√Ayah dan Ibu, Paket Komplit Membangun Keharmonisan dan Pengasuhan Anak
Header catatantirta.com

Ayah dan Ibu, Paket Komplit Membangun Keharmonisan dan Pengasuhan Anak




Bismillah

Sebuah keluarga dibangun oleh dua orang yaitu suami dan istri yang diikat dalam hubungan pernikahan yang sah secara agam dan hukum yang berlaku. Ketika suami dan istri sudah menjadi satu, maka segala bentuk aktivitas dan segala aspek kehidupan menjadi tanggung jawab bersama. Tanggung jawab di sini adalah sesuai porsi dan peran masing-masing, tidak hanya sebelah pihak yang memiliki hak atau kewajiban. Kedua belah pihak baik istri maupun suami menjalankan hak dan kewajibannya dengan sadar dan terbuka.

Namun, ada saja perbedaan dan ketimpangan hak dan kewajiban dalam hubungan suami istri terutama ketika mereka telah memiliki anak. Seringkali ada pembagian peran yang tidak tepat bahkan salah terutama dalam pola pengasuhan anak. Kebanyakan yang terjadi saat ini, seorang suami bertugas mencari nafkah untuk keluarga. Kewajibannya adalah mencari pundi-pundi harta untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan istri bertugas mengerjakan semua pekerjaan rumah dan mengasuh anak. 

Ketidakseimbangan peran ini menyebabkan keharmonisan pasangan terganggu. Masing-masing merasa telah memenuhi kewajiban dan ingin mendapat hak nya. Suami istri tak lagi saling menghormati dan menghargai. Merasa dirinya paling banyak berkorban dan berjuang sendiri. Jika dibiarkan terus menerus, maka akan meledak di masa tak terduga. Bagaimana akan harmonis, kasih sayang saja sudah berkurang.
Lalu bagaimana solusinya?
Saat hubungan suami istri sudah mulai tidak harmonis, maka perlu dibicarakan, duduk bersama dan melakukan komunikasi produktif. Masing-masing menyampaikan kondisinya, baik fisik maupun  mental sebab yang berbahaya adalah goyahnya kesehatan mental terutama pada ibu atau istri.
Lakukan komunikasi produktif  dengan mengesampingkan ego dan perasaan. Bicarakan semua isi hati dan pikiran kemudian fokus pada solusi yang dapat mengembalikan keharmonisan.

Saat ini sudah banyak ilmu parenting yang membahas tanggung jawab pengasuhan. Bahwasanya tugas mengasuh anak bukanlah kewajiban ibu saja tetapi juga diperlukan peran ayah di dalamnya. Jangan sampai terjadi fatherless dalam pengasuhan anak.

Fatherless merupakan kondisi dimana tidak ada atau kurangnya figur dan peran seorang ayah dalam pengasuhan atau pola asuh anak. Kehadiran seorang ayah secara fisik dan psikologis seakan tidak penting dan memberikan kewajiban pengasuhan pada ibu. Padahal bukan hanya ibu yang berkewajiban mendidik anak, tetapi ayah memiliki peran yang sama penting dalam mendidik dan mengasuh anak.
Apabila fatherless ini terjadi dalam sebuah keluarga, maka akan berdampak pada perkembangan emosi dan psikis anak kelak di masa datang.

Mengapa fatherless bisa terjadi?
Penyebab munculnya fatherless dalam keluarga ini berbagai macam, diantaranya yaitu:

1. Pola asuh masa lalu
Masyarakat masih mengikuti pola asuh masa lalu yang memposisikan seorang suami atau ayah sebagai raja. Seorang ayah bertugas mencari nafkah sedangkan ibu berada di dalam rumah untuk mengurus rumah dan anak. Ayah tak punya kewajiban menyapu, bersih-bersih, memandikan akan, apalagi merawat anak. Ayah merupakan posisi tertinggi dalam keluarga sehingga tidak berkewajiban melakukan hal lain selain bekerja mencari nafkah.

