Ayo belajar sejarah kebudayaan
Catatantirta mau berbagi pengalaman berkunjung ke Pura Mangkunegaran di Solo. Ada pembelajaran yang kami dapatkan setelah berkunjung ke istana Adipati Mangkunegaran ini.
Tentang Pura Mangkunegaran
Sejarah singkatnya, Pura Mangkunegaran ini menjadi salah satu istana dari kerajaan Yogyakarta.
Saat ini, Pura Mangkunegaran menjadi hunian bagi Adipati ke X Surakarta. Selain sebagai tempat tinggal, beberapa bangunan di Pura Mangkunegaran dijadikan museum dan tempat terbuka untuk umum. Masyarakat diperbolehkan masuk dengan beberapa aturan tertentu.
Sejarah Singkat Pura Mangkunegaran
Foto diambil dari Museum Pura Mangkunegaran |
Saat menjabat sebagai Adipati Mangkunegaraan, Pangeran Sambernyawa mendapat gelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I. Adapun gelar lengkapnya juga ada yaitu Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara Senopati Ing Ayudha Sudibyaningprang.
Saat ini yang menjabat dan bertempat di Pura Mangkunegaran adalah keluarga dari Kanjeng Gusti Pangeran Adipari Arya Mangkunegaran X. Beliau baru saja diangkat pada bulan Mei 2022 menggantikan ayahandanya yang telah mangkat lebih dulu.
Lokasi Pura Mangkunegaran
Pengalaman Berkunjung Ke Pura Mangkunegaran Solo
Alasan Kunjungan Ke Pura Mangkunegaran
Itulah salah satu alasan kunjungan ke Pura Mangkunegara. Mengenalkan sejarah kebudayaan yang ada di masyarakat Jawa pada anak-anak agar wawasan mereka bertambah.
Perjalanan Menuju Pura Mangkunegaran
- Kampung Batik Laweyan
- Taman Sriwedari
- Taman Balekambang
- Pura Mangkunegaran
Selesai belajar membatik langsung dari pengrajinnya di kampung batik laweyan, kami rencananya ingin ke Taman Sriwedari. Namun dari informasi warga sekitar ternyata Taman Sriwedari sudah tidak terawat sehingga kurang tepat jika berkunjung ke sana.
Gagal menjejakkan kaki di Taman Sriwedari, kami langsung banting setir ke Taman Balekambang. Kami mendengar bahwa Taman Balekambang sudah selesai tahap renovasi dan telah resmi dibuka kembali. Kami pun mantap ingin bersantai dan menikmati suasana kota Solo di Taman Sriwedari.
Sebuah taksi online mendarat dengan tepat dan langsung membawa kami ke arah Taman Balekambang. Hari itu jalanan kota Solo cukup lengang karena sedang hari libur. Sopir taksi online mengajak kami bercakap dan juga menanyakan tujuan ke Taman Balekambang untuk apa. Saya singkat menjawab ingin main saja. Namun sayangnya, kabar yang kami dapat ternyata salah. Taman Balekambang belum bisa dibuka untuk umum karena masih tahap pembangunan.
Rasa kecewa menyelimuti kami. Cuaca panas sepertinya mewakili pikiran saya yang mulai naik level. Anak-anak mulai cemas dan bosan karena mendapat kabar gagal ke tempat yang dituju. Beruntung pak sopir bersedia mengantar kami langsung ke Pura Mangkunegaran. Beliau menawarkan jasa taksi tanpa aplikasi karena jika lewat aplikasi bisa jadi kami tidak terhubung lagi dengan beliau. Setelah sepakat harga, kami lanjut ke tujuan berikutnya tanpa harus berpanas-panasan.
Saat membeli tiket, petugas memberitahukan bahwa nanti selama keliling Pura Mangkunegaran, kami akan didampingi oleh guide. Guide tersebut yang akan menjelaskan hal-hal seputar Pura Mangkunegaran termasukn larangan yang berlaku di sana. Anehnya, kami mendapat pesan agar memberi sedikit uang tip atau jasa untuk guide yang nantinya mendampingi kami.
