√Penolong Dari Barang Bekas
Header catatantirta.com

Penolong Dari Barang Bekas



"Terima kasih banyak ya, Bu. Saya beruntung bertemu ibu. Entah apa yang akan terjadi kalau ibu tidak menolong saya".
"Sama - sama, Neng. Ini bukan apa - apa dibanding jasa Neng waktu itu".

Syukur Alhamdulillah, Allah SWT masih memberi keselamatan dan kesehatan pada saya. Sore itu, di tengah hujan yang cukup lebat, saya memgendarai sepeda motor dengan kecepatan sedang. Jalan yang saya lalui bersebelahan dengan sungai irigasi dan sungai besar. Sepanjang jalan terlihat sepi dan jarang sekali orang melintas. Hanya satu dua kendaraan berpapasan atau menikung saya dari belakang. 
Saya berusaha untuk tenang, melewati aspal yang basah dan berlubang. Sungguh saya menyesal telah memilih jalan pintas di tengah hujan yang menutupi sinar mentari. 
Senja akan segera berlalu, berganti malam yang dingin diterpa angin. 

Pyaaaaar.....

Tiba - tiba cipratan air membasahi wajah dan seluruh tubuh. Sebuah sepeda motor dari arah berlawanan melintas cepat. Genangan air meluap seketika dan menimpa tubuh saya. Saya terkejut dan hilang kendali. Ditambah lagi roda motor terperosok pada lubang yang cukup dalam. Seharusnya saya menghindari lubang itu. Namun cipratan air membuat pandangan mata menjadi kabur.
Saya tidak mampu menyeimbangkan diri dan akhirnya jatuh terjerembab diantara rumput basah. Sekitar 50cm lagi,  motor yang saya kendarai akan terjun ke sungai irigasi yang terletak di kiri jalan.

Sempat mengucap syukur karena tidak sampai berkubang air, saya mencoba tenang sejenak. Ketika akan bangkit, ternyata pergelangan kaki tidak bisa digerakkan. Sakit dan perih mulai terasa karena tertimpa sepeda motor. Saya mencoba menariknya, namun kaki ini tak kunjung bergeser. Ditambah lagi kesakitan membuat saya habis tenaga. Saya pun berteriak minta tolong. Mengharap hadirnya seseorang untuk menyelesaikan kepayahan ini. Seakan berlomba dengan deru hujan, suara saya kalah tersapu derasnya air langit.

Berjuang Untuk Hidup
Di tengah menahan rasa sakit yang semakin menjadi, saya dikejutkan oleh kehadiran seorang ibu tua. Dari perawakannya bisa diterka kalau usianya sebaya dengan ibu saya. Beliau ikut berteriak, memanggil - manggil beberapa nama. Kemudian datanglah 2 orang laki - laki dewasa. Mereka mendekat dan mengangkat sepeda motor yang telah lama melekat di kaki kanan saya.

" Alhamdulillah, Neng baik - baik aja? Sini saya bantu berdiri", Ucap ibu itu berbarengan dekat pindahnya badan sepeda motor. 

Beliau memapah saya ke sebuah rumah kayu tidak jauh dari tempat saya jatuh. Jaraknya sekitar 20 meter dengan menyebrangi sungai irigasi yang mulai meluap. Si ibu masuk ke dalam rumahnya sederhana dan keluar dengan sehelai kain dan baskom berisi air hangat. Beliau membersihkan luka saya dan meneteskan obat merah sejenis betadhine. Perih, sungguh perih menjalar hingga ke ujung kepala.

"Neng darimana, kok hujan - hujan ada di jalanan ?", Tanyanya usai mengobati luka saya.
"Dari rumah teman", Jawab saya singkat. 

Beliau menyuguhkan secangkir teh hangat dan mempersilahkan saya untuk berteduh di rumahnya. Tubuh ini menjadi lebih segar setelah beberapa kali meneguk teh manis tersebut. Meski rasa sakit masih terasa, namun bersyukur sudah ada yang menolong.
Sambil menunggu hujan reda, saya mengamati sekitar tempat tinggal si ibu. Dilihat dari tumpukan kardus dan barang bekas yang tersusun di beranda rumahnya, bisa ditebak bahwa ibu ini adalah seorang pemulung. Rasanya saya tidak asing dengan perawakan beliau.

"Neng tidak ingat saya?", Suaranya mengawali percakapan.
"Maaf, bu. Apakah sebelumnya kita pernah bertemu? Ibu sepertinya familiar". Rasa penasaran mulai mencuat.
"Tentu sering ketemu, saya sering lewat depan rumah, Neng. Seringnya mah pagi. Botol - botol plastik dan kardus itu sebagian pemberian, Neng. Ibu tidak akan melupakan kebaikan, Neng. Mungkin barang - barang bekas itu tidak berarti bagi, Neng. Tapi bagi saya, itu sumber untuk bertahan hidup". Jelas si ibu sambil menatap karung - karung besar di depan kami.
Si ibu pun melanjutkan ceritanya yang membuat saya terharu. Sebuah peristiwa yang saya sendiri tidak menyadarinya bahwa itu sangat berarti bagi dirinya dan kini menjadi penolong kesusahan saya.

Suatu hari saya membagi - bagikan paket makanan sebagai rasa syukur atas limpahan rejeki yang Allah SWT berikan. Selepas mengadakan do'a bersama dan membagikannya pada tetangga, ternyata paket nasi masih tersisa. Saya pun berinisiatif keluar rumah dan mencari pemulung di sekitar komplek. 
Langit cerah sore itu mulai meredup tertutup awan kelabu. Dengan cepat menumpahkan air langit. Satu demi satu paket nasi sampai pada pemulung yang saya jumpai. Salah satunya yaitu si ibu yang saat itu tengah terduduk lelah di tepi trotoar. Beliau sedang menahan perihnya asam lambung yang naik. Hampir seminggu lambungnya hanya satu kali terisi makanan setiap harinya. Ini membuatnya kurang bertenaga. Namun tuntutan hidup sebatangkara membuatnya harus terus mengais rejeki. Dua kotak nasi yang saya berikan padanya menjadi pengobat rasa lapar yang telah lama beliau tahan. 
Esok harinya, si ibu kembali mencari barang - barang bekas yang menjadi sumber penghasilannya. Kebetulan beliau melintas di depan rumah. Saya memanggilnya dan memberikan kemasan air mineral kosong yang sengaja saya kumpulkan. Beberapa barang yang sudah tidak terpakai juga turut saya berikan. Saya tidak mengenali beliau karena sebagian wajahnya tertutup kain dan menggunakan penutup kepala seperti petani jaman dulu. Sejak saat itu, setiap kali beliau lewat dan ada botol - botol plastik bekas, saya selalu berikan padanya. Saya belum pernah melihat wajahnya dengan jelas, hanya mengingat pakaian dan tutup kepala yang selalu dikenakannya. 

"Sepertinya Allah SWT telah memberi saya kesempatan untuk bertemu Neng. Melalui kejadian ini, saya bisa membalas kebaikan yang sering Neng berikan pada saya. Mudah - mudahan Allah SWT selalu melindungi Neng, dimanapun dan kapanpun". Tutur si ibu dengan tulus.
Saya hanya bisa meng-Aminkan semua do'a si ibu. 

Semoga Allah SWT selalu melindungi kita semua.

Aamiin. Aamiin. Ya Rabbal Alamiin.

2 komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta
  1. Balasan
    1. Fiksi, Zerli. Inspirasi dari botol bekas yang sering dikumpulkan dan menunggu pemulung lewat. hehehehehe

      Hapus