2. Mitos genre
Pola asuh lampau ini juga berkaitan dengan mitos yang beredar saat itu bahwa seorang ayah tidak pantas mengasuh anak dan mengurus rumah tangga.
"Pamali laki-laki pegang sapu, apalagi mandiin bayi". Begitu sabda yang eredar.
Seorang laki-laki atau ayah seolah tabu membantu istrinya mengerjakan pekerjaan rumah dan mengasuh anak. Padahal setiap aktivitas yang berhubungan dengan kehidupan keluarga adalah kewajiban bersama antara suami dan sitri.

3. Perceraian
Perceraian menjadi penyebab tertinggi terjadinya fatherless. Ketika terjadi perceraian antara suami dengan istri, maka akan ada perpisahan antar anak dengan orangtua. Biasanya yang terjadi adalah anak diasuh oleh ibu tanpa hadirnya sosok ayah dalam kehidupannya. Anak kehilangan cara atau media untuk berkomunikasi dengan ayah.
 
Apa dampak dari fatherless?
Ada beberapa dampak yang muncul ketika fatherless terjadi dalam sebuah keluarga.
1. Emosi tidak stabil
Anak-anak yang kehilangan sosok anak dalam pengasuhan, maka akan memiliki emosi yang tidak stabil. Anak juga cenderung suka  marah-marah. Emosi anak tidak terucapkan jadi meluapkannya melalui perbuatan yang kurang baik. Bahkan jika terus-menerus terjadi maka anak bisa mengalami depresi.

2. Rendah harga diri
Anak-anak yang tumbuh tanpa sosok ayah/ fatherless seringkali tidak percaya pada dirinya sendiri. Anak merasa rendah diri dan tidak mau bergaul dengan teman lainnya. Hal ini disebabkan karena anak kehilangan sosok panutan dan pendamping dalam kehidupannya.

3. Rentan terhadap narkoba
Saat sosok ayah tidak ditemui dalam kehidupannya membuat anak tidak memiliki teladan. Anak menjadi mudah terhasut dan dalam kondisi emosi yang tidak stabil makan sangat rentan terjerumus pada penyalahgunaan obat-obat terlarang / narkoba.

4. Rawan tindak kekerasan
Ayah menjadi pribadi yang kuat dalam keluarga. Ketika terjadi fatherless, anak kehilangan sosok panutan sehingga mudah terpengaruh oleh pergaulan bebas dan tindak kekerasan. Pelampiasan emosi yang tidak stabil membuat anak melakukan tindakan kekrasan yang sebenranya menjadi jalan untuk menyalurkan perasaannya.

5. Sulit fokus
Anak dengan kondisi fatherless dalam kesehariannya akan mengalami kesulitan fokus. Hal ini berpengaruh pada nilai akademis atau pendidikan anak karena tidak memiliki motivasi belajar dan sulit berkonsentrasi.

Bagaimana cara mengatasi dampak dari Fatherless?
Solusi utama adalah dengan menghadirkan sosok ayah dalam keluarga. Ayah memiliki peran yang penting dalam pola pengasuhan anak. Kehadiran sosok ayah akan membawa damapk positif dalam tumbuh kembang anak. Ayah merupakan sosok teladan dan panutan bagi anak laki-lakinya. Sedangkan untuk seorang anak perempuan, ayah adalah cinta pertamanya yang akan memenuhi tangki-tangki kasih sayang. Anak tidak akan haus kasih syang dan mencari pelampiasan.

Keberadaan ayah dalam mengasuh anak memberi banyak manfaar bagi istri dan juga anak=anak. Istri menjadi makin sayang sebab suami mau berbagi peran dalam pengasuhan. Hal ini akan membuat keharmonisan rumah tangga semakin tumbuh dan terjaga.

Ayah,
Hadirlah dalam setiap kesempatan. Berikan waktu terbaik saat mendampingi anak dan hadir seacra utuh baik fisik maupun psikis.
Ayah,
Berikan pelukan hangat pada anak-anak agar mereka merasakan kenyamanan di rumah sehingga tidak mencari kasih sayang di luaran.
Ayah,
Bacakan cerita dan kisah teladan yang menjadi bekal panutan anak di masa depan. 
Ayah,
Kehadiranmu membawa bahagia. Maka teruslah ada hingga tak ada hutang pengasuhan yang kelak sulit untuk dibayar.

Ayah dan ibu adalah paket komplit, saling melengkapi dan menghargai dalam mewujudkan keluarga yang harmonis dan bahagia.







Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta