√Koin Penyebab Jeritan Dan Kilatan
Header catatantirta.com

Koin Penyebab Jeritan Dan Kilatan

Tiba - tiba dia menjerit, mengagetkanku hingga aku terpaksa menghentikan langkahku. Kaki kiriku berpindah mundur, diikuti kaki kananku yang mulai gemetar. 
Treeet, treeet, treeet, kali ini ditambah dengan kilatan - kilatan di kanan kirinya, dia kembali berteriak memaksaku berdiri kaku. Kakiku mulai kelu, pucat pasi wajahku. Butir - butir dingin mulai menembus dinding punggungku. Telapak tangan dan pelipis juga mulai terisi lelehan dingin nan asin. 
Gigi - gigiku berderat saling beradu, seolah membantu kakiku untuk tetap menopang tubuh yang mulai lemah. Tulang - tulangku seperti berlari, menjauh, meninggalkan gumpalan - gumpalan daging. 
Sepasang mata menusuk tajam ragaku. Dia mulai mendekat, menatapku curiga. Setiap sentimeter berkurang jarak antara diriku dengannya, setiap itu pula jantungku berdegup semakin cepat. Ada apa denganku ini ? Apa yang salah dengan diriku hingga terlihat seperti seorang penjahat ? Aku menerik nafas panjang, menghiruo oksigen sebanyak - banyaknya. Menghembuskan karbondioksida ( CO2 ) melalui mulut secara perlahan. Aku mencoba mengatur kembali ritme jantungku agar detak jantungku semakin stabil.
Tepat sepuluh sentimeter dia berhenti di hadapanku. Mengucapkan kata maaf dengan sopan sambil tersenyum tipis. Ah, tidak segarang yang aku pikirkan. Namun, tanpa menunggu komando, kedua tangannya mulai menjamahi tubuhku. Mulai dari tangan kanan dan kiri sampai bahu, beralih ke pinggang, paha, hingga mencapai lutut dan kakiku. Semua dilakukannya dengan cepat. Aku rasa di sudah sangat mahir dengan adegan ini.
Aku hanya bisa pasrah, mulut pun terkunci dan sedikit menahan nafas. Selepas menyentuh semua bagian tubuhku itu, dia berpindah meraba beberapa saku bawahku. Akupun kembali pasrah dengan perbuatannya itu. Tangannya terhenti di saku kiriku, dia memintaku untuk mengeluarkan isinya. Aku kembali gemetar, jangan - jangan ini sebuah kesalahan.
Perlahan kucari apa yang bersembunyi di saku kiriku. Sebuah benda dingin berbentuk bulat sempurna tersangkut di tanganku. Kuambil dan kuserahkan si bulat itu padanya. Kemudian dia memintaku kembali melangkah maju. Diam dan sunyi, tidak ada lagi jeritan dan kilatan cahaya saat kaki ini melangkah melintasi gerbang itu.
Benar saja, koin kembalian itu yang membuat pintu X-Ray berbunyi dan menyala - nyala. Akhirnya akupun bisa bernafas lega menuju ruang tunggu. Jadwal keberangkatan masih satu jam lagi sehinga aku bisa bersantai terlebih dahulu.

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta