√Kertas Misterius Di Halaman 50
Header catatantirta.com

Kertas Misterius Di Halaman 50



"Aku berharap bisa bertemu denganmu. Menatap wajah dan senyuman di bibir manismu."
"Hai, Jelita. Apa kabar hari ini? Kapan kita akan berjumpa?"
"Mulai tercipta rindu dalam relung hatiku. Bagaimana denganmu?"

Lembar demi lembar kertas misterius itu aku dapat beberapa kali. Terselip di halaman nomor 50 pada beberapa buku yang kupinjam. Sejak satu bulan lalu, aku mulai rutin mengunjungi perpustakaan daerah. Awalnya ada kunjungan yang diselenggarakan oleh sekolah. Namun akhirnya aku makin intens mendatanginya karena banyak buku yang tidak aku temukan di perpustakaan sekolah. Hampir setiap jum'at sore, aku habiskan waktuku di salah satu sudut ruang perpustakaan.

Tempat yang cukup luas, dengan jendela - jendela besar yang menyumbang semilirnya angin. Meja - meja tanpa kursi disediakan dibeberapa lokasi. Meja - meja itu boleh dipindah sesuka hati, asalkan tidak mengganggu aktifitas pengunjung lain. Salah satu tempat favoritku yaitu di bawah jendela paling belakang. Tepat berdampingan dengan pohon beringin yang cukup rindang. Hembusan angin nan sejuk dan cahaya yang cukup terang setia menemaniku. Lantai perpustakaan dilapisi karpet hijau yang cukup halus dan bersih. Hampir tidak ditemukan kursi di ruangan luas itu. Aku rasa hanya ada 2 kursi yang bertengger, di belakang meja petugas perpustakaan dan di dekat pintu masuk.

Isi kantongku sebagai pelajar menengah atas dengan uang saku terbatas membuatku belum mampu membeli banyak novel. Ini yang membelakangi kegemaranku mengunjungi perpustakaan. Di sana banyak novel yang dapat kunikmati tanpa harus mengurangi isi tabunganku. Novel dengan ratusan halaman menjadi buku favoritku. Sebagian halamannya aku lahap di bawah tenangnya perpustakaan, sisanya aku bawa pulang. Seminggu batas yang diberikan setiap kali meminjam buku dengan maksimal peminjaman sebanyak 2 buah. Jarak perpustakaan yang lumayan jauh membuatku hanya bisa berkunjung sekali dalam seminggu. Lagi - lagi karena uang saku harus ku sisihkan demi menimba ilmu ke tingkat yang lebih tinggi.

Bagiku, membaca di perpustakan menciptakan sensasi berbeda ketimbang menikmatinya di rumah. Sebagai anak tunggal, aku mendapat tugas merapikan rumah setiap kali pulang sekolah. Ibu selalu berangkat awal dan seringkali belum terlihat ketika aku sampai di rumah. Kesibukannya berjualan di pasar membuatnya sering pulang malam. Kerja kerasnya selalu membuatku bangga dan bertekad menggapai cita setinggi mungkin agar kelak bisa membahagiakan ibu. Membuatnya nyaman di rumah tanpa harus bekerja payah. Keriput di wajahnya terbentuk semenjak kepergian bapak. Atas nama cinta sejati, ibu memutuskan untuk menutup hatinya dan berupaya membesarkanku seorang diri. Ibuku wanita hebat. Aku sayang padanya.

"Hallo, Juwita. Adakah namaku dalam mimpimu?"
"Duhai, Anggun. Letakkan sedikit harap agar aku bertahan".

Lagi - lagi sepucuk kertas kutemukan di halaman 50. Aku mulai penasaran. Siapa pelakunya? Apa tujuannya meninggalkan kertas - kertas itu?
Hampir semua novel, kumpulan cerpen, kumpulan kisah inspiratif, dan banyak lagi buku telah kubaca. Anehnya, kertas misterius itu terselip di halaman yang sama. Halaman nomor 50. Pernah suatu hari aku memberitahu petugas perpustakaan tentang kertas - kertas itu.
Responnya sederhana :
"Tidak apa - apa, Dik. Terpenting halamannya lengkap. Meski terbitan lama, bukunya masih bagusdan layak baca. Mungkin ada peminjam yang iseng".

Lain waktu, aku coba menanyakan siapa peminjam buku sebelumnya. Sialnya, semua catatan menyatakan bahwa akulah peminjam pertama. Bagaimana mungkin? Begitu banyak buku dan namaku berada diurutan teratas. Aku tidak habis pikir. Ketidakwajaran ini membuatku makin penasaran. Akupun mulai menaruh curiga. Menyiapkan sebuah strategi demi menemukan pelaku yang meninggalkan surat kaleng itu.

Demi menjalankan misi ini, aku terpaksa merelakan sisa uang saku dan memakainya untuk akomodasi ke perpustakaan. Aku pamit pada ibu bahwa seminggu kedepan, sepulang sekolah akan menngunjungi tempat favoritku. Sesampainya diperpustakaan, petugas selalu menyambut ramah. Wajahku sudah mulai familiar karena sering berinteraksi dengannya. Biasanya aku langsung menuju rak - rak buku dan mencari target bacaan selanjutnya. Namun kali ini, langkahku lebih pelan. Pandanganku menyebar ke segala penjuru ruangan. Belum ada sosok yang membuatku curiga. Akhirnya kuputuskan untuk duduk di bagian paling depan. Berharap menangkap seseorang yang masuk ke perpustakaan.

Aneh. Lama aku menunggu tidak nampak satu orangpun menapakkan kakinya di ruangan favoritku. Begitupun dihari - hari berikutnya. Meski selalu duduk di tempat terdepan, aku tak kunjung menemukan siapapun yang masuk ke perpustakaan setelah diriku. Begitu pula sebelum kehadiranku di sana. Aku tidak melihat ada orang lain berjalan - jalan diantara buku - buku yang tersusun rapi. Ruangan itu kosong, hanya ada aku dan petugas perpustakaan.

Akhirnya aku memberanikan diri mendekati petugas perpustakaan.
"Maaf, pak. Adakah pengunjung lain sebelum saya datang?"
"Tidak ada, Dik. Memangnya ada apa?"
"Saya sedang mencari pelaku misterius yang meninggalkan kertas - kertas ini", Tanganku menunjukkan beberapa lembar kertas  yang telah kutemukan disetiap halaman nomor 50.

Bapak petugas perpustakaan tersenyum tenang. Menggelengkan kepalanya sambil berkata :
"Adik mencari pelaku misterius yang meninggalkan kertas - kertas itu? Sayalah orangnya. Kertas - kertas itu sengaja saya buat untuk menarik pengunjung. Sudah lama perpustakaan ini sepi. Hampir tidak ada pengunjungnya. Melihat adik meminjam buku selepas kunjungan tempo hari, saya begitu senang. Saya buatlah semua coretan itu berharap adik dan teman - teman ingin terus mengunjungi peprustakaan ini. Ternyata hanya adik yang aktif ke sini, tetapi saya tetap senang. Saya senang ada pengunjung yang datang dan meminjam buku - buku di sini".





#RuangMenulis
#WritingTresnoJalaranSokoKulino
#Odopfor99days29Jan18


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta