√Tagedi Batu Kerikil Masuk Hidung Adik
Header catatantirta.com

Tagedi Batu Kerikil Masuk Hidung Adik



Bismillah,

Serpihan cerita adik.

Siang itu matahari nampak malu-malu di balik awan. Angin bernyanyi lembut menerpa wajah-wajah penuh bahagia. Kami sedang menikmati sejuknya hari itu bersama-sama. Satu teko jus stroberi menambah segarnya suasana. Ditambah lagi sepiring misro (manis di jero) membuat kehangatan saat kami bercerita. Berbagai cerita seru dan kebersamaan sangat seru.

Sekitar pukul 10:00 wib, saya keluar rumah bersama adik. Tak jauh dari rumah kami, sekelompok tetangga sedang dudu asik. Awalnya tidak ingin bergabung. Namun, adik yang melihat kerumunan ibu-ibu langsung berlari. Adik berlari menuju tetangga yang sedang berbincang santai. Saya pun menyusul adik dan ikut bergabung bersama.

Sekitar 15 menit kemudian, saya melihat adik berdarah.  Area di sekitar hidung dan mulut dipenuhi darah kental dan segar. Awalnya saya kira adik jatuh dan membuatnya berdarah. Namun adik tidak menangis. Kalau pun jatuh biasanya adik akan menangis. Adik masih asik bermain bersama teman seusianya. Darah di hidung tak membuatnya menangis. Melihat adik berdarah, saya pun panik dan langsung berlari ke arahnya. Saya melihat area hidung yang berdarah dan ternyata ada kerikil di dalam hidung adik. Alhamdulillah, kerikil itu bisa diambil dengan mudah dari hidung adik.

Sebuah kerikil tajam dengan bentuk tak beraturan telah membuat adik cidera dan berdarah. Saya segera membersihkan darah yang ada di sekitar hidung dan wajah adik. Beruntungnya, darah yang ada tak terlalu banyak. Hanya ada sedikit  darah kental dan cari di sekitar wajah. Setelah darahnya dibersihkan, adik diam dengan santai seperti tidak terjadi apa-apa. Gemas sekali melihat adik yang seolah tidak terjadi apa-apa padahal saya sangat panik.

Setelah mengeluarkan kerikil dan membersihkan darah di sekitar wajah adik, saya pun bertanya padanya.

"Kenapa adik taruh batu di hidung?" 

Pertanyaan saya itu belum mendapat jawaban sampai sekarang. Adik memang belum bisa menjelaskan sesuatu dengan baik. Ditambah lagi karakter adik yang kinestetik dan belum bisa fokus. Adik hanya merespon pertanyaan saya dengan gestur tubuhnya yang seolah mengatakan,

"Adik tidak apa-apa, Mom. Adik baik-baik saja."

Saya yang masih terengah-engah selepas berlari menghampiri adik menjadi lebih lega.  Saya peluk adik cukup dalam. Berharap memberinya kenyamanan padahal saya sendiri yang berusaha menenangkan diri.

Selepas semua tenang, saya kembali menanyakan adik apakah masih ada batu lain di hidungnya. Adik menjawab dengan bahasa sederhana miliknya bahwa sudah tidak ada benda apapun di dalam hidungnya. Tapi adik masih sesekali menggosok hidungnya yang ternyata masih ada sisa darah di dalam lubang hidungnya. Ohya, hidung yang dimasukkan kerikil adalah hidung sebelah kanan. Meski begitu saya tetap mengecek hidung kirinya khawatir ada benda lain yang dimasukkan ke sana.

Untuk memastikan bahwa kedua hidung adik sudah aman, saya menekan-nekan hidungnya. Alhamdulillah respon adik baik dan menandakan tidak ada benda apapun di dalam hidungnya.

Memang benar yang banyak ibu mengatakan bahwa,

"Diam dan sunyinya anak-anak saat bermain menjadi kecurigaan bagi orangtua."


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta