√Jurnal Pekan Pertama (Kampus Ibu Pembaharu_Bunda Salihah)
Header catatantirta.com

Jurnal Pekan Pertama (Kampus Ibu Pembaharu_Bunda Salihah)



Bismillah

Pekan pertama kelas Bunda Salihah batch1 dibuka dengan sapa hangat oleh ibu Septi Peni Wulandi saat live di hari rabu, 23 Juni 2021, pukul 20:00 WHP. Ditambah lagi salam semangat oleh teh Dian selaku Mantika di live Informantika keesokan paginya.

Inti dari materi pertama ini yaitu mengindentifikasi masalah yang ada. Baik dari diri sendiri, keluarga, maupun lingkungan. Tuliskan sebanyak-banyak masalah yang kemudian di simpan di Bank Masalah. Setelah bank masalah terpenuhi, barulah memilahnya kedalam kategori masalah pribadi, keluarga, atau lingkungan. Dari banyaknya masalah tersebut, ambil satu yang ingin diselesaikan di kelas Bunda Salihah. Lalu telurusi akar dari masalah tersebut dengan menuliskan apapun yang bisa menjadi akar masalahnya.


Pekan ini berfokus pada pencarian masalah yang ingin diselesaikan. Bebas saja memilih masalah dengan catatan ada target serta indikator yang ingin dicapai selama enam bulan perkuliahan.

Renungan saya mulai dari diri sendiri, kemudian mengamati keluarga kecil yang kini menjadi tanggung jawab saya, dan saya coba mencari masalah yang ada di lingkungan. Awal mencari masalah, saya mengalami kesulitan. Kehidupan yang saya jalani terasa nyaman dan aman saja seperti tidak ada masalah yang perlu diselesaikan. 



Saya pun membawa kegundahan saya ini di grup cohousing. Ternyata bukan hanya saya saja yang masih bimbang. Teman-teman cohousing pun masih mencoba menelusuri permasalah apa yang ingin diselelsaikan. Saya pun menyimak grup HIMA yang kondisinya tidak jauh dengan cohousing yaitu banyak yang mendalami diri mencari masalah. Perlu kejujuran hati untuk menemukan banyak masalah yang sejatinya selalu ada selama napas masih berhembus. Perlu cermin besar untuk menunjukkan sisi-sisi yang seringkali disembunyikan demi menciptakan keadaan yang baik-baik saja. Namun, tidak semua hexagonia galau seperti saya. Buktinya ada yang sudah menetapkan niat menyelesaikan masalah yang jelas sebab dan tujuannya.



Setelah mengulang materi pertama dan informantika, saya pun menemukan beberapa masalah. Namun, sekali lagi saya masih belum yakin hingga akhirnya memutuskan untuk berdiskusi dengan suami. Hasilnya sangat mengejutkan, sebab apa yang disampaikan suami ternyata 90% sama seperti yang saya pikirkan. Lega rasanya menemukan jawaban atas kegelisahan yang menghantui diri.

Ada lima masalah yang menjadi urutan teratas, yaitu :

  1. Ketimpangan kasih sayang antara sulung dan asik.
  2. Kondisi rumah yang jarang rapi dan bersih.
  3. Kondisi dapur seringkali berantakan.
  4. Realisasi pendirian rumah belajar
  5. Manajemen waktu dan emosi belum stabil.
Kami menyadari sering menganggap bahwa sulung sudah besar dan memiliki beberapa tanggung jawab, seperti menjaga adik, mengalah pada adik, dan lain-lain. Padahal anak pertama kami ini baru berusia tujuh tahun dan masih nyaman di zona anak-anak yaitu zona bermain. Adanya dua buah hati yang gemar bermain ini membuat kondisi rumah jarang sekali rapi. Mainan bertebaran, lantai dan tembok penuh coretan, piring kotor menumpuk, serta remahan makanan dimana-mana. Kami mencoba berdamai dengan kondisi ini dan menganggap kewajaran karena anak-anak masih kecil. Suatu saat nanti akan ada kerinduan ketika rumah sudah sepi dari celoteh mereka. Namun, emosi ketika menghadapi situasi ini sangatlah tidak stabil. Ada masa dimana diri merasa sangat lelah dan jenuh, tetapi tetap berusaha berpikir positif agar bisa terus mendampingi anak-anak tumbuh dengan baik.




Ada satu tujuan yang sudah coba kami rintis yaitu mendirikan rumah belajar. Latar belakang ilmu pendidikan yang saya miliki menjadi pondasi dasar cita-cita kami. Saya menyukai dunia anak dan  senang mengajarkan banyak hal pada anak-anak. Sudah ada beberapa anak yang belajar di rumah. Jumlahnya memang terbatas mengingat tempat belum memadai dan waktu yang masih kami fokuskan pada anak sendiri. Namun, keinginan untuk bisa menerima lebih banyak murid seringkali mengganggu pikiran. Saya coba bersabar karena memang situasi belum mendukung.

Sekitar satu tahun lalu, kami pun memutuskan untuk membuat chanel youtube sebagai media pembelajaran anak. Ya, kami fokuskan kontennya berisi ilmu dan informasi yang diperuntukkan bagi anak-anak. Harapan kami adalah bahwa rumah belajar dan kanal youtube ini menjadi ladang amal kami sebab salah satu amalan yang tak putus hingga akhir hayat adalah ilmu yang bermanfaat. Tak dipungkiri ada keinginan untuk mendapatkan keuntungan finansial dari keduanya. Namun, kami menganggapnya itu adalah bonus sebab tujuan utama kami adalah berbagi ilmu.

Semoga melalui perkuliahan Bunda Salihah di kampus Ibu Pembaharu ini, saya bisa menemukan solusi yang baik dan bermanfaat. Aamiin.

#materi1
#ibupembaharu
#bundasalihah
#darirumahuntukdunia
#hexagoncity
#institutibuprofesional
#semestaberkaryauntukindonesia
#hexagonia

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta