Hai Sahabat,
Catatan Tirta mau mengajak kalian wisata alam ke Gunung Tangkuban Parahu.
Loh kok Parahu? Bukannya Perahu?
Sini-sini kita merapat biar satu suara.
Sejarah Gunung Tangkuban Parahu
Nama Gunung Tangkuban Parahu memang lebih dikenal dengan sebutan Tangkuban Perahu. Sebenarnya kata Parahu dan Perahu memiliki arti atau makna yang sama. Perbedaannya adalah asal katanya sendiri yaitu :
Parahu berasal dari bahasa Sunda, sedangkan
Perahu nama dalam bahasa Indonesia.
Jadi, secara arti kedua kata tersebut memiliki makna yang sama yaitu perahu atau kapal.
Gunung Tangkuban Parahu berada di daerah Jawa Barat, jadi wajar jika nama aslinya adalah Gunung Tangkuban Parahu. Jika kalian datang langsung ke lokasi wisatanya maka tugu selamat datang bertuliskan Gunung Tangkuban Parahu.
So, kita sepakat kembalikan nama asli dari gunung hebat ini ya. Gunung Tangkuban Parahu.
Gunung Tangkuban Parahu terletak di Desa Ciater, Kabupaten Subang, Jawa barat. Ketinggian Gunung Tangkuban Parahu mencapai 2.084 mdpl. Suhu rata-rata harian di wilayah Gunung Tangkuban Parahu sekitar 170C saat siang hari dan dingin di 20C ketika malam hari.
Gunung Tangkuban Parahu masuk dalam kategori gunung purba. Pernah meletus pada tahun 1829, 1846, serta tahun-tahun berikutnya dan terakhir meletus pada tahun 2019. Meski masuk dalam kategori gunung aktif, namun Gunung Tangkuban Parahu memiliki masa istirahat yang cukup lama tanpa letusan yaitu sekitar 30 - 70 tahun.
Legenda Sangkuriang
Terkisah di sebuah kerajaan di wilayah Jawa Barat. Ada seorang putri raja yang cantik jelita bernama Dayang Sumbi. Ia menjadi incaran banyak pangeran dari berbagai kerajaan. Namun semua lamaran itu tidak ada yang diterima olehnya. Dayang Sumbi pun memutuskan untuk mengasingkan diri ke hutan. Ia pergi dengan ditemani oleh seekor anjing bernama Tumang.
"Barang siapa yang mengambilkan benang tenunnya itu akan mendapat hadiah. Jika ia seorang perempuan, akan diangkat menjadi saudara nya. Namun apabila laki-laki maka akan dijadikan suami."
Tanpa diduga, ternyata si Tumang lah yang mengambilkan benang milik Dayang Sumbi. Demi menepati janjinya, Dayang Sumbi pun menjadikan anjing peliharaannya itu sebagai suami. Keajaiban pun terjadi. Ternyata si Tumang adalah jelmaan dari pangeran yang dikutuk menjadi seekor anjing. Hal ini membuat bahagia Dayang Sumbi dan juga si Tumang.
Suatu hari, Dayang Sumbi meminta Sangkuriang untuk pergi berburu mencari rusa. Sangkuriang pun pergi bersama si Tumang. Nahasnya, tidak seekor rusa pun di dapatkan oleh Sangkuriang. Hingga seekor babi hutan terlihat untuk diburu. Sayangnya Sangkuriang kembali gagal dan kali ini disebabkan oleh si Tumang. Sangkuriang kesal hingga ia mengarahkan panahnya pada si Tumang. Tanpa sengaja panah itu melesat dan menancap tepat di tubuh si Tumang. Si Tumang pun tewas.
Runtuhlah tubuh Dayang Sumbi. Ia marah besar pada anak kesayangannya itu. Kemarahan dan kesedihan bercampur aduk hingga ia memukul kepala Sangkuriang menggunakan centong. Kepala Sangkuriang terluka dan darah mengucur deras. Sangkuriang menyesal sekaligus takut atas kemarahan ibundanya. Ia pun pergi sejauh-jauhnya meninggalkan sang ibu.
Hari berganti, waktu pun terus berputar hingga tahun berganti. Suatu hari Sangkuriang dan Dayang Sumbi bertemu. Mereka saling jatuh cinta tanpa mengetahui hubungan darah yang sangat kental antara ibu dan anak. Hingga tanpa sengaja Dayang Sumbi menemukan bekas luka di kepala Sangkuriang. Bekas luka yang mengingatkannya pada anak yang dulu ia pukul menggunakan centong.
Ternyata laki-laki yang mencintainya itu adalah anak kandungnya. Dayang Sumbi mencari alasan untuk menolak lamaran Sangkuriang yang ingin menjadikannya istri. Dayang Sumbi pun sengaja meminta syarat yang mustahil agar Sangkuriang gagal. Dayang Sumbi memberi syarat pada Sangkuriag untuk membuat sebuah perahu dan danau yang sangat luas dalam waktu satu malam. Tak terduga, Sangkuriang menyanggupi permintaan tersebut.
Mengetahui kegigihan dan kekuatan Sangkuriang, Dayang Sumbi pun menjadi khawatir. Ia berdo'a agar hari segera pagi. Ia juga melakukan kecurangan dengan memukul-mukul alu seolah pagi segera datang. Membangunkan para ayam hingga mereka berkokoh lebih awal pertanda pagi telah tiba.
Sangkuriang yang tengah membangun danau pun terkejut. Danau yang ia buat belum selesai ketika ayam jantan berkokok. Namun betapa murkanya Sangkuriang ketika mengetahui bahwa kokok ayam itu adalah hasil kecurangan Dayang Sumbi. Sangkuriang yang marah dan kesal pun menendang perahu yang sudah berhasil ia buat. Perahu itu terbang jauh dan jatuh berdebam hingga membentuk puncak gunung yang diberi nama Gunung Parahu.
Begitulah legenda Sangkuriang yang sangat terkenal di masyarakat. Ada banyak versi dalam penyampain kisah Sangkuriang ini, tetapi inti dari jalannya cerita tentu sama. Tentang Sangkuriang yang jatuh cinta pada Dayang Sumbi dan gagal membuat danau.
Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu
- Kawah Ratu
- Kawah Upas
- Kawah Baru
- Kawah Domas
- Parkir
- Musala
- Pusat oleh-oleh
- Outbond
- Toilet
1. Parkir
2. Musala
4. Outbond
5. Toilet
Harga Tiket Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu
Harga tiket Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu terbagi menjadi dua, yaitu :
- Harga tiket Weekday : Rp. 20.000 / orang
- Harga tiket Weekend (libur nasional) : Rp. 30.000 / orang
- Harga tiket Weekday : Rp. 200.000 / orang
- Harga tiket Weekend (libur nasional) : Rp. 300.000 / orang
- Motor : Rp. 12.000
- Mobil : Rp. 14.500
- Bis : Rp. 110.000
- Motor : Rp. 20.000
- Mobil : Rp. 30.000
- Bis : Rp. 125.000
- Tiket parkir : Rp. 5.000 / kendaraan (opsional)
- Toilet : Rp. 2.000
- Jasa foto (opsional)
- Oleh-oleh (opsional)
Contohnya saja jasa foto. Jasa foto ini banyak ditawarkan oleh penyedia jasa. Biasanya foto akan langsung dicetak dengan bandrol harga tertentu.
Catatan penting buat sahabat semua, harga tiket Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu ini bisa berubah sewaktu-waktu.
Waktu Operasional Taman Wisata Alam Tangkuban Parahu
Menurut Tirta waktu yang paling cocok untuk ke TWA Tangkuban Parahu yaitu pada siang hari. Alasannya karena saat siang hari suhu udara di kawasan Tangkuban Parahu tidak terlalu dingin. Kalau pun ingin menikmati suasana alam lebih lama, maka bisa datang lebih awal hingga puas berada di kawasan Gunung Tangkuban Parahu.
Pengalaman Ke Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu
Kawah Ratu menjadi objek pilihan sebab pengunjung bisa melihat langsung kawah yang mengepulkan uap panas yang mengandung belerang. Aroma pekat belerang masih tercium meski kami berada di atas. Ada banyak spot foto atau titik tempat untuk berfoto dengan latar belakang kawah yang memesona.
Pengunjung bisa memanfaatkan jasa foto keliling yang berada di sekitar kawah Ratu ini. Serunya hasil foto tersebut bisa langsung dicetak dengan hasil yang cukup cantik.
Selain ada penjaja jasa foto, di sekitaran kawah Ratu juga ada jasa naik kuda berkeliling, penjual aneka produk batu, dan juga pedagang stroberi serta mainan anak.
Satu pengalaman paling menarik ketika kami berkunjung ke TWA Gunung Tangkuban Parahu yaitu saat melintasi hutan lindung menuju kawah Ratu, kami melihat sekelompok monyet sedang bersantai di pohon-pohon besar.
Kami sempat kaget melihat monyet-monyet tersebut berada di tepi jalan. Khawatirnya mereka tiba-tiba menyebrang atau mendekati kendaraan yang melintas. Bisa berbahaya bagi monyet juga kami yang melintas.
Sayangnya, saat kami arah pulang kumpulan monyet tersebut sudah tidak terlihat lagi.
Selama berada di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu, kami menikmati pemandangan Kawah Ratu yang indah dan menawan. Ada letupan-letupan kecil yang namak di dasar kawah. Ini menandakan bahwa kawah Ratu masih aktif dan panas di dalamnya.
Ohya sahabat, cuaca di kawasan TWA Gunung Tangkuban Parahu ini bisa berubah mendadak loh. Saat datang masih panas, tiba-tiba awan mendung datang dan hujan pun turun. Sedihnya, di sekitar kawah Ratu tidak ada tempat yang dikhususnya untuk berteduh. Otomatis para pengunjung kalang kabut mencari tempat berteduh.
Bagi pengunjung yang kendaraannya di parkir dekat maka bisa langsung menuju kendaraanya masing-masing. Namun bagi pengunjung yang jauh dari parkir kendaraan tentu saja akan basah tertimpa hujan.
Uniknya, menurut saya ini unik. Bersamaan dengan turunnya air langit maka hadirlah para pedagang jas hujan serta jasa penyewaan payung. Unik kan.
Satu yang masuk dalam pikiran saya bahwa situasi tersebut kemungkinan sengaja diciptakan agar ekonomi di kawasan Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu bisa bergerak dengan baik.
Menurut saya ini sah sah saja dan masuk kategori unik. Lucu sekali ketika kita kehujanan tiba-tiba langsung ada pertolongan berupa jas hujan dan juga payung yang notabene sedang kita butuhkan. Ya semacam simbiosis mutualisme sedang bergerak di sana.
Jadi, buat sahabat yang ingin berkunjung ke Taman Wisata Alam Gunung Tangkuban Parahu bisa mempersiapkan segala sesuatunya agar bisa menikmati keindahan alam yang cantik dan indah ini.
Selamat berwisata.
Posting Komentar