Perjalanan memilikimu mengalir
begitu indah. Sang Maha Pencipta memberi kemudahan disetiap tahapan
kehadirannmu. Seorang malaikat kecil bermata sipit dengan pipi tembam dan hidung
ukuran sedang. Kemunculannmu ke dunia berlangsung dengan gelombang cinta yang
begitu nikmat.
Masih jelas dalam ingatan ketika sempat
terlintas kekhawatiran menanti tanda-tanda kelahiranmu. Kamu masih tenang dan
betah berlama-lama dalam alam rahim. Padahal saat itu sudah tanggal prediksi
kelahiranmu. Aku dan ayahmu memutuskan untuk bertemu dokter spesialis kandungan
yang menjadi tempat pemeriksaanmu secara rutin.
Sekitar pukul 15:30 WIB, kami
bertemu dokter. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sebaiknya kami melakukan
rawat inap agar dokter bisa mengawasi persiapan kelahiranmu. Tepat ba'da
maghrib, aku menempati ruangan dengan tiga bangsal. Kebetulan bangsal dekat
jendela menjadi tempat yang paling nyaman hingga aku pun memilihnya.
Pemandangan di luar jendela membuatku lebih tenang menanti kode cinta darimu.
Obrolan kecil terjadi diantara kita sebagai wujud bahwa aku ingin segera
menggenggam erat tanganmu.
Pukul 21:00 wib, seorang suster
datang untuk melakukan pemeriksaan bukaan jalan lahir. Hasilnya masih sama
seperti sore tadi yaitu bertahan di pembukaan dua. Suster memberitahukan bahwa
apabila sampai pukul 01:00 wib belum ada kemajuan, maka akan dilakukan tindaan
induksi. Saat mendengar kata induksi, aku mulai merasa khawatir. Bayangan sakit
dari rasa mulas yang muncul akibat suntikan induksi membuatku memanjatkan do'a
kepada sang Maha Memberi Kemudahan.
Waktu yang ditentukan pun tiba.
Sesuai janjinya, suster kembali melakukan cek pembukaan di pukul 01:00 wib.
Hasilnya semakin menyurutkan semangatku. Jalan lahir hanya naik satu tingkat ke
level bukaan tiga. Suster menjelaskan bahwa akan melakukan proses induksi
sesuai intruksi dari dokter kandungan. Mendengar kembali kata induksi membuatku
lemas. Namun aku memegang teguh keyakinan bahwa proses kelahiranmu akan tiba
tanpa bantuan induksi. Hal ini sempat menciptakan terjadi perdebatan antara
suster dengan ayahmu hingga akhirnya selembar kertas berisi penolalan induksi
ditandatangani oleh ayahmu.
Selepas surat pernyataan kembali
ke meja suster, gelombang cintamu mulai mengalir. Sepertinya perdebatan antara
ayahmu dan suster terdengar samapi ke telingamu hingga membuatmu bangkit dan
bersiap menatap dunia. Waktu terus berputar bersamaan dengan aliran cinta yang
kamu ciptakan sebagai jalan untuk menembus alam rahim. Waktunya cukup singkat
hingga suster memberi senyuman manisnya. Sekitar enam jam kamu berusaha membuka
jalan lahir agar mudah dilalui. Gelombang cintamu makin terasa dan sangat kuat
hingga membuatku meringis menahan rasa yang hebat. Kamu terus berjuang sekuat
tenaga agar mampu menembus lapisan pintu menuju cahaya dunia.
Jam dinding menunjuk pada angka
06:30 wib ketika aku telah berpindah tempat. Ruang bersalin berbau khas rumah
sakit telah siap beserta dokter kandungan dan tim suster. Semua telah bersiap
menyambut kehadiranmu. Aku dan kamu berjuang dengan kekuatan penuh hingga
akhirnya terdengar tangis pecah dari bibir kecilmu. Puji syukur pada Sang Maha
Kuasa yang telah memberikan pertolongan hingga kamu dapat menghirup udara
dunia.
Hai, Nak. Selamat datang kami
ucapkan padamu. Terima kasih telah memberi gelar ibu pada diriku. Peluk hangat
dan cinta kami akan menemani perjalananmu dalam mengenal dunia. Genggam erat
tangan kami agar kamu tahu bahwa ada kekuatan yang akan selalu melindungimu. Kamu
adalah separuh jiwa kami yang akan terus dan selalu memenuhi hati kami dengan
cinta dan kasih sayang.
Tumbuhlah besar, Nak. Kelak
kamulah yang akan menjadi tumpuan hidup kami.
#30DWCjilid13#Day1
Posting Komentar