√Mengenalkan Budaya Mengantri Sejak Usia Dini
Header catatantirta.com

Mengenalkan Budaya Mengantri Sejak Usia Dini


Ayo Mengantri

 Budaya mengantri seringkali disepelekan oleh beberapa orang. Dengan alasan buru - buru, malas capek berdiri atau apalah, seseorang seringkali menyela orang lain yang tengah sabar menunggu gilirannya. Hal ini paling banyak terjadi di toilet umum atau barisan menunggu tanpa nomor antrian. Pasti semua orang tahu bagaimana rasanya ditiukung kan ( bukan ditikung mantan ya, he ). Rasanya cekit - cekit, kesal, dongkol, nyesek gimana gituh.

Kebiasaan mengantri sebaiknya diajarkan sejak dini kepada anak. Ajarkan anak untuk menghormati keberadaan orang lain yang sudah datang lebih dulu daripada dirinya. Saya menanamkan budaya mengantri melalui hal - hal sederhana. Dari pembiasaan di rumah dan di lingkungan tempat anak bermain.

Sebagai contoh budaya mengantri di rumah yaitu ketika akan berwudhu. Saya meminta anak untuk menunggu di belakang ayahnya yang sedang berwudhu. Sambil berkata,  " Ayo, nak. Kita antri wudhu di belakang ayah. "  Saya mengenalkan kosakata baru yaitu antri. Atau ketika mencuci tangan sebelum makan. Kami bersama - sama menuju wastafel dan saya mengajarinya untuk bergiliran cuci tangan.

Upaya membiasakan diri untuk mengantri ini juga saya praktekkan di luar rumah. Misal mengantri di kasir selepas berbelanja dan mengantri ketika akan membayar parkir kendaraan. Saat anak sedang bermain di arena playground, saya juga memberikan peringatan  untuk mengantri. Mulanya memang agak susah mengendalikan keinginan anak yang bersemangat bermain. Namun, setelah beberapa kali mengingatkan agar mengantri, anak pun mengerti dan menjadi terbiasa.

Budaya mengantri ini memang terkesan sepele, tetapi sebenarnya punya dampak yang besar. Dengan mengantri maka akan tercipta ketertiban dan kenyamanan. Maka dari itu, mari sam - sama membiasakan diri untuk mengantri.



#RuangMenulis
#WritingTresnoJalaranSokoKulino

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta