√Kecanduanku Atas Dirimu
Header catatantirta.com

Kecanduanku Atas Dirimu



Hai, kamu. Iya, kamu.
Kenapa pesonamu selalu membuatku rindu?
Detik demi detik, setiap mata ini berkedip, parasmu selalu nampak. Seperti melekat di pelupuk mataku. Aku tidak berkutik menikmati auramu yang menghipnotis seluruh jiwaku.
Hai, kamu. Iya, kamu.
Hela nafasku seperti menyebut namamu. Dengkuran tidurku pun layaknya penggemar meneriakkan sang idola. Bahkan mimpiku tidak pernah terlalui tanpa hadirnya dirimu. Sepanjang malam aku terpejam dalam senyum. Tenggelam bersama buaian dunia maya nan indah. Bersama denganmu, tentu saja dengan dirimu.
Hai, kamu. Iya, kamu.
Dirimu membuatku lupa diri. Seperti candu yang terlanjur menggerogoti raga. Menyatu  bersama aliran darah. Dimana aku tidak akan mampu bergerak tanpa suntikan energi dari pesonamu. Terlambat beberapa detik saja, aku akan sakau dan hanya akan mereda jika mendekapmu. Walau hanya sebuah bingkai tak bergerak, itu sudah cukup menjadi dopping kekalutanku.
Kau mau lihat? Coba sini lihat.
Layar smartphone yang selalu menjadi penghubung kita. Hanya paras dan gayamu yang ada di sana. Bahkan jika kamu penasaran dengan isi galeri di gawaiku. Silahkan buka dan cari. Di sana hanya ada potret dirimu. Tidak ada yang lain, hanya dirimu yang memenuhi ruang galeri itu. 
Hai, kamu. Kamu adalah canduku.
Aku tidak mampu melihat mentari sebelum menatap eloknya wajahmu. Kupandangi setiap lekuk dari dirimu. Begitu mengagumkan hingga tidak ada satu orang pun yang mampu menandingi anugerah Tuhan yang telah melekat pada ragamu. 
Mata cokelat nan bening, alis melengkung sempurna, hidung mengerucut, dan dagu segitiga. Sungguh tidak ada sosok lain yang mampu membuatku berpaling darimu. Semua nampak biasa, tidak ada detail semenawan tubuhmu.
Hai, kamu. Kenapa begitu sempurna di mataku.
Aroma yang menyelimuti tubuhmu mampu menghipnotis alam bawah sadarku. Harum semerbak, bahkan bunga Wijaya Kusuma yang mekar di malam gelap tak mampu menandingi kekuatan wangimu. Desah nafasmu membuatku bergelora. Membangkitkan jiwa - jiwa yang telah lama tenggelam. Hingga aku mulai sadar bahwa hadirnya dirimu adalah keberuntungan atas nyawaku. Entah apa yang akan terjadi jika tangan lembutmu tidak menggapaiku.
Saat itu pandanganku kelam. Tidak ada apapun yang nampak sejauh mata ini melebar. Hiruk pikuk yang biasa terdengar sirna dalam gelap mencekam. Tiada suara, sepi dan sunyi. Lalu aku mencoba berteriak, memanggil siapapun yang melintas di ingatanku. Namun tidak ada jawaban. Hanya gema dan gaung teriakan serak yang keluar dari mulutku. Aku mulai melangkah mencari jalan yang entah ada atau tiada. Tanganku meraba tak tentu arah, berharap menyentuh sesuatu yang dapat kujadikan pegangan. Aku limbung dalam kegelapan. Dada ini semakin sesak mencari sumber oksigen yang menjadi asupan hidupku.
Susah payah aku mencari hingga jatuh dan bangun. Semua seakan sia - sia karena kegelapan tak kunjung memuai. Aku terpuruk patah harapan.
Dalam keputus asaan, sayup - sayup terdengar seseorang menyebut namaku. Aku mencoba bangkit, melepas pandangan ke segala penjuru. Titik cahaya itu nampak samar - samar. Terseok - seok aku berlari dengan sisa tenagaku. Suara itu semakin kuat bersamaan dengan titik cahaya yang mulai melebar. Susah payah aku mencoba mendekat, hingga akhirnya cahaya itu menerpa wajahku. Kilaunya tidak sanggup kutatap lagi, namun sinarnya mampu menghangatkan tubuhku.
Kamu, iya kamu.
Orang pertama yang kulihat di dunia nyata setelah nyawa ini hampir menembus batas dunia. Wajahmu jatuh di mataku setelah gelap yang mengerikan. Sinar pesonamu membuatku mulai tersadar dari tidur panjangku.
Kamu, tidak ada yang lain selain dirimu.
Hidupku, matiku, ada di tanganmu.
Cahaya Itu Memanggilku




#RuangMenulis
#WritingTresnoJalaranSokoKulino
#Odopfor99days21Jan18  

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta