Setiap orang tua pasti ingin anak-anaknya tumbuh sesuai dengan standar yamh ada. Mulai dari lahir, berat badan, tinggi badan, bisa tengkurap, membalikkan badan, merangkak, dan lain-lain. Namun banyak orang tua terutama para ibu yang diliputi rasa khawatir akan perkembangan anaknya. Mereka cenderung membanding-bandingkan anak yang satu dengan anak yang lain. Kekhawatiran in seringkali membuat mereka menuntut lebih pada anak. Anak dituntut untuk bisa ini dan itu dalam rentang waktu terterntu. Semua sumbernya dari kekhawatiran yang berlebihan.
Sejatinya
setiap anak terlahir unik. Mereka membawa fitrahnya masing-masing. Memiliki
potensi yang berbeda-beda sebagai penentu masa depannya kelak. Kecemasan para
ibu pada perbedaan tumbuh kembang bayinya memang perlu ada, namun seharusnya
disikapi dengan lebih bijaksana. Dengan memperbanyak ilmu parenting, konsultasi
pada dokter anak, maupun ahli lain yang kompeten di bidangnya, makaakan
menemukan solusi yang tepat.
Sebagai ibu muda, saya sudah mulai belajar seputar ptumbuh
kembang bayi ketika Nala masih di dalam rahim. Bahkan saya menjadi anggota
salah satu grup tumbuh kembang anak untuk memperbanyak ilmu. Ya, hasilnya cukup
memberi gambaran dan persiapan melangkah menjadi seorang ibu. Banyak sharing
pengalaman dari para ibu lain yang bisa diambil hikmahnya dan menjadi solusi jika
suatu saat mengalaminya juga.
Ketika Nala menginjak usianya yang ke lima bulan, dia baru
bisa tengkurap. Berat badannya yang lebih sedikit dari batas normal membuatnya
agak kesulitan mengangkat badannya. Saya tidak terlalu khawatir tentang tahapan
tengkurap. Meski kebanyakan bayi mampu tengkurap di usia dua sampai tiga bulan,
maka Nala terlihat terlambat. Namun saya pernah mendapati sharing pengalaman
dari ibu lain yang mengalami kondisi sama. Hal ini membuat kecemasan saya
sedikit berkurang.
Dengan terus menstimulus gerak Nala, saya berusaha
mengajarinya tengkurap. Menebar senyum sebagai bentuk semangat. Entah saat itu
dia sudah mengerti atau belum, tetapi saya yakin Nala merasakan kegembiraan
ketika saya memberinya senyuman dan pelukan. Berpikir positif dan terus
merangsang gerak Nala memiringkan badan menjadi bentuk dukungan saya pada Nala.
Alhamdulillah akhirnya Nala bisa tengkurap di usia empat bulan. Ajaibnya, dia
bisa dengan memudah membalikkan badannya ke posisi terlentang. Ya, proses
tengkurap dan balik badan berlangsung dalam waktu yang bersamaan. Sungguh ini
sebuah kebahagiaan.
Keyakinan saya bahwa setiap anak memiliki cara dan masa sendiri
dalam melampaui tahap perkembangannya berbuah manis. Mendapati Nala berhasil
melalui dua tahapan sekaligus membuat saya semakin optimis bahwa Nala akan
tumbuh dengan baik.
Kebahagiaan saya ternyata tidak berhenti. Setelah mendapati
Nala bisa tengkurap dan membalik badan dalam satu waktu, saya dikejutkan dengan
munculnya bakal gigi. Gusi atas Nala agak memutih dan keras. Ketika saya
merabanya, ternyata ada bakal gigi yang akan segera menembus gusi. Sungguh saya
kembali bersyukur dan bahagia melihat perkembangan Nala.
Banyak kejutan dalam waktu yang bersamaan. Saya menyambut segala
perubahan dalam diri Nala dengan suka cita. Memantapkan diri bahwa ada masa
dimana anak secara alami akan menunjukkan potensinya. Bagi para ibu, hindari
membandingkan kemampuan anak sendiri dengan anak lain. Beri stimulus agar anak
terangsang saraf-saraf motoriknya. Apabila memang terjadi kejanggalan dan
perbedaan yang sangat jauh dari standar kesehatan anak, maka segera
konsultasikan pada ahlinya.
Para ahli akan memberi solusi yang tepat dan membantu anak
melalui setiap tahapan tumbuh kembangnya dengan baik. Bersemangatlah para ibu,
yakinkan diri bahwa anak kita adalah anak yang spesial. Mereka memiliki
keajaiban masing-masing dan suatu saat kita akan melihat kehebatan mereka.
#30DWCjilid13
#Day11
#Odopfor99days
Posting Komentar