Berkumpul Bersama Teman-Teman Sungguh Menyenangkan |
Nala merupakan cucu pertama dari keluarga besar saya dan
suami. Bisa dibilang dia kesayangan dari keluarga besar kami. Sejak
kehadirannya di dunia, dua keluarga besar
menyambut bahagia penuh suka cita. Kami berpesan pada orangtua bahwa
memberi cinta pada Nala sewajarnya saja. Kami menghindari perlakuan berlebihan
karena khawatir akan menimbulkan kebiasaan yang kurang baik. Bukan tidak senang
melihat anak kami menjadi kesayangan di dua keluarga besar, akan tetapi apabila
semua memberi berlebihan tentu dampaknya juga tidak baik.
Orang tua dari suami punya kebiasaan unik yang berasal dari
tradisi Jawa kuno. Pamongan, begitu mereka menyebut tradisi tersebut. Pamongan
merupakan sebuah acara makan bersama yang dilakukan setiap hari lahir pada
penanggalan Jawa. Hari lahir atau yang sering disebut weton, berulang sekitar
35 hari sekali. Pamongan ini semacam nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk dan
kerupuk. Tradisi pamongan dilakukan sebagai rasa syukur atas nikmat dan karunia
yang diberikan Tuhan pada seseorang. Kalau saya melihatnya sebagai sedekah dan
berbagi kebahagiaan pada orang-orang di sekitar tempat tinggal.
Awalnya saya dan suami merasa tradisi pamongan tersebut tidak
perlu dilakukan. Khawatir ada unsur syirik yang ikut di dalamnya. Namun
kemudian kami berpikir bahwa itu adalah wujud cinta dan kasih sayang nenek dan
kakek dari anak kami. Mereka jauh dari kami dan ingin menyalurkan rasa sayang
mereka pada cucu semata wayang. Melalui pamongan itulah mereka menunjukkan
kepedulian mereka. Akhirnya saya dan suami pun sepakat untuk membiarkan mereka
menjalankan tradisi tersebut. Intinya adalah berbagi dan bersyukur atas
keberkahan dan karunia dari Tuhan.
Nala lahir tepat satu minggu sebelum bulan Ramadhan. Hal ini
membuat saya dan suami tidak mudik lebaran karena usia Nala baru sekitar satu
bulan. Kesehatan Nala menjadi alasan utama yang membuat kami tidak pulang.
Bersyukur seluruh keluarga besar kami memahami hal tersbut. Bahkan pasca Idul
Fitri banyak yang berkunjung ke rumah kami. Sungguh bahagia mendapat cinta dan
perhatian dari mereka.
Setelah melewati hari raya Idul Fitri di perantauan, saya dan
suami berniat pulang kampung pada bulan januari. Usia Nala sudah mencapai enam
bulan dan sudah cukup siap untuk diajak bepergian. Kami memesan tiket kereta
api dan travel sebagai transportasinya. Semua sudah kami persiapkan dengan
baik. Perjalanan menuju kampung halaman menjadi begitu spesial karena kami
membawa satu anggota baru dalam keluarga besar. Nala, cucu kesayangan mereka.
Ketika mengunjungi rumah keluarga suami, kebetulan bertepatan
dengan hari lahir Nala. Tradisi pamongan menjadi lebih meriah karena si empunya
weton ada di tengah-tengah acara tersebut. Seperti biasa banyak anak yang
datang pada acara pamongan. Kali ini mereka sudah tidak penasaran lagi akan
sosok yang selama ini menjadi maskot di acara tersebut. Anak-anak bergantian
menyalami Nala, bahkan sebagian besar gemas dengan pipinya yang lumayan berisi.
Beruntung Nala tidak rewel dan menikmati acara pamongan tersebut. Nala terlihat
bahagia mendapati banyak teman yang bermain bersama dengannya.
Kami melihat kebahagiaan terpancar dari wajah nenek dan kakek
Nala. Mereka terus menebar senyum sepanjang acara berlangsung. Semua
dipersiapkan dengan lebih istimewa. Mulai dari jenis masakan untuk pamongan
sampai banyaknya undangan pamongan yang lebih dari biasanya. Saya dan suami
membiarkan mereka melakukannya tanpa ada larangan apapun. Melihat semangat dan
antusias mereka membuat kami tahu bahwa kasih sayang antara nenek dan kakek
pada cucunya begitu besar dan tulus.
Terima kasih nenek dan kakek telah menyayangi Nala dengan
istimewa. Sampai saat ini pun tradisi pamongan untuk Nala masih terus
dilakukan. Semoga nenek dan kakek sehat selalu serta bahagia sepanjang masa.
#30DWCjilid13
#Day5
#Odopfor99days
Posting Komentar