√Ketemu Jodoh
Header catatantirta.com

Ketemu Jodoh




Pagi itu seperti biasa aku berangkat sekolah penuh semangat. Seragam putih abu – abu dilengkapi tas punggung berdominasi jingga dan hijau. Sebuah gantungan bola basket bergelanyut di resleting sisi kanan. Walaupun hari itu ada kegiatan olah raga, tetap saja sepatu berwarna hitam dengan garis putih di ujung kanan depan tetap menjadi alas kakiku. Aku , panggil saja aku Tata. Seorang pelajar perempuan. Aku bersekolah di salah satu Sekolah Menengah Atas di kota IKHLAS. Ya, ikhlas julukan untuk kota dimana aku tinggal. Mungkin karena warganya cenderung nrimo, menerima apa yang ada. Tapi maaf, bukan seperti itu sejarahnya. IKHLAS di sini singkatan dari Indah, Kominukatif, Hijau, Lancar, Aman, Sehat. Sepertinya ini merupakan Visi dan Misi dari kota sederhana ini.  
Kelas ku berada persis di sudut bangunan sekolah. Otomatis siapapun, baik guru, murid sampai tukang kebun sekolah sering melewatinya. Jika ingin bertemu guru atau staf TU, langkahkan kaki ke kanan setelah keluar kelas. Namun apabila hendak ke perpustakaan, toilet atau ke kantin sekolah, maka cukup putar badan ke kiri. Sepanjang ke kanan ataupun ke kiri kelas, akan ditemui beberapa ruang kelas lain. Ketika jendela kelas terbuka, maka terlihat semua aktifitas yang terjadi di dalamnya. Tak jarang teman – teman sengaja ijin keluar kelas untuk sekedar refresh mata karena penat dengan hitungan matematika ataupun rumus kimia yang panjang tak berujung. Lirikan dan tebar pesona sering menjadi hiburan tatkala kejenuhan datang. Kesengajaan keluar kelas hanya untuk memandang sekilas teman yang di sukai sering dilakukan. Terutam teman laki – laki. Aku pun sama seperti teman yang lain. Terkadang sengaja ijin ke toilet untuk sekedar mengistirhatkan mata yang mulai lelah memandang rentetan hitam di papan putih depan kelasku. Ditambah lagi kacamata minus satu yang ku kenakan, sering membuat telingaku sakit.
Pulang sekolah menjadi ajang untuk bercerita dan bercengkrama dengan teman – teman. Baik yang satu kelas ataupun kelas yang berbeda. Tidak jauh –jauh obrolannya sekitar dunia PeeR, tugas kelompok atau bocoran soal ulangan harian. Beruntung aku memiliki teman – teman yang baik. Mereka bersedia membagi ilmu dan juga berbagi soal ulangan harian tentunya, (Ooopss). Pinjam meminjam buku paket sudah menjadi hal lumrah bagi kami, karena setiap siswa tidak diwajibkan untuk memilikinya sebagai buku penunjang. Bagian paling menyenangkan bagiku ketika bel pulang berbunyi yaitu mengamati kesibukan temanku yang lain. Entahlah, aku merasa senang saja melihat perilaku mereka. Dalam hati dan pikiran ku pernah terlintas, mungkin aku cocok menjadi seorang psikolog. Aaahhh, hanya kilasan otak ku saja.
Saat berjalan pulang, biasanya dua orang sahabatku sudah menanti ku di depan kelas mereka. Kebetulan kami berbeda kelas. Sebut saja Windi dan Yanti. Mereka adalah sahabat terbaikku. Aku dan Windi sudah berteman sejak SMP. Sedangkan Yanti mulai dekat ketika kami mengikuti ekstrakulikuler yang sama, yaitu Pramuka. Kami sering pulang bersamaan. Bukan hanya karena kami sahabat, tetapi karena rumah kami mempunyai rute yang sama. Bus kota menjadi transportasi kami sehari- hari. Berangkat dan pulang sekolah. Sirandu, disana kami biasa menunggu bis jurusan selatan melintas. Ada banyak kenangan ketika kami menanti bus yang kadang sudah penuh sesak oleh pelajar seperti kami. Kami lebih memilih menunda kepulangan dan menunggu bus yang agak longar untuk ditumpangi. Momen ini menjadi waktu kami untuk saling berbagi cerita.
