√Pengalaman ke Bandara Halim Perdana Kusuma Bersama Sulung dan Adik
Header catatantirta.com

Pengalaman ke Bandara Halim Perdana Kusuma Bersama Sulung dan Adik

Bismillah
Serpihan cerita kami.

Jumàt, 21 Oktober 2022

Persiapan ke Bandara Halim Perdana Kusuma bersama sulung dan adik sudah dimulai sejak hati minggu. Langkah pertama yang saya lakukan adalah membuat daftar keperluan yang akan kami bawa. Rencana kami pergi sekitar lima hari, jadi cukup banyak barang yang kami siapkan terutama pakaian. Daftar pakaian sulung dan adik saya buat sama. Keduanya masing-masing membawa sepuluh stel pakaian dengan lima hijab. Sepasang kaps kaki juga saya persiapkan sebagai antisipasi di situasi tertentu. Selain pakaian, saya juga mempersiapkan alat mandi sulung dan adik. Sikat gigi, pasta gigi, sabun mandi, dan shampo. Tak lupa minyak telon yang biasa dipakai adik setiap selesai mandi. Diusianya yang hampir empat tahun, adik masih terbiasa memakai minyak telon. 

Selesai membuat daftar pakaian dan keperluan mandi, lanjut menyiapkan asesoris. Ada dua asesoris yang saya siapkan untuk sulung dan adik yaitu kacamata dan topi. Tuntas membuat daftar keperluan adik dan sulung, berikutnya adalah keperluan saya pribadi. Tak banyak pakaian yang saya bawa, hanya enam pasang ditambah hijab dengan jumlah yang sama. Kemudian cadangan kaos kaki dan juga ciput / dalaman jilbab. Selesai dengan urusan pakaian, masuk ke peralatan mandi dan make up. Peralatan mandi terpenting adalah sabun mula. Selebihnya sudah disiapkan ditempat kami menginap. Peralatan make up pun hanya sederhana yaitu bedak, lipbam, deodoran, dan parfum.

Rampung dengan daftar keperluam kami, tahap selanjutnya adalah menyetrika pakaian yang sudah ada di daftar. Hari senin sudah mulai menyetrika pakaian sambil membeli keperluan yang tidak ada di rumah. Peralatan mandi pun mulai kami masukkan dalam satu wadah agar tidak tercecer. Perlengkapan lain seperti minyak telon, make up, dan asesoris juga ditempatkan dalam wadah terpisah.

Tiba waktunya kamu berangkat.
Pukul 10:00 sulung dijemput dari sekolah. Wali kelas sudah tahu bahwa sulung akan ijin pulang awal. Beliau sedang tidak ada di kantor guru sehingga kami menelponnya. Setelah urusan ijin sekolah selesai, kami langsung pulang. Sulung segera mandi dan mengganti pakaiannya. Tanpa banyak mengeluh, ia sigap melakukan semua. Komitmen kami sudah dibangun sejak minggu lalu. Jadi, sulung sudah paham akan semua rencana yang telah tersusun. Selepas sulung rapi, giliran adik  bersiap. Adik juga berganti pakaian tapi tanpa mandi sebab sedari pagi adik tinggal di dalam rumah.

Jam dinding mengingatkan kami sudah waktunya berangkat. Segera saya memesan ojek online roda empat menuju Bandara Halim Perdana kusuma. Orderan pertama di tolak oleh si driver. Alasannya titik penjemputan terlalu jauh. Tanpa banyak basa-basi saya pun memesan hang lain. Beruntung pesanan kedua dapat driver dekat dan cepat tanggap. Lima berselang, mobil online sudah sampai dan kami pun segera berangkat.

Selama perjalanan, sopir online tidak banyak bicara. Beliau memilih jalur yang tepat untuk menghindari kemacetan. Satu jam 20 menit perjalanan kami berlangsung lancar dan aman. Pembayaran angkutan online saya lakukan melalui aplikasi OVO. Namun, ada tambahan biaya tunai untuk mengganti ongkos bayar tol dan parkir bandara. 

