahkan N-ou dengan Si Putih. Tidak ada lagi kekuatan yang dimiliki Si Putih sebab teknik apapun hanya muncul ketika bonding dilakukan. Si Putih kini hanya seekor kucing biasa tanpa kekuatan apapun.

Melihat situasi yang menguntungkan, raja timur hendak menghabisi Pak Tua dan Si Putih. Namun, Nona Gill tiba-tiba datang di sana. Nona Gill memperingatkan raja timur agar tidak menyakiti siapapun dan segera pergi. Raja timur bergeming dan hendak melawan Nona Gill. Namun sayang, kemampuan Nona Gill jauh di atas raja timur. Akhirnya raja timur pun pergi meninggalkan Pak Tua dan Si Putih. Kondisi ini sangat menyedihkan. Baru saja memiliki kekuatan besar antara N-ou dan si Putih, kini Si Putih hanya kucing biasa. Pak Tua pun bingung harus berbuat apa. Pak Tua dan Si Putih memutuskan dalam sementara waktu mereka akan ikut bersama Bibi Gill.

Kisah Si Putih belum berakhir di sini. Petualangannya bersama Nona Gill yang misterius akan berlanjut di buku kesebelas. 

Bagaimana kisah perjalanan selanjutnya?

Segera di ulasan berikutnya.

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta