√Pengalaman Seru Belajar Membatik Di Kampung Batik Laweyan Solo
Header catatantirta.com

Pengalaman Seru Belajar Membatik Di Kampung Batik Laweyan Solo

Kota batik di Pekalongan
Bukan Jogja, bukan Solo
Gadis cantik jadi pujaan
Jangan bejat jangan bodo

SBY (Sosial Betawi Yoi)
-SLANK-

Hayo siapa yang auto nyanyi?
Ketahuan banget tahun lahirnya ya.

Oke sahabat, Tirta bukan mau bahas soal tahun lahir kalian apalagi jenis generasi kalian. Catatantirta kali ini mau berbagi pengalaman belajar membatik di Kampung Batik Laweyan Solo.

Sekilas Tentang Kota Solo

Solo memiliki beberapa julukan atau sebutan, yaitu kota liwet, kota batik, dan juga kota budaya. Namun sebenarnya kota Solo memiliki slogan yang sangat menarik yaitu The Spirit of Java yang artinya bahwa kota Solo adalah Jiwanya Jawa. Sebutan ini melekat karena Solo menjadi pusat perkembangan kebudayaan Jawa. Keraton Solo dan Pura Mangkunegaraan menjadi salah satu simbol kebudayaan Jawa.

Kehidupan di Keraton Solo dan Pura Mangkunegaran menjadi sumber julukan Solo sebagai kota batik. Ada dua tempat yang menjadi sumber keragaman motif batik di kota Solo yaitu kampung batik Laweyan dan kampung batik Kauman. Kampung batik ini terus bertumbuh menciptakan aneka motif batik dan juga cara pembuatannya. Ada batik tulis 100%, kombinasi batik print dan tulis, serta ada juga batik cap. Apapun jenis batiknya yang perlu kita kagumi adalah motif batik Solo selalu nampak elegan dan menawan.

Berkunjung Ke Kampung Batik Laweyan

Awal bulan Mei 2024 lalu, Keluarga Jejak Lampah berkesempatan mengunjungi Kampung Batik Laweyan Solo. Sengaja kami datatng untuk belajar cara membuat batik tulis langsung dari pengrajinnya. Kampung Batik Laweyan menjadi tempat tujuan kami untuk belajar membatik. Lokasinya lebih dekat dari tempat kami menginap daripada Kampung Batik Kauman. Saat itu kami menginap di hotel Grand HAP Solo. Jarak antara penginapan kami dengan Kampung Batik Laweyan hanya sekitar 1 Km. Tepartnya ke arah kiri hotel Grand HAP Solo sudah langsung menemukan tempatnya.

Alamat Kampung Batik Laweyan Solo

Kampung Batik Laweyan Solo berlokasi di Jalan Rajiman No. 521 , Laweyan, Kecamatan Laweyan, Kota Solo. Sebenarnya alamat kampung batik Laweyan yang tertera tersebut merupakan alamat dari Forum Kampung Batik Laweyan. Ibaratnya kantor yang bisa dihubungi seputar Kampung Batik Laweyan.

Sahabat yang akan berkunjung ke Kampung Batik Laweyan bisa memulai penjelajahan dari gerbang masuk kampung. Setelah itu bisa langsung eksplore setiap sudut dari kampung batik Laweyan Solo.

Kejutan Tak Terduga Di Kampung Batik Laweyan Solo

Sewaktu kami merencanakan perjalanan ke kota Solo, kampung batik Laweyan menjadi salah satu tempat yang akan kami kunjungi. Kami sudah berniat ingin mengajak anak-anak belajar membatik yang merupakan kebuadayaan asli Indonesia. Sebelumnya kami sudah mencari tahu tentang kampung batik Laweyan. Kami mendapat informasi bahwa di sana seringkali menjadi tempat kunjungan studytour para pelajar mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, hingga jenjang perkuliahan alias mahasiswa.

Pagi itu matahari cerah menyinari pusat kota Solo. Tidak banyak kendaraan berlalu lalang sebab tanggal di kalender berwarna merah. Tidak ada aktifitas perkantoran maupun sekolah yang biasanya ramai memenuhi setiap jalan.

