Lama aku terpuruk dalam lembah kelam. Entah sudah berapa timbunan dosa aku lakukan. Mungkin tidak terhitung karena yang aku ingat seragam putih abu-abu itu telah usang. Bahkan lembar ijasah pun telah hilang, tak dapat kutemukan.
Kala rembulan mulai bangkit, saat itulah waktunya aku mengais rupiah. Diantara remangnya cahaya malam, aku menawarkan jasa. Ya, aku bekerja di bidang spesialis jasa untuk para hidung belang. Menyediakan tubuhku untuk dijamahi tangan-tangan kasar dan kotor. Apapun yang mereka lakukan pada tubuhku, hanya kepasrahan menjadi jalan keluar.
Puluhan tablet masuk ke dalam tubuhku demi lembaran rupiah di setiap malam. Tubuhku tegak dan bugar, namun rusak serta rapuh di dalam. Langkah ini harus terus kutempuh demi hidup yang terus berlalu. Demi keluarga di kampung halaman yang menanti kiriman rupiah setiap awal bulan. Mereka tak tahu kebenaran dibalik pundi-pundi itu, karena yang mereka tahu adalah aku seorang perantauan inu kota. Jika pun mereka tahu tentang pekerjaan malamku, tidak ada yang bisa mereka lakukan untuk mengubahnya.
Aku mulai lelah dengan kehidupan kelam ini. Ingin rasanya mengakhirinya dengan sayatan tajam di nadi. Namun aku tak sanggup melakukannya. Mau makan apa orangtuaku nanti? Siapa yang akan merawat mereka?
Lalu, aku juga takut menghadapi kematian. Aku takut bertemu malaikat maut, atau mungkin malaikat maut pun jijik dan tidak sudi mengambil ruh dari jasadku. Tubub berlumur dosa yang tidak mungkin terampuni.
Tapi aku ingin segera berlari. Mencari cahaya yang mampu menerangi hidup ini. Kemana aku harus melangkah demi cahaya itu? Sedangkan tidak ada seorang pun yang mau menerimaku. Bahkan melihat pun tak sudi.
Wahai Pemimpin Umat Manusia, tunjukkan aku jalanMu. Setidaknga beri aku kesempatan untuk mendekatimu. Sebelum ajal benar-benar menyapaku.
#30DWCjilid13
#Day20
#temaHasratInginBerubah
Posting Komentar