Ketika kokok ayam jantan terdengar,
itu pertanda hari baru telah dimulai. Setiap orang punya cara yang berbeda
untuk mengawali hari mereka. Berbagai agenda telah direncanakan, mulai dari
pagi hingga petang. Akupun tidak jauh berbeda dengan kebanyakan orang. Bahkan
aku memulai hari ketika yang lain masih terlelap. Aku memang tidak sendiri,
banyak yang seperti diriku. Kami bertemu, bersinggungan, bercakap dan sesekali bersenda
gurau. Terkadang kami juga saling berargument. Memperdebatkan keinginan masing
- masing. Diantara kami tidak ada yang mau merugi. Acara negosiasi kami
berlangsung cepat dan praktis, tidak seperti debatnya para pejabat di gedung
pemerintahan. Hanya dua atau tiga kali silang pendapat, maka kesepakatan
berakhir kepuasan.
Hari ini aku sangat bersemangat. Berangkat
lebih awal ke wilayah perkumpulan. Beberapa wanita muda mengandalkanku untuk
sebuah misi. Akupun bergegas menyusuri lorong - lorong sempit, becek dan agak
licin sisa hujan semalam. Diiringi penerangan yang ala kadarnya, aku terus
berjalan. Semua sudah menjadi lumrah bagi siapapun yang bergabung di sana. Satu
persatu permintaan para penggemar setiaku mulai kudapat. Betapa girang hatiku karena
hari ini adalah hari keberuntunganku. Semua kudapat tanpa harus merogoh kocek
terlalu dalam. Tidak butuh waktu lama untuk mendapatkan targetku. Akupun
bergegas, mengemas semua dengan rapi dan cantik.
Deru motor tua mengiringi
perjalananku. Angin pagi ini terasa lebih sejuk dari biasanya. Terlihat beberapa
wanita tengah berbaris rapi. Mereka pasti sedang menunggu kedatanganku. Ah,
mereka memang terlalu mengidolakan diriku. Aku menatap mereka dengan binar
penuh bahagia. Rasanya kantongku akan kembali penuh terisi. Mata yang sempat
berkatong panda ini mendadak cerah. Gairah menyapa jiwaku. Sebuah latar cukup
luas menantiku. Kami memang selalu bertemu di sana. Tidak perlu kirim pesan
singkat, whatsapp, email apalagi video call. Tanpa itu semua mereka tetap
menjadi penggemar setiaku setiap fajar menggeliat. Cukup dengan bertatap muka, kemudian
membuat sebuah janji. Tidak perlu buku dan pulpen, karena aku mencatatnya
langsung di otakku. Aku akan memenuhi
semua permintaan mereka. Tidak hanya satu atau dua wanita, terkadang hampir
sepuluh wanita mengikat janji denganku.
Aku bahagia menjadi orang
kepercayaan mereka. Akupun memberi mereka pelayanan yang memuaskan. Dengan
begitu mereka akan tetap setia padaku. Pagi yang indah, secerah hatiku saat
ini. Perlahan kuhentikan motor kesayanganku. Mereka sudah bersiap melangkahkan
kaki - kaki indah mereka, mendekat, menghampiriku. Kuserahkan semua yang
kumiliki. Biarkan mereka puas menjamah apapun sesuai keinginan mereka. Aku
bebaskan mereka untuk berbuat seseuka hati. Akupun telah bersiap melayani
mereka. Menjawab setiap pertanyaan yang terlontar. Mempertanggungjawabkan janji
yang telah kuberikan pada mereka.
" Bang, daging sama iga yang
saya pesan kemarin, dibawain ga ?"
" Bang, cumi pesenan saya,
gimana? ada ga ?"
" Bang, kentang sekilo berapa
?"
Posting Komentar