Bismillah
Pagi itu, tanah masih basah sebab hujan semalam. Genangan-genangan kecil menghiasi jalanan. Seperti peta dari pulau-pulau di berbagai belahan bumi. Angin berhembus lembut menyaapa siapapun yang telah membuka pintu-pintu rumah mereka. Begitupun aku, menyambut hari baru dengan menghirup dalan sejuknya udara pagi sebab hujan semalam. Sedikit ku rentangkan kedua tangan agar dapat menyimpan segarnya udara lenih banyak dalam diriku. Huuf, terbuang karondioksida yang tak lagi kubutuhkan. Berganti dengan oksigen yang penuh kesegaran.
Aku menatap langit beberapa langkah dari teras rumah yang masih menyisakan embun basah. Rasanya ingin terus menikmati suasana yang menenangkan hati, tak terganti. Sama seperti pucuk-pucuk daun yang tak rela tetesan air langit pergi meninggalkan daun hijaunya. Meski matahari perlahan naik menembar kehangatan yang mengurai embum secara perlahan. Berat rasanya kehilangan damainya pagi bersama alam yang menawan.
"Rani, lekas mandi dan bersiap. Tidak ada gunanya melamun sepagi ini". Teriakan ibu memaksaku untuk melepas kesenangan pagi nqn syahdu.
Segera aku berlari menuju kamar mandi. Membersihkandiri agar segar dan penuh energi. Tak lupa senandung kecil menemani prosesi mandi yang bisa jadi satu album penuh jika ibu tak memukul pintu dengan suara tegasnya.
"Rani, sampai kapan konsernya?" Ibu selalu memutus nyanyian ku di kamar mandi.
Lepas berpakaian rapi, tak lupa mengecek kembali buku pelajaran yang telah ku siapkan dari semalam. Tugas-tugas sekolah dan buku pelajaran tak boleh ketinggalan. Bisa runyam kalau tertinggal. Tugas bertambah, belajar jadi tidak tenang.
"Ini payungnya dibawa. Sepertinya hujan akan turun lagi". Ibu menyerahkan payung biru tua kesayangannya.
Benar saja, hari itu langit masih diselimuti mega. Matahari seperti lelah, tak kuasa melawan gelapnya awan yang menutupi cahayanya. Angin berhembus kuat membuat badanku sedikit menggigil dan merapatkan dua tangan di depan dada. Dinginnya pagi itu seperti memberi tanda bahwa sendu akan tiba mengelilingi hari.
Aku bergegas berangkat ke sekolah. Tak biasanya ibu mengantarku hingga sisi jalan. Sepertinya ia cemas hujan akan turun lagi dan membasahi putri kesayangannya. Ya, meski terbilang cerewet dengan bermacam nasehat dan juga banyak aturan, sejatinya ibu sangat sayang. Ia selalu memberikan yang terbaik untuk anak semata wayangnya ini. Aku, gadis muda yang segera berumur 17 tahun.
Aku tahu, semua kata-kata dan omelan ibu adalah wujud sayangnya padaku. Semua larangannya merupakan bagian dari perlindungan yang ia berikan padaku. Setiap nasehatnya menjadi petunjuk pedoman hidupku kelas di masa depan. Aku tahu semua itu.
Aku menyadarinya sedari lama, saat ayah pergi meninggalkan kami dua tahun lalu.
Tak terasa gerimis mulai turun. Kubentangkan payung biru pemberian ibu. Perlindungan sederhana yang ia berikan sebagai wujud cintanya padaku. Semua yang ibu lakukan membuatku bersemangat untuk meraih impianku.
Aku ingin melanjutkan study ke perguruan tinggi negeri dengan beasiswa. Aku ingin meringankan sedikit beban ibu yang telah berjuang sendirian sejak ayah berpulang. Aku berusaha membalas semua kasih sayangnya dengan prestasi yang membanggakan. Aku dengan segala kemampuanku akan berjuang menjadi yang terbaik sebagai bukti cinta ku pada ibu.
Pagi ini, hujan kembali turun memenuhi bumi yang masih basah. Sama seperti hari itu. Hari dimana engkau memelukku di depan pintu sebelum aku pergi ke sekolah. Hari yang tak akan pernah aku lupa.
Bersama hujan, aku pulang dan melihatmu tak lagi bernapas.
Bersama hujan, aku mengantarku ke tempat peristirahatan.
Bersama hujan, aku menatapmu pergi tanpa pesan.
Bersama hujan, aku mengingat setiap detail kasih sayang yang engaku berikan.
Ibu,
Ku tatap setiap tetesan air langit yang jatuh menyentuh tanah. Ada bayangmu di sana. Tersenyum memberi semangat. Menguatkan ku bahwa semua akan baik-baik saja.
Wahai hujan, aku menitipkan rindu terdalam
Untukmu yang telah berpulang. Kembali pada pemilikmu, Tuhan pencipta alam.
Hujan,
Tetaplah menjadi teman. Meski ada rindu yang akan terus datang. Tak mengapa, sebab bersamamu aku akan terus mengenang. Kasih sayang mereka yang telah berpulang.
Hujan
Aku selalu bahagia saat hujan turun
Karena aku dapat mengenangmu
Melukis wajah dan senyumanmu
Menceritakan kembali masa-masa indah itu
Mengemasnya dalam ingatanku
Menyimpannya dalam memoriku
Aku akan terus bahagia saat hujan turun
Karena di sanalah terukir kenangan
Kisah yang tak akan terlupakan
Rindu yang akan terus mengalir
Cinta yang tak akan habis
Meski tak lagi bisa aku menyentuhmu
Mencium punggung tanganmu
Merasakan hangatnya pelukanmu
Aku akan tetap bahagia saat hujan turun
Meski duka lara lahir dari sana
Kepedihan yang bermula saat hujan ada
Kehilangan yang tak terduga
Kini, semua berbeda
Diantara hujan yang selalu sama
Menciptakan gurat bayangan masa lalu
Ketika aku masih bersama kalian
Orang-orang terkasih dan tersayang
Posting Komentar