√Mengasah Empati
Header catatantirta.com

Mengasah Empati



Berawal dari informasi dari tempat sulung mengaji bahwa akan diadakan donasi untuk korban banjir. Donasi yang dianjurkan adalah mie instan minimal 1pcs untuk tiap anak. 
Lalu saya menyampaikan tentang pengumpulan donasi ini pada Nala. Responnya sangat baik. Tapi, bukan sulung kalau tidak dibubuhi pertanyaan.

 Donasi itu apa, Mom?" 

"Donasi itu mengumpulkan bermacam barang untuk diberikan pada yang membutuhkan. Biasanya ke orang-orang yang kena musibah seperti banjir, tanah longsor, dan gempa bumi". 

"Jadi, nanti mie nya dikasih yang lagi kena banjir ya?"  
"Iya."

Pertanyaan Nala tidak berhenti sampai di situ. Ia bertanya lagi tentang jenis mie instan apa yang akan di donasikan.

"Mom, kita ngasih mie rebus atau mie goreng?" 

Pertanyaan yang membuat saya memiliki ide untuk mengasah penalarannya.

"Kalau orang kena banjir kan ngungsi nih,ga punya piring atau mangkok. Jadi menurut Nala sebaiknya ngasih mie rebus atau mie goreng?"

"Hmmm, kalau mie rebus kan ada kuahnya. Makan pakai mangkok. Nanti susah ga punya mangkok. Kasih mie goreng aja, kan bisa pakai kertas kayak kita beli di abang-abang."

Yes, ide nya bagus dan Nala mulai menggunakan penalarannya. Kemudian diskusi berlanjut terkait uang yang akan digunakan untuk membeli mie instan.

Saya memancing rasa empatinya dengan mengusulkan penggunaan uang tabungan Nala.

"Nak, beli mie nya pakai uang Nala ya. Kan ini yang mau berdonasi Nala, bukan Mommy."

Nala berpikir sejenak. Lalu beranjak dan menghampiri toples tempat ia menyimpan uang.

"Ya udah, pakai uang tabungan Nala aja. Berapa banyak uangnya?"

Saya menjawab 15 lembar uang Rp. 2.000. Kemudian Nala mengambil 15 lembar uang tabungannya.

Jumlahnya nominalnya berapa?
Nala belum paham soal ini karena saya belum mengajarkannya. Saat sore tiba, Nala bersiap untuk mengaji. Gamis putih menghiasi dirinya. Lalu kami berjalan bersama ke toko sembako yang tak jauh dari rumah.
Nala mengambil mie goreng dan membawanya ke kasir. Saya minta ia untuk memberikan uang yang dibawanya.
Alhamdulillah masih ada kembalian. Uang sisa tersebut saya berikan pada Nala untuk kembali di tabung.
Dengan riang Nala melangkah ke mushola tempatnya mengaji. Selebihnya pengumpulan donadi dikoordinir oleh para Asatid dan Asatidzah. Nilai dari kegiatan donasi ini adalah mengasah empati dan penalaran Nala.

Selamat, Nak.
Kamu bisa. 



#Catatan_Tirta
#Diary_Nala
#SHSK
#SatuHariSatuKarya
#SHSKFeb2020
#PejuangLiterasi
#BabakBaruPL

Posting Komentar

Terima kasih sudah main ke Catatan Tirta