√Tatapan Penuh Tanya
Header catatantirta.com

Tatapan Penuh Tanya

Apa yang kamu pikirkan, Nak ?

Tatapan yang tidak bisa diterka isinya. Entah imajinasi apa yang sedang berputar di otaknya.
Sesekali pandangannya menyebar pada pengendara lain yang juga bermacet ria. Deru kendaraan saling berebut, menyisakan kepulan asap abu - abu pekat. Aroma bensin dan solar berbaur memenuhi udara yang kian memanas.

Pikirannya tak kunjung bisa ku tebak. Dahinya nampak berkerut ketika melihat sepeda motor dengan keranjang besar di belakangnya. Terlihat berat sehingga sang empunya hampir hilang keseimbangan. Mungkin si gadis sedang menerawang isi dari keranjang itu. Atau mungkin sedang mengira pekerjaan si bapak yang nampak lelah.

"Ya, permisi bapak - bapak, ibu - ibu, kami di sini hanya mencari receh dari suara yang kami berikan. Hari ini semoga anda bahagia. Bercanda mesra dengan alam sekitarnya. Tiada yang pantas buat disombongkan. Orang sombong matinya tabrak becak. Berhati - hatilah di dalam perjalanan. Jaga barang Anda jangan sampai pindah tangan. Ya, cukup sekian dari kami. Seribu, dua ribu, ikhlas dari Anda, halal buat kami".

Si gadis melongo. 



Memerhatikan dua laki - laki berbaju hitam dengan anting di kanan kirinya. Ekpresi wajah si gadis berubah - ubah sepanjang suara gitar dan tepuk tangan mengiringi lagu yang dinyanyikan. Dua laki - laki bertubuh kumal dengan wajah kusut dan berminyak bergelayut di pintu angkutan umum yang kami tumpangi.

Salah seorang memegang plastik bekas bungkus permen mint yang populer di televisi. Bersamaan habisnya suara mereka, disodorkannya plastik itu kepada setiap penumpang, termasuk pada si gadis. Tatapan si gadis langsung berpindah pada diriku. Seolah memberi kode apa yang harus dia lakukan. Aku mengangkat telapak tangan tanda tidak ada rupiah untuk mereka.

Seiring dengan kepergian dua laki - laki itu, si gadis kembali menikmati perjalanannya. Menilik semua sudut yang ada disekitarnya. Menciptakan berbagai mimik wajah yang tidak bisa dikira. Meski ada beberapa yang bisa terbaca, namun semua bisa berbeda dengan isi kepala saya. Beruntung tidak ada pertanyaan dari mulut manisnya, sehingga saya bisa tenang melihat keluar kaca. Mencari tanda - tanda dari tempat tujuan perjalanan kami.

Hai, Nak. Meski setiap hari bersama denganmu. Melihat polah yang menggemaskan juga mengagumkan. Tapi diri ini masih seringkali salah menilai bahasa tubuhmu.

Hai, Nak. Rasa sayang ini terus bertambah setiap waktu.
Terima kasih atas warna dunia yang telah kamu ciptakan.

                                                     Aku menyayangimu, gadis kecilku.

Tatapan Penuh Tanya


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta