√Demi Kakung Kami Kembali (Bagian 2)
Header catatantirta.com

Demi Kakung Kami Kembali (Bagian 2)

Matahari semakin bersemangat. Bergerak ceria ke sisi barat sambil menebar aura panasnya.

"Uhuk uhuk huk huuk". Lagi lagi Kakung batuk dengan intensitas semakin sering.

Kami semakin khawatir atas kondisi Kakung saat ini. Batuk yang dideritanya sudah lama tak  kunjung sembuh. Jika diingat-ingat sudah lebih dari tiga bulan batuk berdahak tersebut terus berulang. Kakung memang sudah berobat ke beberapa tempat, namun tak kunjung ada perubahan. Sekarang lebih lagi setiap menarik napas ada sesak hingga kedua bahunya ikut terangkat. Bagi kami ini benar-benar mengkhawatirkan.

Minggu, 23 April pukul 13.00 wib.

Kami harus berangkat ke kota kelahiran bunda karena adik bungsu bunda akan menikah. Sesungguhnya terasa berat meningalkan Kakung yang perlu perhatian lebih. Tetapi ayah dan bunda mencoba tenang dan mencari jalan ke luar terbaik. Rencananya, setelah acara pernikahan om Agus selesai, kami akan kembali ke rumah Kakung agar beliau semangat untuk segera sembuh.

Setelah berpamitan dengan Kakung, kami pun berangkat ke rumah nenek.
Bismillah.
Semoga Allah mudahkan semua urusan kami.

Ayah meminta tante Opi untuk mengantar Kakung ke Puskesmas di hari senin. Tante Opi ini adalah sepupu ayah yang tinggal dekat rumah Kakung. Tante Opi selalu siap jika dimintai tolong. Ayah agak tenang karena Kakung ada yang menemani saat ke Puskesmas esok hari.

Senin, 24 April

Sejak hari minggu, sebelum kami sampai, rumah Nenek sudah ramai memasak untuk persiapan  hari pernikahan om Agus. Sekitar pukul 04.00 wib, euforia bahagia di rumah Nenek sudah terasa. Masing-masing sibuk mempersiapkan bermacam kebutuhan, peralatan, dan segala barang yang akan dibawa ke rumah calon mempelai om Agus. Semua persiapan sudah lengkap jadi tinggal mengecek keseluruhannya saja.

Aku memperhatikan ayah dan bunda. Diantara bahagia mendampingi pernikahan om Agus, ayah dan bunda terlihat gelisah. Meski sudah mencoba tenang dan berpikiran positif, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka terus memikirkan kesehatan Kakung.

Dalam perjalanan ke kediaman calon istri om Agus, ayah dan bunda menyempatkan diri untuk menelpon Kakung.

"Bagaimana hasil pemeriksaan di Puskesmanya, Pak?" Rendah suara Kakung terdengar di ujung telepon.

Melalui keterangan tante Opi yang mengantar Kakung, dokter hanya melakukan pemeriksaan dasar. Diagnosa dokter adalah gejala asma. Lalu dokter memberika  obat yang harus dikonsumsi Kakung. Jika dalam sepuluh hari tidak ada perubahan kondisi Kakung, maka harus datang lagi ke Puskesmas.

Ayah merasa tidak puas dengan hasil pemeriksaan dokter di Puskesmas. Sambil menunggu reaksi dari obat yang diresepkan oleh dokter Puskesmas, ayah dan bunda mencati alternatif pengobatan lain untuk Kakunh. Akhirnya ayah dan bunda memutuskan untuk memeriksakan Kakung ke dokter spesialis paru jika Kakung tidak kunjung membaik.
Sebuah Balkesmas (Balai Kesehatan Masyarakat) di kota lain menjadi tujuan ayah. Ini hasil dari rekomendasi beberapa teman ayah dan juga tante Asih. Adik kandung ayah yang tinggal di pulau seberang ini juga sangat mengkhawatirkan Kakung.

Kamis, 27 April bersama dinginnya malam.
Kami akhirnya kembali lagi ke rumah Kakung. Kamis malam sekitar pukul 18.30 wib kami sampai di rumah Kakung. Udara dingin menyelimuti rumah yang tenang dan sepi. Kakung nampak ceria manyambut kedatangan kami (lagi).

Pemeriksaan Kakung ke Balkesmas kami lakukan esok hari yaitu Jumat, 28 April pukul 07.30 wib dari rumah.
Seperti apa proses pemeriksaannya?

Lanjut di bagian tiga.


Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta