√Sugesti,Support dan Solusi
Header catatantirta.com

Sugesti,Support dan Solusi



Sedikit berbagi kali ini seputar masa - masa kehamilan anak pertama. Kabar bahagia itu  datang di bulan september. Tiga bulan setelah pernikahan kami. Sungguh tidak disangka akan mendapat amanah secepat ini. Bahagia, tentu kami sangat bahagia. Setelah memastikan diri dengan dua garis berwara merah muda dan usg perdana ke dokter Sp.Og, saya pun mulai mencari seluk belum kehamilan.
Beberapa opsi yang saya lakukan yaitu:
1. Browsing sama mbah google yg terkenal pandai. Dari simbah  google ini sudah paket lengkap. All in one. Semua bisa ditelusuri dan jadi referensi. Tetapi ada cek point ketika mengambil informasi dari sana. Bandingkan artikel satu dengan yang lainnya, apabila relevan kemungkinan itu adalah info yang benar. Jika berbeda - beda, maka harus mencari bukti - bukti lain untuk memperkuat info yang di dapat.
2. Meminta nasihat pada orang tua. Ya, tentu saja ibu. Karena ibu adalah perempuan yang sudah merasakan kehamilan. Sebanyak jumlah saudara kandung kita, maka sebanyak itu beliau mengalami kehamilan. Dengarkan cerita beliau, tampung dan simpan. Jangan langsung dipraktekkan, karena banyak kebiasaan jaman ibu kita dulu hanyalah mitos. Kembali cross check, bandingkan dengan hasil browsing dan lain- lain. Jika dirasa sama dan benar, boleh kita ikuti anjuran orang tua. Jika dirasa itu adalah mitos, maka tidak perlu dilakukan. Namun juga tidak harus membantah apa yang disampaikan oleh ibu. Karena jika kita berlagak menggurui ibu, maka akan mengecawakan beliau. Cukup mendengarkan, tidak perlu dipraktekkan.
3. Curhat kepada sahabat atau teman yang sudah merasakan kehamilan.
Gabungkan ilmu yang di dapat dari internet dan ibu kita. Biasanya teman yang baru saja mengalami masa ini akan memberikan nasehat yang baik. Beberapa tips juga bisa digunakan jika masa dan rasa yang dialami selama kehamilan adalah sama.
4. Nah yang paling penting dari ketiga itu adalah bertanya pada pakarnya. Dokter spesialis kandungan / Sp.Og atau bisa juga ke bidan. Informasi dari ahlinya tentu saja lebih terjamin akurat dan terpercaya.
Dari keempat sumber itu, ambil yang sesuai dengan kondisi kehamilan kita. Karena setiap orang tidak sama proses dan gejala saat masa itu datang. Walaupun begitu, secara garis besar ada dasar - dasar yang sama. Mulai dari asupan gizi seimbang, standar berat badan ibu dan janin, ukuran janin, posisi janin dan lainnya.
Awal kehamilan saya mulai mengkonsumsi makanan bergizi. Menghindari makanan instan, pedas, mentah dan bakaran sesuai dengan anjuran dokter. makanan yang saya pilih adalah sayuran, buah - buahan, roti dan cake. Ini saya pilih karena di masa awal saya tidak berteman dengan yang namanya nasi. Ya, mungkin itu yang sering disebut masa - masa mabok. Jadi saya tidak bisa menelan nasi dan sebagai penggantinya adalah roti dan cake.
Cake disini contohnya brownis, black forest, caramel, dan sejenis mereka. Hampir setiap hari menu itu selalu ada.
Bulan pertama, kedua sampai kelima kehamilan, semua masih sesuai standar. Ibu dan janinnya sehat dan normal. Menginjak dipemeriksaan rutin yang keenam, bu dokter tersenyum. Seperti biasa beliau menjelaskan hasil usg yang tertera di monitor. Dengan senyum lebar ibu dokter berkata,
"Bapak, ibu, Alhamdulillah janinnya sehat bahkan sangat sehat. Dede bayi nya chubby. Ini lihat pipinya seperti bapkao. Panjangnya normal. Struktur tubuhnya tumbuh dengan baik. Tetapi beratnya sedikit over untuk janin yang seusia dia. Berat standar untuk janinnya sekitar 1.000 gram. Janin ibu dan bapak beratnya 1.600 gram. Ini sebenarnya bukan masalah serius. Hanya saja akan lebih baik jika sesuai dengan standar usianya, karena akan mempermudah di proses persalinan nantinya. Nah, asupan apa yang kira - kira membuat dede pipinya embul. Ibunya suka yang manis - manis ya?”. Begitu tepat perkataan si ibu dokter yang cantik ini.
