√Kisah Sebelum Membawamu Pulang
Header catatantirta.com

Kisah Sebelum Membawamu Pulang



Alhamdulillah sampai di rumah dengan sehat
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT atas amanah seorang putri cantik di tengah-tengah keluarga kami. Proses kelahirannya mengukir kisah penuh haru dan bahagia. Perjuangan membawanya lahir dan melihat dunia akan selalu terkenang hingga akhir hayat. Bayi mungil itu kami beri nama Nala. Nama tersebut kami adopsi dari bahasa sansekerta yang memiliki arti jantung hati. Kami menyematkan nama tersbut sebagai wujud bahwa Nala adalah belahan jiwa kami.

Kelahirannya pada hari sabtu pagi menciptakan cahaya yang begitu indah. Tangisnya pecah tanpa bantuan para tenaga medis. Proses IMD (Inisiasi Menyusui Dini) pun berlangsung mudah meski hanya sebentar karena Nala harus dimandikan dan lain sebagainya. Sekitar satu jam saya bertahan di ruang bersalin menungu intruksi dari suster yang akan mengantar saya kembali ke ruang rawat. Saya sungguh tidak sabar ingin segera menimang bayi cantik yang beratnya 3.032kg itu. Bayi mungil yang baru saja lahir dari rahim saya.

Peraturan rumah sakit menentukan bahwa ibu dan bayi tidak bisa tinggal dalam satu kamar. Alasannya adalah bayi masih perlu diobservasi dan supaya terhindar dari ancaman virus serta bakteri. Kunjungan ibu terhadap bayinya minimimal dilakukan dua jam sekali. Namun jika lebih pun boleh karena banyak bayi yang ingin segera menikmati ASI dari sang pelindung selama di alam rahim. Saya sebagai ibu baru sangat bersemangat ingin segera menyusui Nala. Informasi yang saya dapat bahwa ASI yang pertama kali keluar dari payudara ibu berupa kolostrum yang sangat bermanfaat bagi bayi.

Kolostrum yang pertama kali ke luar dari payudara ibu biasanya berwarna kekuningan. Para orangtua zaman dulu menganggap ini sebagai ASI basi dan harus dibuang. Namun sesuai perkembangan ilmu kedokteran, kolostrum justru sangat besar manfaatnya bagi bayi yang baru saja lahir. Keunggulan utama dari kolostrum ini adalah membantu menguatkan sustem imunitas pada bayi baru lahir.

Berdasar pengetahuan saya tentang besarnya manfaat kolostrum, maka saya berusaha untuk memberikanya pada Nala. Suster membantu saya mencari posisi paling nyaman untuk menyusui. Proses penuh haru sepanjang hidup saya dimana seorang bayi kemerahan berjuang mencari asupan nutrisi untuk tubuhnya. Saya dan Nala kecil berjuang bersama untuk menghasilkan yang terbaik.

Kali pertama menyusui Nala, saya membutuhkan waktu cukup lama untuk mendapat posisi yang nyaman. Nala pun terus berusaha membuka jalan tempat keluarnya ASI. Dalam satu hari itu, saya mencoba menyusui Nala lebih dari sepuluh kali. Namun belum satu tetes pun cairan mengalir membasahi mulut kecilnya. Ada rasa sedih hinggap di hati, namun saya terus mencoba berpikir positif agar ASI bisa segera keluar. Hari kedua dalam hidupnya, Nala mulai sering menangis. Dia sepertinya mulai gelisah karena tidak kunjung mendapat ASI dari saya. Hingga akhirnya pemberian sufor dilakukan pada sore harinya. Saya tahu bahwa bayi baru mampu bertahan sampai tiga hari tanpa ASI karena memiliki cadangan energi yang cukup. Namun situasi saat itu membuat saya dan suami mengijinkan suster memberikan sufor.

Kami membawa pulang Nala di hari ketiga setelah kelahirannya. Saat itu Nala sudah tindik telinga dan memakai anting pemberian ayahnya. Proses tindik telinga tidak saya saksikan. Saya mendapati Nala dalam kondisi mata sembab. Sepertinya dia baru saja menangis ketika telinganya mendapat rasa sakit dan ketidaknyamanan. Saya menggendongnya dan memberi pelukan terhangat dan ternyaman sampai ia. Kepulangan kami dari rumah sakit membawa kebahagiaan dan suka cita. Memang rumah adalah tempat bernaung paling nyaman dibandingkan tempat lainnya.

Selamat datang di rumah, sayang. Kami akan merawatmu dengan cinta dan kasih yang tiada habisnya.





#30DWCjilid13#Day2
#Odopfor99days

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta