Hari demi hari berlalu penuh suka cita karena ada bintang
kecil di keluarga kami. Tanpa terasa sudah waktunya kembali mengais rezeki di
ranah publik. Cuti selama 45 hari setelah melahirkan sudah harus berakhir.
Beruntung kami sudah mendapat pendamping untuk Nala. Dia adalah teman satu atap ketika kami masih
belum menikah. Kebetulan sekarang kami tinggal dalam satu komplek perumahan
hanya berbeda blok saja. Jadilah saya mempercayakan Nala untuk dirawat olehnya
selama saya bekerja.
Awal meninggalkan Nala untuk pergi bekerja tentu saja sangat berat.
Air mata tidak mampu dibendung lagi, bahkan ketika memindahkan Nala dari tangan
ini. Separuh jiwa seakan lepas hingga membuat raga lemah. Namun, saya berusaha
tegar karena antara ibu dan anak ada ikatan batin yang lekat. Jika saya sendiri
larut dalam kesedihan, maka bisa berdampak pada Nala. Saya tidak mau Nala rewel
bersama orang lain untuk pertama kalinya. Saya berusaha kuat dan berpikir
positif. Saya yakinkan diri bahwa Nala berada di tangan orang yang tepat.
Jam dinding di ruang kerja terasa begitu lambat berputar.
Meski banyak rekan kerja yang mengucapkan selamat dan turut bahagia atas
kehadiran Nala, tetapi saya tidak bisa menyatu dalam kebahagiaan itu. Saya
ingin segera pulang untuk bertemu dnegan bidadari kecil yang menggemaskan. Rindu
ini melebihi kerinduan pada seorang kekasih hati. Begitu pun dengan suami yang
tidak berhenti memikirikan putri kecilnya. Kami ingin segera meninggalkan
tempat kerja demi bertemu dengan malaikat cantik kesayangan kami.
Matahari sudah condong ke barat ketika saya menjemput Nala.
Rasanya rindu ini terbang bersama dekapan hangat tubuhnya yang berada di dada
saya. Bayi berusia satu bulan itu hanya menggeliat dan sesekali mengedipkan
mata sipitnya. Sungguh kamu anak yang pintar, Nak. Anteng dan menggemaskan, itu
yang disampaikan oleh bude dan pakde. Sungguh saya bersyukur mereka menerima
dan menyayangimu seperti anak sendiri.
Hari-hari berikutnya kita semakin kuat dan tegar ketika
terpisah ruang. Kamu seorang bayi perempuan yang hebat karena hampir tidak
pernah menangis dan menciptakan ceria di keluarga penjagamu. Pertumbuhanmu
sangat baik sehingga ibumu ini lebih tenang ketika meninggalkanmu untuk pergi
mengasi rezeki.
Selalu ada senyum dan rindu ketika kita bertemu setelah
hampir sepuluh jam terpisah. Aku selalu berusaha merajut ikatan batin diantara
kita agar tetap tumbuh. Meskipun kita terpisah sementara saat matahari masih
menggeliat malas hingga telah condong ke barat. Namun cinta dan kasihku akan
sepenuhnya tercurah ketika kita bersama. Malam hari sebelum memejamkan mata,
aku selalu bermain bersama denganmu. Mengajakmu berbincang santai meski belum
ada kata yang keluar dari bibir mungilmu.
Hai, Nak. Kelak akan tiba masa dimana aku akan sepenuhnya ada
di dekatmu. Mulai dari matamu terjaga di pagi hari hingga malam datang kembali.
Menemani tumbuh kembangmu setiap waktu dan mendidikmu dengan tanganku sendiri.
Akan tiba waktu kebersamaan kita memainkan bermacam mainan. Melakukan berbagai
aktifitas yang menyenangkan hingga kamu tidak lagi merasa ditinggalkan. Aku
akan seutuhnya bersamamu. Menyiapkan makananmu, menyuapimu, memandikan,
berpakaian, dan semua aktifitas lain yang akan menjadi lebih menyenangkan
bersama denganmu.
Bersabarlah, Nak. Semoga aku dapat segera menyelesaikan
tugasku di ranah publik. Do'akan ya, Nak. Agar kaki ini siap melangkah
meninggalkan dunia luar dan fokus terhadap kehidupan di dalam keluarga.
Terima kasih, Nak. Peluk dan cium selalu melimpah untukmu.
#30DWCjilid13
#Day4
#Odopfor99days
Posting Komentar