√Kapan Seorang Ibu Lupa Waktu ?
Header catatantirta.com

Kapan Seorang Ibu Lupa Waktu ?



Kapan seorang ibu Lupa waktu?

Saat Berkumpul bersama ibu - ibu lain ?
Saat bermain gadget?
Saat nonton sinetron kesayangan?
Saat nonton Drakor?
Atau saat shopping?

Ketika si bapak baru saja kembali dari perjalanan dinas. Si gadis begitu manja karena menahan rindu pada sosok kebanggaannya itu. Maklum perginya beberapa malam. 
Bercengkrama, berceloteh ria, melampiaskan kerinduan. Meskipun setiap hari Videocall, tetap saja bertatap langsung dan saling bersentuhan lebih terasa kasih sayangnya. 
Si bapak menyimpan sedikit lelahnya demi menampung rindu gadis kecilnya. Sebuah tawaran tidur siang disetujui oleh si gadis, dengan catatan televisi ikut pindah ke kamar tidur. Si bapak pun mengaminkan. 

Televisi menyala, keduanya masih main lempar tangkap boneka dan balap harimau. Sesekali si gadis bercerita tentang teman - temannya. Terdengar tawa bahagia dari balik pintu yang lantainya mulai dingin. Lalu kemana si ibu? Adakah dia ikut bersama mereka menikmati nyamannya udara sejuk? Tentu saja jawabannya, tidak. Alih - alih duo kesayangannya sedang asyik memadu kasih, si ibu sibuk di alam lain. 

Gambar dari Google, Detail Silahkan Klik
Mulai dari ruang keluarga, ruang tamu, hingga dapur, si ibu tengah asyik menyapu dan mengepel. Ini kesempatan terbaik karena tidak ada gangguan dari si gadis yang selalu membuat drama di setiap pekerjaan rumah. Selesai dengan lantai kinclong dan harum, si ibu fokus ke wastafel. Tumpukan piring dan teman - temannya sudah menanti ingin menjadi bersih dan wangi juga. Di sini si ibu makin bersemangat, ada energi membara yang membuat semua pekerjaan menjadi lebih cepat rampung. Si ibu ingin segera turut serta berbaur  menikmati keseruan di kamar sejuk itu. 

Namun si ibu lupa waktu. Tenggelam bersama tumpukan pakaian kotor. Meski telah dibantu dengan mesin pencuci, namun untuk menjemur tetap butuh uluran tangan si ibu. Harumnya pewangi pakaian cukup menyegarkan udara. Ditambah sinar mentari yang menyengat, sudah pasti akan segera mengeringkan pakaian yang telat dijemur.

Sayup - sayup, gelak tawa mulai mereda. Selepas membersihkan tangan dan menempatkan semua peralatan tempurnya yang telah selesai bertugas, si ibu mendekati kamar. Tidak ada lagi keceriaan di sana, hanya terdengar suara siaran televisi. Penasaran dengan apa yang terjadi, pintu dibuka perlahan. Jengjengjeng, si bapak dan si gadis telah terlelap. Posisi tidur yang menyejukkan mata. Mereka saling mendekap. Terlihat jelas kasih sayang diantara keduanya. Si ibu tersenyum bahagia dan kembali menutup pintu. 

"Ah, aku lupa waktu hingga melewatkan kebersamaan itu. Tapi tidak mengapa, terpenting adalah semua pekerjaan telah selesai. Rumah bersih dan nyaman." Gumam sang ibu.

Meskipun terlambat menikmati sejuknya kamar penuh gelak tawa, namun si ibu tetap bahagia. Baginya, melihat dua kesayangannya sehat dan saling menyayangi adalah obat mujarab atas rasa lelahnya. Semua terbayar lunas dengan pemandangan yang menakjubkan itu.

Lalu, apa yang selanjutnya akan dilakukan sang ibu? Apakah ikut bergabung merebahkan badan dan memenjamkan mata? Jawabannya tetap sama, yaitu tidak. Si ibu bergegas mengolah bahan makanan yang telah dibelinya pagi tadi. Meracik bumbu, merebus dan menggoreng. Menu sederhana pesanan sang bapak yang baru saja pulang. Sayur bening bayam berteman wortel dan jagung manis, ikan asin goreng kering, tempe goreng dan sambal istimewa. Menu sederhana diolah penuh cinta, menciptakan rasa yang luar biasa.

Ditengoknya jam dinding, sudah waktunya para kesayangan menikmati makan siang mereka. Si ibu yang sudah mandi peluh bergelut di dalam rumah segera menyambangi dua kesayangannya.

"Ayo semua bangun, waktunya makan siang."


2 komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta
  1. Nonton drakor pun kali pekerjaan blm selesai kadang suka kepikiran trs ya mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Zerli, kepikiran peEr rumah tapi masih kepo next adegan drakor jd galau. hehehehhe

      Hapus