Alhamdulillah sampai di rumah dengan sehat |
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas amanah
seorang putri cantik di tengah-tengah keluarga kami. Proses kelahirannya
mengukir kisah penuh haru dan bahagia. Perjuangan membawanya lahir dan melihat
dunia akan selalu terkenang hingga akhir hayat. Bayi mungil itu kami beri nama
Nala. Nama tersebut kami adopsi dari bahasa sansekerta yang memiliki arti
jantung hati. Kami menyematkan nama tersbut sebagai wujud bahwa Nala adalah
belahan jiwa kami.
Kelahirannya pada hari sabtu pagi menciptakan cahaya yang
begitu indah. Tangisnya pecah tanpa bantuan para tenaga medis. Proses IMD
(Inisiasi Menyusui Dini) pun berlangsung mudah meski hanya sebentar karena Nala
harus dimandikan dan lain sebagainya. Sekitar satu jam saya bertahan di ruang
bersalin menungu intruksi dari suster yang akan mengantar saya kembali ke ruang
rawat. Saya sungguh tidak sabar ingin segera menimang bayi cantik yang beratnya
3.032kg itu. Bayi mungil yang baru saja lahir dari rahim saya.
Peraturan rumah sakit menentukan bahwa ibu dan bayi tidak
bisa tinggal dalam satu kamar. Alasannya adalah bayi masih perlu diobservasi
dan supaya terhindar dari ancaman virus serta bakteri. Kunjungan ibu terhadap
bayinya minimimal dilakukan dua jam sekali. Namun jika lebih pun boleh karena
banyak bayi yang ingin segera menikmati ASI dari sang pelindung selama di alam
rahim. Saya sebagai ibu baru sangat bersemangat ingin segera menyusui Nala.
Informasi yang saya dapat bahwa ASI yang pertama kali keluar dari payudara ibu berupa
kolostrum yang sangat bermanfaat bagi bayi.
Kolostrum yang pertama kali ke luar dari payudara ibu
biasanya berwarna kekuningan. Para orangtua zaman dulu menganggap ini sebagai
ASI basi dan harus dibuang. Namun sesuai perkembangan ilmu kedokteran, kolostrum
justru sangat besar manfaatnya bagi bayi yang baru saja lahir. Keunggulan utama
dari kolostrum ini adalah membantu menguatkan sustem imunitas pada bayi baru
lahir.
Berdasar pengetahuan saya tentang besarnya manfaat kolostrum,
maka saya berusaha untuk memberikanya pada Nala. Suster membantu saya mencari
posisi paling nyaman untuk menyusui. Proses penuh haru sepanjang hidup saya
dimana seorang bayi kemerahan berjuang mencari asupan nutrisi untuk tubuhnya.
Saya dan Nala kecil berjuang bersama untuk menghasilkan yang terbaik.
Kali pertama menyusui Nala, saya membutuhkan waktu cukup lama
untuk mendapat posisi yang nyaman. Nala pun terus berusaha membuka jalan tempat
keluarnya ASI. Dalam satu hari itu, saya mencoba menyusui Nala lebih dari sepuluh
kali. Namun belum satu tetes pun cairan mengalir membasahi mulut kecilnya. Ada
rasa sedih hinggap di hati, namun saya terus mencoba berpikir positif agar ASI
bisa segera keluar. Hari kedua dalam hidupnya, Nala mulai sering menangis. Dia
sepertinya mulai gelisah karena tidak kunjung mendapat ASI dari saya. Hingga
akhirnya pemberian sufor dilakukan pada sore harinya. Saya tahu bahwa bayi baru
mampu bertahan sampai tiga hari tanpa ASI karena memiliki cadangan energi yang
cukup. Namun situasi saat itu membuat saya dan suami mengijinkan suster
memberikan sufor.
Kami membawa pulang Nala di hari ketiga setelah kelahirannya.
Saat itu Nala sudah tindik telinga dan memakai anting pemberian ayahnya. Proses
tindik telinga tidak saya saksikan. Saya mendapati Nala dalam kondisi mata
sembab. Sepertinya dia baru saja menangis ketika telinganya mendapat rasa sakit
dan ketidaknyamanan. Saya menggendongnya dan memberi pelukan terhangat dan
ternyaman sampai ia. Kepulangan kami dari rumah sakit membawa kebahagiaan dan
suka cita. Memang rumah adalah tempat bernaung paling nyaman dibandingkan
tempat lainnya.
Selamat datang di rumah, sayang. Kami akan merawatmu dengan
cinta dan kasih yang tiada habisnya.
#30DWCjilid13#Day2
#Odopfor99days
Posting Komentar