Saya langsung merasa aneh dan curiga. Mengapa ada pesan seperti itu dari pihak pengelola? Bukankah kami sudah membayar tiket masuk? Jujur saat itu saya merasa kalau hal ini kurang benar. Namun saya hanya mengangguk dan lanjut melangkah ke pintu masuk Pura Mangkunegaran. Saya memendam rasa penasaran itu sambil mengolah semua kejadian yang mungkin akan menjadi alasan terbaik.
Tepat di depan pintu masuk, tersedia kain batik khas Solo yang wajib dipakai oleh pengunjung tertentu. Kain tersebut wajib dipakai bagi pengunjung yang memakai bawahan pendek di atas lutut. Pengunjung laki-laki dengan celana pendek, perempuan dengan rok atau celana pendek diharuskan menutupi bagian tubuhnya tersebut dengan kain jarik yang disediakan.
Mendengarkan sejarah Pura Mangkunegaran oleh guide |
Sebelum masuk ke kawasan Pura Mangkunegaran, pengunjung dikumpulkan menjadi satu kelompok dengan jumlah tertentu. Kebetulan kelompok kami terdiri dari 14 orang dan semuanya perempuan. Kami ditemani satu guide yang akan menemani kami berkeliling Pura Mangkunegaran. Saya berpikir mengapa perlu guide sedangkan ini adalah museum. Jawaban atas pertanyaan saya pun tuntas sejak pertama masuk ke area Pura Mangkunegaran.
Aturan Di Pura Mangkunegaran
Sedari awal masuk ke Pura Mangkunegaran, guide menjelaskan bahwa ada aturan yang berlaku di sana. Diantaranya yaitu :
- Dilarang mengambil foto atau video sembarangan
- Memakai pakaian sesuai aturan
- Dilarang makan dan minum
- Dilarang memasuki beberapa wilayah
- Melepas alas kaki ketika masuk ke area tertentu
Larangan makan dan minum berkaitan dengan kebersihan dan pencegahan kerusakan dari bangunan dan ornamen yang ada di Pura Mangkunegaran. Sedangkan melepas alas kaki wajib dilakukan ketika memasuki area pendopo Pura Mangkunegaran. Tujuannya adalah untuk menjaga kebersihan dan juga kelestarian lantai di pendopo.
Jawaban Atas Rasa Penasaran
Guide yang mendampingi kelompok kami menjelaskan semuanya dengan baik dan jelas. Usia masih sangat muda, sekitar 20 tahun. Saya pribadi banyak bertanya tentang hal yang kadang tidak ada kaitannya dengan sejarah atau isi dari Pura Mangkunegaran. Namun dari pertanyaan-pertanyaan inilah saya mendapat jawaban atas rasa penasaran yang terkumpul dari awal membeli tiket masuk.
Nyatanya, guide yang mendampingi kami bukanlah pegawai resmi dari pengelola atau pengurus Pura Mangkunegaran. Para guide merupakan volunter yang dulunya pernah magang atau praktek di Pura Mangkunegaran. Rata-rata mereka berasal dari sekolah jurusan Pariwisata. Mereka datang menjadi gudei pada waktu-waktu tertentu seperti saat liburan hari raya, libur panjang dan akhir pekan. Mereka dihubungi oleh petugas museum untuk berpartisipasi mengenalkan, menjelaskan, dan menjaga kelestarian semua yang ada di Pura Mangkunegaran.
Tak heran jika petugas tiket masuk memberi pesan atau saran agar kami menyisihkan sedikit tanda jasa untuk para guide. Saya rasa mereka memang layak mendapatkan apresiasi dari pengunjung sebab pengetahuan mereka tentang sejarah dan situasi di Pura Mangkunegaraan sangatlah detail dan komplit. Saya sempat terkagum-kagum ketika giude kami menjelaskan soal Perjanjian Saltiga, lalu nama-nama gamelan yang ada di pendopo, dana juga lukisan-lukisan yang ada di dinding seputar Pura Mangkunegaran.
Benda koleksi di Pura Mangkunegaran |
Salah satu pertanyaan dari seorang pengunjung di kelompok kami yaitu menanyakan tentang Kanjeng Adipati Mangkunegaran X yang baru saja dilantik. Beliau yang masih muda dan belum memiliki istri membuat siapapun perempuan single terpesona. Bukan hanya karena statusnya sebagai Adipati tetapi juga dari rupa beliau yang tampan dan gagah.