Sekitar pukul 10.00 wib kami berangkat dari penginapan menuju kampung batik Laweyan dengan memesan taksi online. Jarak yang kami tempuh tidak jauh. Bahkan tarif yang tertera hanya di angka Rp. 21.000. Sopir taksi online yang kami pesan datang sangat cepat dan langsung membawa kami ke tujuan. Di sinilah kejutan tak terduga dimulai.

Kami berpikir bahwa kampung batik Laweya adalah sebuah tempat wisata yang sama dengan objek wisata lain. bayangan kami kalau kampung batik Laweyan itu memiliki pintu masuk dengan tarif tertentu, kemudian ada spot-spot yang bisa dikunjungi, dan juga ada sarana wisata pada umumnya. Ternyata semua itu hanya angan-angan kami saja sahabat. Kami mendapat kejutan tak terduga di kampung batik Laweyan tepat ketika turun dari taksi online.

"Ibu mau turun di mana?" Tanya pak sopir.
"Dekat pintu masuknya saja, pak" Jawab saya sambil bersiap turun.

Taksi berhenti di jalan lurus yang kanan kirinya adalah rumah-rumah hunian. Saya bingung dengan situasi tersebut hingga menanyakan pada pak sopir apa benar ini kampung batik Laweyan. Pak sopir menjawab bahwa di sini lah kampungnya.

Kami terpaksa turun dengan ragu dan juga kebingungan. Melipir sejenak ke sisi jalan agar tidak mengganggu arus lalu lintas sambil menarik napas dan menenangkan diri. Setelah pikiran kembali jernih, saya pun berjalan menggandeng anak-anak untuk melihat sekitar. Mencari tanda-tanda khusus yang bisa kami jadikan sebagai sumber informasi.

Rumah-rumah yang kami lewati kebanyakan berbentuk toko batik. Saya sempat berpikir bahwa yang dimaksud kampung batik Laweyan adalah pusat penjualan aneka batik. Namun, pertolongan datang tepat di titik kebingungan berada di puncaknya.

Seorang bapak yang berada di atas becak bergerak turun dan mendekati kami. Usianya sekitar 50 tahunan. Beliau sepertinya melihat kami yang kebingungan dan tak tentu arah.

"Mau ke mana bu?" Sapa si bapak kepada saya.
"Mau belajar membatik, pak." Jawab saya singkat.
"Oh, mau ajar batik ya. Sudah dapat tempatnya belum?" Tanya beliau lagi.
"Belum, pak." Kembali saya jawab singkat.
"Kalau begitu mari saya antar, saya tahu tempat ajar batik yang langsung dari pengrajinnya". Jelas si bapak sambil berjalan mengarahkan.

Anehnya, saya tidak menaruh curiga pada bapak tersebut. Saya kembali menggandeng anak-anak mengikuti langkah si bapak. Memasuki lorong-lorong kecil di balik toko batik. Ternyata ada banyak rumah hunian yang nampak khas sekali dengan budaya Jawa.

Beberapa orang menyapa si bapak ketika berpapasan. Beliau menjelaskan mau mengantar orang untuk ajar batik. Cukup jauh kami berjalan dengan kelokan entah berapa jumlahnya. Saya bahkan lupa meski telah menghitung dan mengingatnya. Hingga akhirnya kami sampai di salah satu rumah warga dengan toko batik bertuliska Zofa batik. Di sini lah kami dikenalkan pada pengrajin batik asli kampung Laweyan Solo.

Setelah menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami, pemilih rumah pun mempersilahkan kami masuk dan menunggu sejenak. Ketika menunggu, sulung saya bertanya tentang ucapan si bapak saat kami bertemu. Ia bertanya mengapa si bapak mengatakan kata 'ajar batik" bukan "belajar batik". Saya pun menjelaskan bahwa itu adalah sebutan atau istilah yang dipakai penduduk untuk menerangkan proses belajar membatik.

