√Tedhak Siti Sambil Berbagi
Header catatantirta.com

Tedhak Siti Sambil Berbagi

Contoh Kurungan untuk Tedhak Siti. Gambar diambil dari Google



Tradisi Tedhak Siti merupakan salah satu adat yang ada di daerah Jawa. Tedhak siti atau tidhak siten dalam bahasa Indonesia bisa diartikan injak/turun tanah. Tradisi ini biasanya dilakukan ketika anak belajar berjalan untuk pertama kalinya. Usia anak sekitar tujuh sampai delapan bulan dimana pada usia tersebut anak sudah mulai belajar berdiri.

Ketika berkunjung ke rumah kakek dan nenek, usia Nala tengah menginjak tujuh bulan. Waktu yang tepat untuk melakukan tradisi tedhak siti. Jadilah kakek dan nenek mengadakan acara tedhak siti untuk Nala. Saya dan suami tidak melarang pengadaan tradisi tersebut selama tidak diboncengi unsur-unsur mstik dan syirik.

Dalam sebuah tradisi selalu ada makna dan nasehat yang mengelilinginya. Pada tradisi tedhak siti ada beberapa prosesi yang dilakukan dan semuanya mengandung makna yang berbeda.
Acara yang pertama biasanya membersihkan kaki dan injak tanah. Proses membersihkan kaki bayi bermakna bahwa langkah awal seseorang bermula dari diri dan hati yang bersih. Ketika semua bersih, maka dapat melangkah dengan bijak. Ritual selanjutnya yaitu meletakkan bermacam barang di sekitar Nala, kemudian mengurungnya dengan kurungan ayam. Kurungan ayam ini telah dihias cantik dan menarik sehingga Nala senang berada di dalamnya. Barang-barang yang dapat dijadikan pilihan diantaranya yaitu sisir, kaca, remot TV, uang, buku, pensil, penggaris, boneka, dan beberapa mainan. Nah, benda yang dipilih oleh Nala adalah remot TV.

Kurungan ayam merupakan lambang dari dunia. Artinya anak telah memasuki kehidupan dunia yang nyata. Sedangkan memilih bermacam benda ini bertujuan sebagai tanda masa depan. Benda yang dipilih mewakili cita-cita dan kehidupan anak di masa yang akan datang. Berhubung Nala memilih remot TV, mungkin kelak dia akan menjadi ilmuwan atau ahli IT seperti ayahnya.
Selain prosesi di atas, masih ada ritual menaiki tangga tebu, beras tujuh warna, dan lain-lain. Namun kami hanya melakukan sebagian saja. Ini pun sudah mewakili tradisi tedhak siti. Semuanya dilakukan sebagai wujud dari pelestarian budaya Jawa yang kini mulai terkikis.

Acara tedhak siti ini berbarengan dengan pamongan yang dilakukan setiap 35 hari. Kami menjadikannya sebagai momen yang tepat untuk berbagi pada saudara dan tetangga. Setelah melampui beberapa ritual tradisi tedhak siti dan pamongan, kami membagikan makanan ringan pada anak-anak. Bersedekah pada tetangga terdekat sebagai rasa syukur dan berbagi atas rezeki dan kebahagiaan yang telah Allah SWT berikan pada keluarga kami.  

Kami selalu mencoba menanamkan kebaikan disetiap kesempatan. Meskipun acara utamanya berupa tradisi tedhak siti dan pamongan, namun kami menambahkan unsur syukur dan silaturahim. Mengenalkan pada anak-anak bahwa ada tradisi yang perlu dijaga kelestariannya. Melekatkan rasa cinta dan kasih sayang antar sesama. Saling menghormati dan menghargai dalam sebuah kebersamaan. Mengajak anak untuk mau berbagi karena berbagi itu menyenangkan. Berbagi itu bagian dari rasa syukur atas apapun yang telah dimiliki.

Berbagi tidak akan membuat kita rugi, karena dengan berbagi justru membuat kita semakin bertambah dan lebih. Bertambah rendah diri dan bersyukur atas nikmat dan karunia yang telah Allah SWT titipkan dan amanahkan kepada kita. Menjadikan diri lebih mencintai sesama dan berbagi bahagia pada orang-orang di sekitar kita.

Mari kita jaga kelestarian budaya bangsa agar anak cucu kita kelak dapat merasakan hikmah dari setiap tradisi yang ada. Ajarkan anak untuk mencintai dan menghargai budayanya sendiri serta menjadikan tradisi sebagai cerminan diri.



#30DWCjilid23
#Day7
#Odopfor99day

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta