Ngiung
.., Ngiung .., Ngiung...,
Suara
sirine itu tidak asing di telingaku. Berasal dari sebuah truk berukuran besar,
berwarna merah dengan gulungan selang yang sangat tebal. Di sisi pintunya
terdapat tangga besi yang kokoh. Tangga itu bisa dilipat dan memanjang. Setiap
kali kendaraan ini melintas, pastilah ada api besar yang menyala sembarangan.
Truk
pemadam kebakaran melintas, membuatku kembali merindukannya. Rindu yang akan
terus mengalir untuknya. Beliau yang sangat dekat denganku. Semasa aku kecil hingga
ajal menjemputnya. Kerinduanku akan sosok penuh kehangatan. Beliau yang selalu
menjadi idolaku. Banyak yang mengatakan bahwa cinta pertama seorang wanita
adalah kepada ayahnya, maka itu berlaku juga padaku. Aku sangat cinta padanya.
Jatuh cinta, mungkin semenjak aku berada di rahim ibuku. Beliau menjadi panutan
dalam perjalanan hidupku. Kisah hidup yang beliau ceritakan padaku menjadi
motivasi ku untuk melakukan segala hal dengan baik. Berjuang meraih impian
dengan usaha yang keras, berdo'-a dan berpasrah pada Sang Pencipta atas hasil
dari perjuangan itu.
Masih
lekat dalam ingatanku, ketika aku bersandar dipangkuannya setiap kali, selepas
beliau bermunajat pada Sang Khalik. Dekapan tangan kokohnya membuatku nyaman
berlama - lama. Mendengar lantunan puji kepada Sang Maha Pengasih menambah
mesranya padaku. Beliau tidak pernah merasa terganggu dengan kehadiranku dalam
sujud khusyuknya. Setiap kali aku menunggunya selesai shalat, ada senyum hangat
menyambutku dalam peluknya. Ya, aku masih ingat, sangat ingat akan kenyamanan
itu yang membuatku semakin cinta padanya.
Banyak
hal menjadi kenangan indah bersama beliau. Kado istimewa yang pernah beliau
berikan masih ku simpan rapat. Hadiah spesial di hari bertambahnya usiaku. Kala
itu, aku duduk di bangku kelas 1 SMP, kalau sekarang kelas tujuh namanya. Saat
mentari mulai tergelincir di ujung barat. Sinar jingga berbaur mebias diantara
awan - awan biru dan kelabu. Aku berdiri, bersandar di daun pintu berwarna
cokelat tua. Memainkan tirai kuning emas di sisi kanannya. Aku menunggu
pangeran cinta pertamaku.
"Wah,
ada yang ulang tahun ya" Suaranya mengagetkan ku yang tengah berjongkok di
samping pintu.
"Yeeee,bapak
sudah pulang" sahutku sumringah melihat beliau sudah ada di hadapanku.
"Bapak
punya hadiah spesial" ucapnya sambil berjongkok.
Beliau
mempersembahkan punggunggnya untuk menopang tubuhku. Aku menyambutnya gembira.
Kedua tanganku melingkar erat di lehernya. Ku peluk erat punggung itu. Tangan
kokohnya melengkung di kaki kanan dan kiriku. Beliau lalu bangkit,
menggendongku, berlari - lari kecil. Memutar tubuhnya hingga aku menjerit
girang seperti balita di punggung ayahnya. Kami tenggelam dalam suka cita.
Usiaku saat itu menginjak tiga belas tahun.
Hadiah istimewa dari kekasih pertamaku. Kebahagiaan yang tak akan pernah sirna,
walau kini ia telah tiada.
"Anak
bapak ini ternyata sudah besar. Punggung bapak hampir copot, berat juga"
ungkapnya setelah menurunkanku dari punggunggnya.
Aku
tertawa bahagia. Ku peluk erat tubuhnya. Bau khas keringatnya terus melekat
hingga kini. Hadiah teristimewa yang ku dapat sepanjang hidupku. Sebuah bukti
cinta kasihnya padaku.Meski wajah teduhnya tak dapat lagi ku raba, namun
bingkai kenangan itu menjadi penawar rindu di jiwa. Beliau yang selalu menjadi
idolaku. Pujaan hati gadis kecilnya hingga kini.
"Ngiung
.., Ngiung .., Ngiung ...
Sirine
itu kembali membuatku rindu padanya.
Wahai
Sang Maha Pencipta, atas perintahMU beliau kembali padaMU. Atas kasih sayang
MU, beliau berpulang ke pangkuanMU. Ku titipkan salam rinduku untuknya. Mohon
jagalah ia, seperti ia menjagaku dulu. Kasihi ia, seperti cintanya padaku.
Rindu ini akan terus ada untuknya.
Untuk
cinta pertamaku, aku rindu padamu.
#SerpihanCahaya
#SMANSAMenulis05
#Tantangan30hariMenulis
#SeptemberMenulis'15Sept2017
Bagus Dwi...
BalasHapusPenasaran kadonyanya apa.. hehee...
Bpkmu dlu fire fighters po?
Kadonya digendong dari pintu depan ke dapur balik lagi ke depan., iya Nin, bapakku penakluk api 😊
HapusMeleleh bacanya.. Smg Bpak bahagia dsana. Amin..
BalasHapusJdi kadonya apa?
Aamiin., itu do'a darik kami anak2nya.
HapusMakasih Dian