Siang itu, seperti biasa, aku, Windi dan Yanti tengah menanti bus kesayangan kami. Tiba – tiba di sebrang jalan melintas seseorang yang kami kenal. Kami langsung membuatnya menjadi topik obrolan kami. Bahasa kerennya bergosip. Dia salah seorang kakak kelas kami. Bagi kami, dia cukup keren. Aahhhh, hanya serpihan kagum kami untuk dia yang memesona. Kami pun tidak sadar ketika bus yang kami nanti melintas dan diserbu para pelajar lain yang juga telah menanti untuk diangkut pulang. Kami pun terpaksa menunda kembali kepulangan karena bus itu langsung sesak.
Mencoba menghibur diri, kami pun bergurau. “ udahlah ga papa kita berdiri agak lama disini, siapa tahu nanti ketemu jodoh”. Ya, ketemu jodoh. Jodoh tidak bisa ditebak. Jodohpun tidak bisa dipilih semau kita. Jodoh adalah misteri yang akan terpecah saat nanti waktunya tiba. Semenjak kata itu muncul, kami jadi senang berlama – lama di Sirandu. Barang kali ketemu jodoh, itu yang selalu kami katakan. Jodoh bukan hanya soal pasangan hidup. Terkadang, bertemu orang – orang yang tidak terduga pun bisa disebut jodoh. Pernah suatu hari dengan motto  Barang kali ketemu jodoh, kami disambangi orang gila. orang tersebut berpakaian lusuh, rambut gimbal, celana koyak, sudah dapat dipastikan pasti terganggu kejiwaannya. Meski takut dan sempat diminta apa yang kami pegang, tetap saja ujung – ujung nya barangkali ketemu jodoh. Yah, jodoh dihampiri orang tidak waras.
Dilain waktu juga berjumpa dengan senior idola kami. Kebetulan satu arah pulang dan menunggu bus yang sama. Sungguh girang kami melihat dia. Meski tak bertegur sapa, setidaknya kami bisa mengamati tingkahnya sepanjang perjalanan pulang. Bahagianya bisa sampai esok menjelang. Maklum masa SMA sering terjadi percikan kagum yang berbunga – bunga. Kalimat Siapa tahu ketemu jodoh menjadi andalan kami setiap pulang sekolah. Bahkan menjadi motto dimanapun kami berada.  ini bukan lagi sebagai candaan atau ungkapan semata, barang kali ketemu jodoh ,diam – diam menjadi sebuah do’a.
Kami terkadang mampir ke salah satu warung di Sirandu untuk sekedar membeli air mineral dingin. Berharap aliran kesejukan mengurangi teriknya matahari. Mengendurkan saraf otak yang penuh dengan hukum – hukum fisika dan ciri dari binatang bertulang belakang. Bus yang kami tunggu seringkali berhenti sesaat saja, sehingga sedikit pelajar yang bisa naik. Katanya sih, karena anak sekolah bayarnya separuh, murah jadi merugikan setoran mereka. Kami, para pelajar selalu menjadi penumpang optional, bahkan hanya sebagai pelengkap saja, karena banyak dari kami yang berdiri di tengah dan bergelayut di pintu bus. Walaupun demikian, bagi kami itu merupakan bagian dari perjalanan yang menyenangkan.
Walaupun actualnya jodoh tidak kami temukandi Sirandu, tetapi rutinitas menunggu bus menjadi bagian indah masa SMA. Bagi diriku, kalimat itu menjadi sebuah sugesti dimanapun aku berada. Di tempat yang menyenangkan ataupun menyebalkan, aku berharap bisa berjodoh dengan seseorang. Mendapat teman baru atau bertemu teman lama tanpa terduga, itu bagian dari jodoh. Apalagi bersua dengan belahan jiwa, tentu saja ini jodoh yang dinanti sejak lama.
Jodoh,
Bagian dari sebuah misteri. Terukir kisah yang indah saat masa itu datang menghampiri. Aku menemukannya hanya berjarak 2m dari meja kerjaku. Windi menjumpainya melalui tangan seorang teman. Yanti menyambutnya dari sebuah kisah lama.
Sebuah kalimat menjadi motivasi dan sugesti.



Tirta,
Cikarang,  Agustus 2017

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta