Bismillah,
Sebuah buku yang menjadi pengingat diri bahwa semua perbuatan diawali dengan niat. Ketika niat itu baik, maka hasilnya akan baik. Akan tetapu jika niat itu tidak baik, maka hasilnya pun sesuai.
Judul buku : Hafalan Shalat Delisa
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Sabakgrip Nusantara
Tahun terbit :
No ISBN : 978-623-96074-88
Jumlah halaman : 290 halaman
Harga : Rp. 85.000
Sebuah keluarga bahagia di kota Lokhnga. Kota nan indah di tepi pantai Banda Aceh. Keluarga sederhana tersebut terdiri dari Ummi , Aiayah, kak Fatimah, kak Zahra dan Delisa. Abi atau ayah mereka bekerja sebagai maintenance atau teknisi di kaoal besar. Tiga bulan sekali abi pulang dari pelayarannya.
Kehidupan Delisa seserhana namun sangat bahagia. Usianya enam tahun dan ia sedang belajar menghafal bacaan shalat. Ada ujian praktek shalat di sekolahnya. Abi menjanjikan Delisa sebuah sepeda berwarna biru jika ia berhasil lulus ujian bacaan shalat. Sedangkan Ummi berjanji akan membelikan sebuah kalung yang indah. Kalung itu dilengkapi liontin cantik bertuliskan huruf D. D untuk Delisa. Kalung tersebut dibeli di toko emas milik Koh Acan. Koh Acan ini adalah keturunan Tionghoa yang dekat dengan keluarga Delisa. Sudah seperti saudara sampai-sampai kalung untuk Delisa mendapat harga yang lebih murah dari harga umumnya.
Perjalanan Delisa menghafal bacaan shalat tidaklah mudah. Ia masih sering tertukar membacanya. Bahkan terkadang lupa bacaan selanjutnya. Meski sulit, Delisa sangat tekun belajar menghafal. Bayangan kalung cantik berhuruf D membuat Delisa sangat bersemangat.
Pagi itu, 26 Desember 2004 menjadi ujian bacaan shalat Delisa. Namun, hari itu juga menjadi awal dari petaka di Lokhngah dan sekitarnya. Bencana tsunami terbesar ini menghancurkan hampir seluruh Banda Aceh. Tak bersisa, tak ada ampun. Sebuah kekuasaan Allah yang Maha Kuat tak terelakkan. Rumah-rumah runtuh terseret gelombang tsunami. Pepohonan tercabut dari akarnya. Melayang tak tentu arah. Banyak sekali kerusakan dan juga kehilangan. Kehilangan keluarga, teman, sahabat, kerabat, guru, dan juga harta benda. Sungguh tsunami yang amat dasyat di penghujung tahun 2004.
Saat itu Delisa sedang berada di sekolah. Ibu guru Nur siap memberi penilaian dan tanda lulus praktek shalat. Delisa mencoba tenang. Ia mengingat semua pesan Ummi, Abi, dan juga pak ustaz Rahman. Delisa mengingat bahwa dengan khusyuk ia akan mudah menghafal bacaan shalat tersebut. Tanoa tertukar ataupun lupa. Hingga gikiran Delisa pun tiba. Dengan mengucap Bismillah, Delisa memulai Takbir dan dilanjut doà iftitah. Memikirkan kalung pemberian Ummi membuat Delisa makin bersemangat. Ia pun mencoba khusyuk dan tak peduli dengan apapun yang ada di sekitarnya. Tak disangka, tsunami datang sebelum Delisa selesai shalat. Gelombang besar menggulung semua orang termasuk Delisa, Ummi, ibu guru Nur, dan teman-teman Delisa. Tubuh Delisa terseret air yang membuatnya menghantam tembok sekolah dan juga pohon yang membuatnya hilang kesadaran.
Delisa kecil tersadar. Kondisinya mengenaskan. Satu kakinya tersangkut di semak-semak membuatnya seperti tergantung separuh badan. Berhari-hari ia nelangsa. Tidak ada satu orangpun di sekitarnya. Kosong. Dalam kondisi pingsan, Delisa bertemu dengan kakak-kakaknya, ibu guru Nur, dan temannya Tiur. Mereka masuk ke taman penuh bunga dan keindahan. Sayangnya, Delisa tidak bisa bergerak dan ikut masuk. Keadaan Delisa sangat memyedihkan sampai seminggu lamanya hingha ada bantuan datang dari tentara Amerika. Delisa akhirnya ditemukan dan berhasil diselamatkan meski ia harus kehilangan sebagian kakinya yang busuk dan diamputasi. Beruntungnya Delisa bertemu dengan orang-orang baik yang menyayanginya. Delisa perlahan pulih ditengah banyak keajaiban.
Delisa perlahan pulih, bertemu dengan Abi, dan beberapa tetangga yang selamat. Semua yang selamat diliputi bermacam kesedihan. Kehilangan orang-orang terkasih, harta dan benda. Semua hilang disapu ombak tsunami tanpa ampun, tanpa memilih ataupun memihak siapapun. Semua sama di mata Sang pencipta.
Kembali fokus pada hafalan shalat Delisa.
Ketika Delisa berangsur pulih, ia ingat tentang ujian praktek shalatnya. Delisa berusaha memghaf kembali bacaan shalat yang belum ia selesaikan. Namun sayangnya, Delisa benar-benar lupa. Lama sekali Delisa mencari cara agar ingat tentang bacaan shalatnya. Ia pun mendapat penerang atas kebingungannya tak juga hafal bacaan shalat. Sebuah mimpi yang membuka hatinya bahwa semua niat yang baik akan mendapat jalan yang baik. Delisa bermimpi bertemu ummi dan mendapat pemahaman atas dirinya. Ternyata selama ini, sebelum tsunami terjad. Delisa menghafal shalat karena tergiur kalung hadiah dari ummi. Delisa sadar bahwa itu keliru dam memperbaiko niatnya. Delisa berikran semua karena Allah. Delisa sayang semuanya karena Allah. Delisa ingin shalat sempurna karena Allah.
Kisah Delisa ditutup dengan akhir yang bahagia juga memilukan. Delisa menemukan kalung impiannya. Kalung berliontin D untuk Delisa. Sayangnya, ia menemukan kalung indah itu bersamaan raga ummi yang sudah tak bernyawa.
Bahagia dalam duka.
Syukur dalam Merana.
Posting Komentar