Saya pun menjelaskan tentang asupan makanan pengganti nasi itu. Beliau menyarankan untuk menguranginya. Oh tidak, bagaimana ini. Bagaimana mengurangi kue dan cake yang lezat itu. Sedangkan nasi belum bisa masuk ke perut. Melihatnya saja saya mual. Apalagi jika harus mengunyahkan. Bisa muntah semua isi perut. Baunya membuat pusing kepala. Apalagi kepulan asapnya seperti beterbangan menempel di hidung menyesakkan pernapasan. Bagaimana ini? Solusi, harus cepat mencari alternatif lain.
Saya pun berdiskusi dengan suami. Meminta pendapat orang tua, teman juga sahabat. Akhirnya pilihan jatuh pada bubur dan lontong, karena ketupat jarang ditemukan. Olahan dari beras ini mempunyai wujud yang berbeda dengan nasi. Mereka sama tetapi berbeda. Tentu saja berbeda secara visual di mata saya. Hari demi hari percobaan dimulai. Demi sang buah hati dan persalinan normal tentu semua harus dilakukan. Kebaikan tentu harus diperjuangkan. Saya pun mulai memakan bubur dan lontong sebagai pengganti nasi. Berkat dukungan suami dan orang - orang terdekat semua itu dilalui dengan mudah. Ternyata tidak se-ekstrem yang saya bayangnya. Cukup dengan sugesti. Menanamkan dalam pikiran dan hati bahwa semua demi kebaikan. Saya dan juga calon anak yang saya kandung.
Walaupun sudah bisa mengkonsumsi bubur dan lontong, cake tetap ada menjadi cemilan pendamping. Sedikit. Ya, sedikit demi sedikit mengurangi rayuan kue kue lezat itu.
Pada pemeriksaan bulan kedelapan, berat badan janin mulai membaik. Semua normal dan aman. Hasil kerja keras yang membahagiakan. Sampai tiba saatnya hari persalinan. Kontraksi yang umum dirasakan oleh para calon ibu. Kembali sugesti saya tanamkan. Semua ini adalah proses. Proses menyambut sang buah hati.
"Anggaplah kontraksi itu adalah gelombang cinta dari malaikat kecil yang ingin segera melihat dunia". Ini sugesti yang ditanamkan oleh sahabat - sahabat saya.
Tentu juga dengan berpasrah kepada Sang Maha Pencipta. Mengharap pertolongan dan kemudahan serta kekuatan.
Tepat pukul : 07:17 peri kecil itu pun lahir secara normal dengan berat 3.032 gram. Terima kasih untuk suami tercinta yang setia menemani dan memberi dukungan.
Terima kasih untuk orang tua atas do'a yang dipanjatkan.
Terima kasih untuk sahabat yang selalu memberi perhatian
Terima kasih untuk semua.

7 komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta
  1. Apa kabar badanku yang juga semok ini. Hahahahha....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih phalupi, biarkan badan semok asalkan anak sehat hidup bahagia sejahtera

      Hapus
    2. Kenapa tulisan mba Dwi selalu terasa Alus lembut sopan manis, hehe... Ciri khas ya mba...
      Ayo mba kapan hamil lagi...

      Hapus
    3. Apa iya Widya,boleh jg jd ciri khas. Tp kdang kurang greger ya

      Hapus
  2. Ha..ha..aku pas hamil anak kedua dwi menjelang persalinan malah disuruh diet g mkn nasi,dsuruh makan sayur tok n jus buah..kebayang tuh..alhasil pas melahirkan aku lemes bgt.tp alhmdlh smua lancar

    BalasHapus
  3. Ha..ha..aku pas hamil anak kedua dwi menjelang persalinan malah disuruh diet g mkn nasi,dsuruh makan sayur tok n jus buah..kebayang tuh..alhasil pas melahirkan aku lemes bgt.tp alhmdlh smua lancar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah lancar ya Naris, bisa buat pengalaman di anak ketiga nanti ya.,eh*

      Hapus