Manakah Anting Yang Tepat Untuk Bayi Baru Lahir ? |
Hari kedua pasca kelahiran Nala, pihak rumah sakit menawarkan
untuk melakukan tindakan tindik telinga. Awalnya kami kira tindik telinga itu
dilakukan ketika bayi berusia satu minggu. Nyatanya pihak rumah sakit memberi
pilihan lebih cepat akan lebih baik supaya bayi tidak terlalu merasakan
sakitnya. Lagi pula proses tindik telinga di rumah sakit sudah cukup canggihm yaitu
menggunakan alat mirip staples. Prosesnya singkat dan tentunya lebih aman
sehingga tidak ada kekhawatiran infeksi dan sebagaianya.
Mendengar informasi tentang tindik telinga, saya dan suami
memutuskan untuk mengambil tindakan tersebut. Berhubung belum menyiapkan
anting, suami pun minta izin meninggalkan saya sementara untuk membelinya. Suami
meluncur ke sebuah pusat perbelanjaan dan menuju ke salah satu toko perhiasan.
" Mbak, saya mau cari anting untuk bayi yang baru
lahir." Ucap suami pada salah seorang pelayan toko perhiasan.
Si mbak mengajukan dua anting dengan bentuk yang berbeda
sambil menjelaskan harga serta berat dari anting tersebut. Satu pasang anting berbentk bulat sempurna
dengan cabang di satu sisinya. Sepasang anting lain bentuknya hampir bulat dan
lebih sederhana. Keduanya memiliki cara pasang yang sama, namun beratnya
berbeda. Suami berpikir sejenak. Menimbang anting mana yang cocok untuk bayi
mungilnya.
Sudah menjadi sifat dasar seorang laki-laki itu menyukai hal
yang simple, praktis, dan nyaman. Begitu pun suami saya, dia menimbang ketga
faktor tersebut. Tujuannya hanya ingin agar bayi cantiknya nyaman dengan apa
yang dikenakannya. Akhirnya ia meutuskan untuk membeli anting berbentuk
lingkaran tidak sempurna. Praktis, sederhana, dan terlihat nyaman.
Dengan semangat suami menunjukkan sepasang anting hasil
perburuannya ke toko perhiasanan. Saya melihat cintanya yang begitu besar pada
bayi kami. Saya mengucapkan terima kasih padanya karena sudah memilih sepasang
anting yang tepat. Dia pun berjalan menuju ruang bayi dan menyerahkan anting
tersebut pada suster.
Ketika akan dilakukan tindik telinga, suster melarang saya
untuk menemani Nala. Katanya itu sudah prosedur dari rumah sakit. Naluri saya
sebagai seorang ibu bergejolak khawatir. Bagaimana bisa seorang bayi yang akan
meraskan sakit tetapi tidak boleh didampingi oleh ibunya? Saya mencoba
bernegosiasi dengan suster. Ada sedikit nada memaksa karena saya khawatir pada
Nala. Namun suster tetap pada keputusannya yang berdalih atas prosedur rumah
sakit. Suster meyakinkan saya bahwa setelah proses tindik telinga, Nala akan
langsung diantar ke ruangan saya.
Pukul 14:00 WIB, saya menunggu dengan cemas. Berharap semoga
Nala tidak terlalu merasakan sakit ketika ditindik. Sekitar 30 menit kemudian,
sister datang membawa Nala. Sangat jelas terlihat bahwa Nala baru saja menagis.
Sesenggukannya masih bisa terdengar dan pipinya memerah. Saya segera memeluknya
hangat. Memberi kenyamanan dan ketenangan agar sisa tangis Nala segera mereda.
Asupan ASI menjadi salah satu bentuk kenyamanan yang saya berikan karena pasti
dia haus setelah beberapa saat menangis.
Benar saja, Nala terlelap tanpa harus menunggu lama. Rona
merah di pipinya mulai tersamarkan. Nafasnya pun menjadi lebih teratur. Saya
mengamati sepasang anting yang telah melekat di telinganya. Meski telinganya
masih agak merah, tetapi saya tidak melihat ada bekas luka di sana. Ini
menandakan proses tindik telinga berjalan lancar dan aman. Nala nampak makin
cantik dengan anting pilihan dari ayahnya. Anting yang dibeli atas dasar cinta
dan kasih sayang seorang ayah pada anak perempuannya.
Terima kasih suamiku karena telah mengambil pilihan yang
tepat. Kelak Nala akan bersyukur dan bahagia atas anting spesial yang
dipakainya.
#30DWCjilid13
#Day13
#Odopfor99days
Posting Komentar