Kembali kejutan kami temukan di kampung batik Laweyan Solo ini. Rumah yang kami kunjungi merupakan rumah biasa. Rumah hunian yang umum seperti rumah penduduk. Tempat kami menunggu pun seperti dapur khas masyarakat Jawa yang ukurannya luas dan lapang. Di sana memang tidak ada tungku atau pawon. Tetapi secara struktur atau bentuknya memang masih khas sekali dengan dapur masyarakat Jawa jaman dulu.

Pikiran saya kembali berputar mengumpulkam serpihan-serpihan informasi dan kejadian yang kami alami. Kesimpulannya adalah ternyata persepsi kami tentang kampung batik Laweyan yang berbentuk tempat wisata dengan pintu masuk dan spot-spot tertentu sangatlah salah. Kampung batik Laweyan bebar-benar berupa kampung atau desa yang memang warganya merupakan para pengrajin batik. Tidak ada tarif atau biaya di pintu masuk kampung. Pengunjung bebas wara-wiri dan ke luar masuk setiap rumah dan toko batik yang ada di kampung tersebut.

Jadi, buat sahabat yang ingin berkinjung ke kampung batik Laweyan untuk belajar batik ataupun belanja batik, maka fokuskan bahwa pilihan wisata yang satu ini bentuknya benar-benar kampung yang asli, bukan objek wisata.

Pengalaman Seru Ajar Batik Di Kampung Batik Laweyan

Saat berhasil dipertemukan dengan pengrajin batik kami diminta untuk duduk menunggu sejenak. Seorang ibu bernama Tuti menawari kami minuman dan juga cemilan. Sambutan yang baik dan ramah tamah ini khas sekali orang Jawa. Membuat kami seperti pulang kampung dan nyaman berada di sana.

"Adik mau ajar batik, ya?" Tanya bu Tuti pada anak-anak.

Saya pun menjelaskan ingin mencoba membuat batik dan mengenal proses-proses pembuatannya.

Ibu Tuti pun menjelaskan biaya ajar batik untuk kain yang telah disediakan. Tarifnya sangat terjangkau yaitu Rp. 50.000 / kain. Biaya ini sudah termasuk membatik, mewarnai, cuci bersih, hingga finishing. Semua alat dan bahannya disediakan oleh beliau.

Tanpa berlama-lama, kami pun mulai praktek menorehkan malam ke pola yang sudah dibuat. Ibu Tuti memberi contoh dan menjelaskan caranya dengan bahasa yang baik sehingga kami mudah memahaminya.

Kami melakukan setiap langkah membatik dengan pengajaran yang baik oleh bu Tuti. Sayangnya, kami tidak bisa menunggu proses pengeringan warna hingga pencucian malam sebab membutuhkan waktu yang cukup lama. Bu Tuti memberitahu bahwa untuk proses cuci dan lainnya akan dilakukan oleh beliau. Kami bisa mengambil hasilnya sore hari setelah semuanya selesai.

Ketika kami akan pamit pulang, datanglah sekelompok mahasiswa yang juga akan belajar membatik. Mahasiswa ini merupakan mahasiswa pertukaran dari Thailand. Bu Tuti memberitahu bahwa rumah beliau memang sudah biasa menjadi tempat para mahasiswa lokal maupun luar untuk penelitian atau sekedar mengenal budaya membatik. Hampir semua jenjang pendidikan pernah belajar membatik di kediaman bu Tuti. Bahkan banyak turis mancanegara yang sudah mengunjungi rumah beliau untuk ajar batik.

Saya merasa sangat beruntung sebab bisa belajar membatik langsung dari pengrajin yang baik dan ramah ini.

Hasil pengerjaan batik yang kami buat sudah bisa diambil sore hari. Kami sangat berterima kasih pada bu Tuti yang telah mengajarkan pengalaman seru membatik di kampung batik Laweyan Solo.

jadi, buat sahabat yang sedang berkunjung ke Solo dan ingin belajar membatik langsung dari pengarajinnya, maka bisa berkunjung ke rumah ibu Tuti sambil berbelanja di toko Zofa Batik milik beliau.

Salam literasi

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta