Penuh semangat seorang bapak muda berlari ke sebuah
klinik bersalin di daerah pasar rumput,kecamatan Setia Budi,Jakarta Selatan.
Binar kebahagiaan menyelimuti tiap langkah gagahnya. Pandangannya
menengadah,meloncat dari satu papan ke papan yang lain. Ruang Melati Nomor
2,itu pesan dari tetangga kontrakan yang mendatanginya siang itu.
Dengan sabar ia menemani proses demi proses yang
dilalui wanita yang dinikahinya empat tahun yang lalu. Tak luput doa pun ia
panjatkan demi proses persalinan anak keduanya. Jum'at, pukul 21.12 bayi
perempuan itu lahir dengan selamat. Kebahagian itu disambut suka cita. Adik dan juga beberapa teman yg
menemaninya pun turut serta berbahagia. Bayi cantik dengan berat badan 3.100
gram dan panjang badan 49 cm tidak memiliki tanda lahir di tubuhnya. Ia polos
dan bersih. Hanya pengikat tangan bertuliskan nama ibu kandung yang menjadi
penanda saat ia diletakkan berbaris bersama tiga bayi lain yang lahir di hari
yang sama. Dua diantaranya laki- laki dan satu perempuan. Mungkin saja dia bisa
tertukar jika tidak ada penanda di tangannya itu.
Tirta, salah satu kata yang
disematkan pada namanya."Bapak, apa arti nama yang aku punya?"
"Dwi berasal dari bahasa Jawa atau Sansekerta yang artinya dua. Dua di sini karena anak bapak ini adalah anak kedua. Nur diambil dari bahasa Arab yang berarti cahaya. Sedangkan Tirta, sama seperti Dwi yang di adopsi dari bahasa Jawa atau Sansekerta yang berarti Air. Nah, coba kamu sambung ketiganya."
"Dua Cahaya Air. Wah, terima kasih bapak sudah memberi nama yang sangat bagus. Lalu apa makna dari nama yang bapak berikan ini? Kata ibu guru, setiap nama adalah do'a dan harapan dari orang tua untuk anak - anaknya".
"Nak, kelahiranmu dahulu bertepatan dengan Surat Keputusan dari kantor tempat bapak bekerja. Saat itu bapak baru saja menerima gaji pertama sebagai abdi negara. Kamu menjadi berkah, penerang kemudahan rejeki yang mulai mengalir."
Aku
tersenyum bahagia. Melompat kegirangan karena besok , aku akan mudah memaparkan
kepada ibu guru dan teman- teman sekolahku tentang arti nama yang melekat pada
diriku.
Saat itu aku masih duduk di bangku kelas dua
Sekolah Dasar. Sekitar delapan tahun usiaku. Masih jelas dalam ingatanku
tentang penjelasan bapak. Nama yang diambil dari beberapa bahasa. Nama yang aku
banggakan hingga kini. Menginjak kedewasaanku, aku kembali mencari makna di
balik nama ini. Dalam benakku, ingin mencari lebih jauh tentang manfaat dari
nama ini. Berdasar pada lembar demi
lembar kehidupan yang aku lalui. Berawal dari berbagai peristiwa
sepanjang nafas ini. Kata Dwi yang bersinomin Dua sudah tentu karena aku anak
urutan kedua setelah kakak perempuanku. Kata Nur mulai aku selidiki. Apakah
hanya sebagai pelengkap cahaya keluargaku atau ada yang bisa aku lakukan
sebagai cahaya itu. Aku pun mulai memposisikan diriku sebagai cahaya
kebahagiaan dalam keluarga. Menjadi pemegang rekor juara di Sekolah Dasar
adalah awal dari secercah cahaya itu. Bangga, itu yang aku harap ketika bapak
melihatku. Pujian darinya menjadi penyulut semangat belajarku. Kata - kata
motivasinya menjadi aliran energi di tubuhku.
Aku gemar memanjat. Sedari kecil,aku suka melangkah
ke atas batang dan cabang yang menjulang. Pohon Jambu biji, jambu air, mangga,
rambutan, bahkan pohon kelapa bisa aku taklukkan. Kelincahan ini akhirnya
tersalurkan lewat ektrakulikuler Pramuka yang aku tekuni hingga tingkat Penegak
Laksana. Ini merupakan level tertinggi untuk Sekolah Menengah Atas. Nur, aku
terus menjadi serpihan cahaya penyemangat untuk orang- orang di sekitarku.
Kata ketiga yaitu Tirta yang berarti air. Air,
perilaku apa yang bisa aku lakukan untuk mengaplikasikannya dalam hidup. Air
merupakan benda bebas. Dimana setiap makhluk hidup mulai dari manusia, hewan
dan tumbuhan bisa mendapatkannya secara gratis. Walaupun sebagian orang ada
yang harus membeli dengan harga yang tidak murah. Namun pada hakikatnya Tuhan member
air dengan percuma.
Beberapa sifat air menjadi dasar perangai dalam
kehidupan ku. Diantaranya yaitu :
1. Dapat berubah wujudAir dapat berubah wujudnya jika mengalami beberapa perlakuan. Misal, jika dipanaskan bisa menjadi uap dan apabila didinginkan dapat menjadi es. Dari sifat ini, aku melihat sedikit kesamaan yang ada pada diriku. Aku tumbuh menjadi pribadi yang mudah beradaptasi dengan lingkungan baru dan orang - orang yang baru aku jumpai.
2. Mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah
Sifat air yang ini bisa diamati dari aliran sungai ataupun air terjun ang mengalir terus kebawah. Berjalan dari area yang tinggi ke area yang lebih rendah. Begitupun karakter air ini melekat pada diriku. Aku aktif di lembaga sosial yatim piatu. Berawal dari beberapa teman masa kecil yang mandek sekolah karena orang tuanya sudah tiada, maka aku mulai membiasakan diri menyisihkan sebagian uang untuk membantu orang yang membutuhkan. Seperti kata pepata " tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah". Memberi sebagian harta tidak akan membuat kita miskin. Bersedekah akan membuat diri menjadi lebih kaya karena mendapat banyak do'a.
3. Permukaan yang tenang dan datar.
Jika air berada di sebuah kolam ataupun wadah lain, maka permukaanya selalu datar. Walaupun dalam tempat dengan kemiringan tertentu, tetapi permukaanya tetaplah datar. Sedikit kemiripan dari sifat ini yaitu aku cenderung tenang dan stabil ketika menghadapi situasi apapun. Walaupun ada kekhawatiran, aku berusaka mendinginkan kepalaku agar dapar berpikir jernih.
4. Menempati ruang
Karakter sedikit mirip dengan sifat sebelumnya. Aku yang mudah beradaptasi bisa menjadi orang yang ambisius, pemalas, lebay juga egois. Ketika seorang sahabat mencurahkan kesedihannya, aku bisa lebih banyak menangis daripada temanku itu. Ahhhh, lebay kalau yang ini. Saat ada target yang ingin aku capai, aku bisa menjadi orang yang ambisius. Mencari bermacam cara untuk meraih impianku. Tetapi akupun menjadi seorang pemalas jika bergaul dengan bantal dan guling di kamar sempitku.
5. Mempunyai sifat Kapilaritas
Kapilaritas merupakan pergerakan air yang melawan gravitasi bumi. Jika sebelumnya air mengalir dari tempat tinggi ke rendah, maka kapilaritas adalah kebalikannya. Hal ini di buktikan ketika ujung sebuah kain atau kertas terkena air, maka lambat laun air akan membasahi semua bagian kain atau kertas tersebut. Walaupun bagian lain itu terletak di tempat yang lebih tinggi, tetapi air dapat membasahinya. Nah, keunikan ini sudah terpancar sejak aku kecil. Hobi memanjat sangat cocok untuk mewakilinya. Disaat teman lain bermain boneka, aku lebih asyik berayun kaki di pohon.
Beberapa karakteristik air di atas mencerminkan
polah dan watakku. Entah ini hanya persepsiku saja atau memang bagian dari
makna sebuah nama. Aku senang berlama – lama di air. Bercengkrama dengan ombak
laut atau sekedar menatapnya bisa meleburkan galau jiwa. Mendengar deru air
terjun merontokkan kejenuhan. Menatap danau membuat hati tenang dan damai. Menikmati
rintik hujan menghadirkan percikan nada dan irama romantis. Air, ya semua itu
wujud berbeda dari air.
Tirta, kata ini sering aku gunakan untuk mewakili
diriku. Mulai dari email, nama file di komputer dan beberapa nama di media
sosial. Tirta, nama ini pun aku sambungkan untuk peri kecilku. Aku suka dan
bangga menyandangnya. Aku jatuh
cinta. Aku benar – benar jatuh cinta pada nama pemberian seorang laki - laki
untuk putri keduanya ini.
Bapak,
kata yang engkau sematkan membuat anakmu mempunyai cita dan asa. Andai engkau
masih ada di sini bersamaku, akan ku tunjukkan bahwa aku bangga dengan nama
pemberianmu ini. Akan aku sampaikan kepada dunia, aku teriakkan bahwa aku
mempunyai bapak yang luar biasa. Do'a yang engkau tanamkan menjadi
penunjuk kehidupan. Aku bangga memilikimu, Bapak.
Ada satu lagi sifat air, mengikuti sugesti. Ketika kita minum sambil berdoa untuk disehatkan, maka kita akan sehat ��
BalasHapusTerima kasih Phalupi.
Hapusitu sifat tambahan di luar sifat dasarnya. Memang Luar biasa manfaat air untuk semua makhluk