Akhir pekan di tanggal 12 November 2107, katanya bertepatan
dengan hari Ayah. Bagi saya weekend memang selalu menjadi hari ayah. Ketika
si ayah berada di rumah tanpa terganggu pekerjaan yang sering dibawa pulang,
maka akhir pekan menjadi moment khusus untuk bermain bersama putri kecil
kami. Mulai dari bangun tidur, si gadis pasti langsung mencari ayahanya.
Bahkan ketika adzan subuh berkumandang, tubuh mungilnya otomatis terbangun
dan bersiap ikut ke mushola bersama sang ayah.
Ketika tiba waktunya membersihkan sisa susu di giginya, maka
si gadis kecil memanggil ayahnya. Dia meminta ayahnya untuk memandikannya.
Begitu juga dengan memakai minyak telon dan memakai pakaian selepas mandi,
ayah tetap setia melayani purti kecilnya. Lalu, kemana mamanya ? Saya
bertugas menyiapkan sarapan diselingi beres - beres mainan sisa
semalam.
Agenda hari minggu kemarin adalah mengunjungi toko buku di
salah satu pusat perbelanjaan. Ini sudah direncanakan oleh si ayah demi
membahagiakan istrinya ( thanks ya masbro ). Saya meminta ijin untuk menambah
buku bacaan dan si ayah menganggukkan kepala plus tentunya dia juga yang
mengeluarkan isi dompetnya. Makasih lagi ya masbro atas keikhlasannya,
mengurangi isi dompet.
Kebiasaan yang kami buat ketika mengisi liburan di luar rumah
adalah mencari hal lain yang bisa dilakukan dalam sekali jalan. Setelah
mendapat info tentang event mewarnai yang diadakan di salah satu mall, kami
memutuskan untuk mengikutsertakan putri kami. Mewarnai memang menjadi
kesenangan yang sedang hinggap padanya saat ini. Sebagai orangtua, kami
berkewajiban memberinya kesempatan untuk berkarya, menuangkan segala yang
disukainya. Jika itu merupakan bakat yang dimilikinya, maka menjadi tugas
kami untuk mengembangkan bakat itu.
Awalnya, Nala bersemangat mengikuti lomba. Melihat banyak
piala berjejer, membuatnya makin antusias. Nala juga ingin membawa pulang
salah satunya, tapi itu perlu kerja keras ya , nak.
Tiba saat lomba mewarnai dimulai. Para orangtua dipersilahkan
meninggalkan anak - anaknya di tempat yang telah disediakan. Saya sengaja
duduk dekat dengannya, karena memang masih perlu arahan saat mewarnai. Tiga
puluh menit pertama, Nala fokus dengan karakter Bobo yang menjadi sponsor
dalam acara itu. Namun menjelang satu jam perlombaan, semua mulai tidak
kondusif, ada saja tingkahnya yang mulai tidak fokus pada gambar yang harus
diselesaikannya itu. Mulai dari tangannya pegal, minta minum, mencari - cari
ayahnya, sampai minta cemilan. Saya menuruti permintaannya dan membuat
hatinya tetap senang agar kembali fokus mewarnai. Di sini kesabaran mamanya
mulai diuji. Sambil menarik nafas panjang dan mencoba tetap tersenyum, saya
bersikap santai. Tetapi ketika Nala meminta cemilan lagi, saya menolak untuk
memberikannya. Tangannya sudah berwarna terkena crayon, sehingga saya menunda
cemilan itu berada di tangannya. Selain itu, remahan - remahan cemilan bisa
mengotori kertas gambarnya, ini yang membuat saya menyimpan cemilannya.
Namun, diluar dugaan, hal ini ternyata membuat Nala badmood. Tangisnya pecah diantara peserta lain yang
tengah asik mewarnai. Dia menangis dan tidak mau lagi mewarnai. Tangisnya
semakin kencang hingga saya harus mengambilnya dari tempat lomba. Saya
meminta si ayah untuk menggendongnya karena emosi saya mulai naik. Saya
memberinya kata - kata dengan nada naik satu oktaf hingga menambah tangisnya.
Huuuf, si ayah menjadi penolong dikala ini melanda.
Kami memutuskan untuk mengakhiri perlombaan. Mengemas meja dan
crayon yang telah ditinggal oleh si empunya menagis.
Kami memutuskan untuk berpindah ke toko buku yang menjadi
tujuan utama akhir peka. Saya sudah mencatat beberapa judul buku yang akan
menjadi media otak saya agar terus bekerja. Membaca merupakan salah satu media
untuk menjaga daya ingat otak. Dengan membaca, otak akan terus bekerja
konsiten. Mendapat asupan tenaga baru agar terus berkembang, tidak mandeg di
satu sisi. Beberapa novel sengaja saya pilih sebagai bahan untuk menambah
pengetahuan saya di dunia menulis. Aktifitas menulis menjadi pilihan saya
setelah resign dari pekerjaan saya di luar rumah.
Nala masih bergelayut dalam gendongan ayahnya. Dia belum mau
berdekatan dengan saya meski kata maaf sudah terlontar dari bibir mamanya
yang telah selesai meredakan emosinya. Si ayah terus mencoba merayu,
membujuknya agar bersedia minta maaf juga atas sikapnya di perlombaan tadi.
Namun, sikap keras kepalanya memang sangat luar biasa. Pendiriannya begitu
kuat hingga kami, orangtuanya harus ekstra bersabar. Kami menyadari bahwa
Nala adalah tipe anak yang tidak suka mendapat sikap keras. Jika dia mendapat
perlakuan yang membuatnya tidak nyaman, maka sikapnya akan menjadi lebih
keras dari sebelumnya. Kami sadar, untuk mendapatkan hatinya kembali, maka
harus membuatnya senang dan menemukan sesuatu yang baru. Mengalihkan
perhatiaanya hingga melupakan kejadian yang telah berlalu.
Berhubung waktu sudah menunjukkan jam makan siang, kami
memutuskan untuk mampir ke salah satu tempat makan. Memilih tempat duduk yang
nyaman dan memesan menu makanan kesukaan kami. Di sini suasana hati Nala
mulai membaik. Tata ruang resto yang apik membuat Nala melonggarkan keras
kepalanya. Dia pun meminta maaf pada saya setelah si ayah merayunya kembali.
Saya bersedia memaafkannya dan bersiap menyuapinya cumi goreng tepung yang
telah dipesan. Senyumnya mulai mengembang, terdengan lantunan lagu keluar
dari mulut mungilnya. Tawanya telah kembali, membuat acara makan siang
menjadi hangat dan menyenangkan.
Sungguh liburan kali ini membuat saya tersadar tentang anak
dan diri sendiri. Saya masih perlu belajar mengendalikan emosi ketika
mneghadapi perilaku Nala. Menjaga nada suara agar tetap stabil, menjauhi
kenaikan oktaf yang sering terjadi. Saya juga menyadari, bahwa Nala belum
bisa bersikap fokus pada suatu hal. Meskipun hal tersebut adalah aktifitas
yang sedang digemarinya, namun semua masih dilakukan sesuka hati. Belum ada
konsistensi dalam dirinya yang membuat sebuah tanggung jawab atas suatu hal.
Ini menjadi tugas saya untuk melatih fokus Nala agar bisa belajar
menyelesaikan apa yang memang harus dilakukannya.
Saya sadar, anak seusia Nala memang masih banyak bermain.
Semua dilakukan sesuka hati. Saya akan mencoba melatih kesiapan mentalnya
dalam melakukan sebuah aktifitas agar
lebih fokus.
Kita belajar pelan -
pelan ya, nak. Semoga mamamu ini bisa menjaga emosi dan bersabar atas dirimu
hingga bisa terus mendampingi dan mendidikmu menjadi pribadi yang lebih baik.
|
Related Posts
Memuat…
Posting Komentar