Sampai di bandara, kami langsung ke daprtemen keberangkatan. Melewati pemeriksaan pertama untuk masuk bandara. Saat berada dipemeriksaan  X-Ray, saya mendengar panggilan melalui speaker pusat. Saya menanyakan pada petugas tentang pos pelayanan dari panggilan tersebut. Petugas pun mengarahkan untuk langsung saja masuk ke ruang tunggu bandara. Tanpa pikir panjang, saya menuju loket pengecekan tiket dan ktp. Tiket kami sebelumnya sudah dibantu cetak oleh rekan suami yang bekerja di bandara. Karena sebelumnya kami kesulitan melakukam check in online, jadilah meminta batuan petugas langsung.

Saya mengatakan bahwa tiket sudah dicetak dan ditipkan, kami pun masuk dengan bukti foto tiket. Setelah melewati pengecekan tiket, kami menuju tempat X-Ray kedua. Di sini saya meminta bantuan ke salah satu petugas untuk membantu mengambil tiket yang sudah dicetak. Kebetulan rekan yang membawa tiket kami ternyata berada di ruangan pertama saat kami mendapat panggilan. Beruntung petugas di X-Ray kedua bersedia mengambilkan.

Setelah mendapatkan tiket, saya kembali mengingatkan sulung dan adik untuk bersikap baik dan selalu bergandengan. Sebelumnya semenjak sampai di bandara, sulung sudah memegang tangan adik sepanjang jalan. Adik pun mengikuti seriap arahan dari kakaknya. Alhamdulillah dua kesayangan bisa bekerja sama dengan baik.

Tiba saat akan masuk ke ruang tunggu yang berada di lantai dua. Akses yang disediakan hanya berupa eskalator, tidak ada tangga manual. Saya sempat bingung sebab sulung biasanya belum berani melangkah sendiri ketika melewati eskalator. Namun, dalam kondisi saat itu, sulung berani berjalan sendiri sedangkan saya menggandeng tangan adik di sebelah kiri dan tas besar di sisi kanan. Cukup kesulitan menjaga keseimbangan dengan dua beban sekaligus. Namun, situasi yang terpaksa selalu bisa membuat orang menjadi lebih kuat dan berani. Eskalator pun berhasil kami taklukan.

Sampai di ruang tunggu, kami langsung memakan bekal yang sudah disiapkan. Sulung makan dengan lahap, sedangkan adik meminta susu boto. Sebelumnya, saya sudah mengatakan pada adik bahwa naik pesawat tidak boleh membawa botol. Beberapa kali coba saya jelaskan dan sepertinya adik memahaminya. Adik akhirnya mau makan meski hanya sedikit. Good job adik. Good job sulung.

Jadwal penerbangan kami masih sekitar satu setengah jam ke depan. Sambil menunggu, kami bermain di area playground yang telah disedikan. Adik yang ceria dan mudah bergaul sudah cepat mendapat teman. Adik asyik bermain prosotan dan ayunan dengan teman barunya sementara sulung ikut main sambil mengawasi.

Tiga puluh menit sebelum jadwal keberangkatan, kami pergi ke toilet terlebih dahulu. Sulung dan adik menurut untuk buang air kecil agar lebih aman sebelum naik pesawat. Saat nomor penerbangan kami diumumkan, kami segera menuju pintu yang telah disiapkan. Saya membawa tas besar, sedangkan sulung menggandeng tangan adiknya. Sempat dua kali kami mengalami kesulitan saat melewati eskavator. Ruang tunggu yang berada di lantai dua mewajibkan kami untuk turun menggunakan eskavator tangga. Alhamdulillah sulung sudah terbiasa walaupun agak takut, namun ia berhasil mengalahkan rasa takutnya. Sedangkan adik, justru sangat bersemangat menginjak eskavator. Saya kesulitan menaikkan tas tetapi berhasil menyelesaikan tantangan eskavator ini. Kami sukses.

Masuk ke kabin pesawat, adik dan sulung menurut dan tertib. Pramugari pun membantu kami menaruh tas dan juga mencarikan kursi. Sambil menunggu pesawat take off, sulung dan adik menikmati tontonan di layar depan. Mereka menemukan dunia main sehingga tak khawatir soal proses take off dan landingnya pesawat. 

Alhamdulillah, penerbangan kami berjalan lancar, aman, dan selamat hingga mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta