Bismillah
Serpihan cerita kami.
Hari pertama di Bali.
Kami sampai di Bandara Internasional Ngurah Rai sekitar pukul enam. Alhamdulillah penerbangan dari bandara Halim Perdana Kusuma berjalan lancar, aman, dan selamat. Walau sempat mengalami guncangan-guncangan kecil karena cuaca yang kurang bersahabat, tetapi semua terkendali. Anak-anak juga bisa dikondisikan dengan baik. Mereka sibuk menonton layar yang ada di depan. Awalnya mereka hendak menonton film kartun, namun sayangnya film kartun yang tersedia kurang menarik. Akhirnya saya memilihkan film dokumenter tentang hewan-hewan. Mirip dengan film dari National Geographic.
Fasilitas di Batik Air yang kami tumpangi cukup baik. Kursi yang nyaman dengan sabuk pengaman yang berfungsi maksimal. Kami juga mendapat makanan ringan berupa dua buah roti dan satu mineral botol. Anak-anak gembira mendapat roti dari pramugari yang cantik dan ramah. Para pramugari sangat membantu selama perjalanan. Mereka membantu saya memasukkan tas ke bagasi atas. Mereka juga memberitahu semua informasi terkait keselamatan penerbangan dengan ramah dan sopan. Mungkin bisa disebut nilainya 4.5 dari 5 bintang.
Sampai di Bali, kami menyempatkan diri berfoto di depan ikon Bali. Spot foto ini wajib bagi para pengunjung yang baru pertama kali menginjak tanah Bali. Tulisan besar BALI dengan empat huruf berwarna merah menjadi bukti bahwa Bali telah dikunjungi. Selain latar tulisan Bali tersebut, kami juga berfoto di beberapa tempat lain yang tak kalah bagus.
Tiba di hotel, kami segera membersihkan badan. Mandi dan berganti pakaian bersih agar badan lebih segar dan bersih. Awalnya kami berencana melihat suasana malam di Bali. Sayangnya semesta kurang mendukung sebab hujan mengguyur kota Bali tepat selepas Maghrib. Bahkan hujan terus turun sepanjang malam. Meski tak deras, namun cukup menahan kami hingga enggan keluar kamar.
Malam pertama di Bali, kami habiskan dengan beristirahat. Perlu tenaga banyak dan fisik yang prima untuk berpetualang besok. Kami akan berkeliling menyambangi beberapa pantai di pulau Dewata Bali. Kami mulai menyapa indahnya kota Bali sekitar pukul tujuh pagi. Tuntas sarapan kami mempersiapkan segala perlengkapan yang akan dibawa selama jalan-jalan menikmati keindahan pantai.
Kendaraan yang kami sewa sudah siap menunggu di lobby hotel. Mobil kecil yang sangat cocok untuk lalu lintas Bali. Jalan-jalan menuju objek wisata Bali seringkali berukuran kecil. Sangat praktis jika menggunakan mobil yang bermuatan 3-5 orang. Lebih lincah dan bisa melaju di semua medan. Tak lupa kami mengisi bahan bakar, memeriksa kelayakan mesin kendaraan, dan melakukan perjanjian sewa. Tak lama mengurus semua itu. Lima belas menit kemudian kami sudah berada di jalanan pulau Dewata nan elok.
Pantai Nusa Dua
Tujuan pertama kami adalah pantai Nusa Dua Bali.
Perjalanan sekitar 10 Km dengan jarak tempuh kurang lebih 22 menit dari hotel tempat kami menginap. Laju kendaraan berjalan lancar melewati tol Ngurah Rai. Pemandangan dari atas laut yang indah. Ditambah puluhan burung camar melintas bergerombol. Sungguh pagi yang penuh kegembiraan.
Masuk ke wilayah Nusa Dua, kami sempat tersesat. Google map memberi petunjuk yang kurang tepat. Pantai Nusa Dua memang banyak dibuat resort maupun hotel. Ada saja kendaraan yang nyasar ke pintu masuk hotel yang disediakan hanya untuk tamu, bukan pengunjung umum. Dua kali kami berputar-putar di komplek Nusa Dua hingga akhirnya berhenti dan bertanya pada seorang petugas kebersihan di pinggir jalan.
"Malu bertanya, sesat di jalan." Pepatah yang sangat tepat untuk sesuatu yang belum kita ketahui.
Akhirnya, sampailah kami di pintu masuk pantai Nusa Dua hang memang dipergunakan untuk pengunjung umum seperti kami. Biaya retribusi sangat terjangkau. Hanya Rp. 5.000 untuk biaya parkir kendaraan.
Kami disambut dengan panasnya langit Bali. Namun, tak menyurutkan semangat kami sebab di depan sana terbentang pantai luas dengan pasir putihnya yang elok. Sulung dan adik masih enggan menyentuh pasir pantai yang menari-nari terkena sapuan ombak. Meski begitu, sulung bersemangat untuk berfoto dengan bentang pantai beserta pasir putihnya. Sedangkan adik merasa kurang nyaman dengan suara deburan ombak. Ombak di Nusa Dua memang cukup tinggi dan cepat sekali datang. Kehebohan adik bertambah saat melihat anjing-anjing berkeliaran. Ya, bagi warga Bali, anjing memang bebas bergerak di manapun terutama di pantai. Namun, bagi adik dan juga kami, melihat anjing tak sesering melihat kucing. Perbedaan yang tentunya harus dihargai sebab setiap tempat memiliki budaya dan kebiasaan yang berbeda-beda.
Satu pembelajaran tak sengaja ditangkap oleh sulung dan adik. Keragaman adat, budaya, dan kebiasaan masyarakat di setiap tempat selalu berbeda. Sebagai manusia, warga negara, dan orang yang baik harus menghargai perbedaan, tersebut. Saling menghormati dan menghargai akan menciptakan kebaikan selama hal tersebut tidak bertentangan dengan agama dan nilai sosial.
Bagi sulung yang sudah belajar tentang keragaman dan perbedaan lebih mudah menerima penjelasan. Namun untuk adik yang belum tahu dan pola pikirnya tak merambah ke sana, kami tetap menjelaskan dengan kalimat yang sederhana dan mudah dimengerti. Belajar bersosialisasi memang tidak mudah. Diperlukan rasa ikhlas dan empati agar bisa menerima sebuah keadaan yang tidak nyaman.
Tak lama kami menikmati indahnya pantai Nusa Dua, Bali. Adik masih belum nyaman dengan tekstur pasir dan debum ombak yang membentuk irama alami. Perjalanan pun kami lanjutkan ke pantai berikutnya.
Pantai Pandawa
Cerita lengkapnya ada di halaman berikutnya.
Posting Komentar