"Kriteria apa yang bisa masuk menjadi calon istri Kanjeng Adipati Mangkunegaran X?" Begitu seloroh seorang pengunjung.
Sambil tersenyum guide kami menjawab bahwa syarat utamanya yaitu memiliki garis keturunan darah biru, berpendidikan, berperilaku baik, dan syarat lainnya sesuai kebijakan.
Menutup Kunjungan Di Pura Mangkunegaran
Gamelan di Pendopo Pura Mangkunegaran |
Resto Pracima |
Selesai berfoto dan menikmati suasana Pura Mangkunegaran, kami diantar oleh guide menuju pintu ke luar. Selain sudah lelah berkeliling, Pura Mangkunegaran juga akan segera tutup. Kami menutup kunjungan di Pura Mangkunegaran dengan banyak informasi sejarah dan kebudayaan yang perlu kita jaga kelestariannya.
Buat sahabat yang ingin berkunjung ke Pura Mangkunegaran, Tirta sarankan untuk datang lebih pagi agar lebih terasa ketentraman di Pura Mangkunegaran. Syukur-syukur kalau lagi berkeliling bisa berpapasana dengan Kanjeng Adipati Mangkunegaran X yang memesona.
Salam literasi
Menjelajahi budaya Indonesia makin menambah keimanan kita akan iman di dada.. insyaallah
BalasHapusBetul, kak. Insya Allah dengan mengenal dan belajar sejarah juga kebudayaan Indonesia yang juga mendapat banyak pengaruh dari kebudayaan Islam jadi menambah keimanan kita
HapusDulu masa kecil saya tinggal di Solo. Rumah orang tua saya ada di asrama tentara dekat Mangkunegaran. Tisp sore banyak anak-ansk bermain di halaman Pura Mangkunegaran (di area yg diperbolehkan untuk umum). Pengin berkunjung ke kraton Mangkunegaran, supaya anak-anak kenal budaya Jawa.
BalasHapusBetul mba, ada area yang bisa diakses untuk umum
HapusBismillah semoga bisa wujudkan ya mba, berkunjung ke Pura Mangkunegaran
Wah, seru banget liburan di Solo-nya, Mba! Bisa jadi list destination ku nih kalau lagi ke Solo. Belajar sejarah, belajar membatik. Anak-anak pasti punya pengalaman dan kesan tersendiri.
BalasHapusBetul, mba. Belajar sejarah dan budaya secara langsung lebih mengena bagi anak-anak.
Hapussaya dulu pernah kerja di Solo, menurut saya kota ini tidak kalah denga jogja akan keramahan masyarakatnya, dengan pengelolaan yang tepat kota ini bisa menjadi destinasi wisata alternatif selain jogja.
BalasHapusBetul, pak. Saya pun setuju dengan pernyataan ini. Suasana kota Solo mirip dengan Yogyakarta.
HapusKalau posisi sebagai Kanjeng Adipati Mangkunegaran X ini selevel apa ya mbak? Apa seperti raja begitu ya? Kalau selevel raja keren juga ada raja yang masih single haha
BalasHapusKalau dari sejarahnya, posisi Adipati ada di bawah raja. Mungkin semacam Gubernur sebab Mangkunegaran bagian dari Keraton Yogyakarta. Nah kalau di kerajaan Korea pasti banyak yang bersaing pengen jadi calon istri ya, hihihi
HapusAda-ada saja ya pertanyaan pengunjung yang menanyakan kriteria istri Adipati. tapi penting juga biar pada tau kalau kriteria utamanya harus berdarah biru, ya :)
BalasHapusIya, kak. Salut sama guide nya yang merespon dengan santun tanpa menyepelekan pertanyaan apapun. Syarat tersebut sepertinya umum di banyak kerajaan dan masih ada juga di kalangan masyarakat umum.
HapusWisata sejarah seperti ini nih yang saya suka, penasaran dari dulu dengan pura mangkunegaran, next agenda wajib mampir nih
BalasHapusAyo, kak. Agendakan berkunjung ke Pura Mangkunegaraan.
Hapusmasya Allagh fotonya cakep2 lho aku suka. aku bau tahu kalo raden mas said itu memiliki nama panjang itu ya mbak
BalasHapusMasya Allah lihat fotonya aja udah luar biasa sekali, apalagi bisa dikunjungi secara langsung
BalasHapus